Paket wisata minat khusus seni wayang kulit di Surakarta 4183

(1)

PAKET WISATA MINAT KHUSUS SENI WAYANG

KULIT DI SURAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata

MAYAR MAYASARI

C9407015

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kecenderungan seseorang untuk mengikuti tren atau perkembangan zaman menjadi salah satu faktor masyarakat dunia saat ini untuk melakukan perjalanan wisata.

Secara sederhana, perjalanan dapat didefinisikan sebagai kegiatan berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan satu tujuan (M.A.Desky,1999:4)

wisata, sarana prasarana yang telah tersedia serta adanya daya tarik atau objek daerah tujuan wisata. Setiap Negara di dunia saat ini semakin giat meningkatkan pendapatannya dengan jalan mengupayakkan kemajuan kepariwisataan, karena kepariwisataan yang maju akan membawa masyarakat lebih terjamin kehidupannya

Pariwisata merupakan aktifitas, pelayanan dan produk hasil industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi wisatawan (MuljadiA.J.,2009:7). Dalam perkembangannya kepariwisataan selalu mengalami perubahan, baik yang berkaitan dengan inovasi produk-produk baru seperti paket wisata, obyek daerah tujuan wisata dan yang berkembang pembuatan paket wisata minat khusus dimana peluang pasar akan lebih jelas.

Indonesia dengan beragam suku dan budaya, potensi alam yang melimpah yang merupakan modal nyata untuk di jadikan Negara tujuan wisata. Peninggalan sejarah berupa benda atau adat istiadat, kesenian masyarakat dan yang lain-lain, yang berumur ratusan tahun bahkan dari beberapa abad yang lalu juga banyak di temukan di kawasan Indonesia.


(3)

Perkembangan pariwisata di Indonesia telah menjadi hal pokok dalam memajukan Perkembangan pariwisata di Indonesia telah menjadi hal pokok dalam memajukan pendapatan devisa serta dalam rangka pensejahteraan masyarakat. Sudah seharusnya masyarakat bersama pemerintah bersama-sama dalam pembangunan sumber daya manusia serta pelayanan kepariwisataan dan pentingnya pengamalan sadar wisata pada setiap individual masyarakat Indonesia. Dengan kepariwisataan masyarakat akan berkehidupan sejahtera karena kepariwisataan merupakan industri yang berdampak pada banyak bidang yang akan melibatkan setiap individu manusia seperti travel agen, perusahaan penerbangan, pemandu dan lain sebagainya.

Jawa Tengah adalah pusat kebudayaan Jawa harusnya mampu mengangkat kebudayaannya dengan berbagai cara untuk memajukan kepariwisataan di Jawa Tengah. Dengan mengangkat kebudayaan Jawa sebagai daya tarik wisata maka akan menumbuhkan jiwa pada msyarakat untuk semakin mencintai dan menguri-uri atau melestarikan kebudayaannya tersebut.

Kota Surakarta memiliki masyarakat dengan jiwa dimana selalu menjaga dan menumbuhkan kebudayaannya dengan erat. Seni Wayang kulit yang merupakan suatu hasil kebudayaan asli Indonesia haruslah kita angkat dan dipromosikan serta pengemasan paket wisatanya agar masyarakat dunia lebih mengenal seni tradisional ini, dengan begitu diharapkan wisatawan lokal maupun manca Negara bisa menikmati seni ini. Berbagai pendapat dari para pakar pewayangan, antara lain Dr. G.A.J. Hazeu, Dr. W.H. Rassers, Dr. Brandes, Dr. Cohan Stuart, Prof. Kerns, Drs. Soeroto, KGA Kusumodilogo, dan Ir. Sri Mulyono kesimpulan dan pendapat-pendapat tersebut pada garis besarnya terbagi dua:


(4)

1. Pertunjukan wayang berasal, atau setidak-tidaknya terpengaruh oleh pertunjukan tonil India Purba yang disebut Chayanataka (seperti pertunjukan bayang-bayang)

2. Pertunjukan wayang adalah asli ciptaan orang Jawa

Nicholas J. Krom dalam bukunya Hindoe Javaansche Geschiedenis menyebutkan beberapa adanya unsur karakteristik pada peradapan Melayu, terutama peradapan Jawa, yang sudah ada sebelum kedatangan orang Hindu di Jawa,diantaranya adalah:

1. Sistem irigasi terhadap padi di sawah

2. Proses pembuatan kain Batik

3. Gamelan

4. Pertunjukan wayang kulit.

Eksotisme sebuah daerah tujuan turisme seringkali ditampilkan sebagai sesuatu yang masih asli dan membuat orang yang bersangkutan bertambah harga dirinya. Setiap individu pariwisata dan para wisatawan berlomba-lomba untuk mencari sesuatu yang asli. Setiap penemuan dianggap sebagai sebuah prestasi tersendiri. Panorama keindahan alam, situs kebudayaan, sikap hidup dan lain sebagainya yang belum pernah terjamah oleh para wisatawan merupakan hal yang paling dicari. Kategori luar biasa akan diberikan kepada situs-situs kebudayaan yang tidak terjamah sebelumnya. Gengsi dan prestise tersendiri (dianggap) akan dimiliki oleh seseorang bila ia mampu berwisata ketempat-tempat dimana tidak ada wisatawan yang menjamahnya sebelumnya. (Dr. James J. Spillane, S.J.,1994:15)


(5)

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseeorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (UU No 10 tahun 2009). Pembuatan paket wisata dengan mengangkat keunikan serta keragaman budaya Indonesia yaitu wayang kulit dimana juga merupakan warisan budaya dunia asli Indonesia akan menjadi hal yang menarik mengingat wayang kulit saat ini memerlukan promosi pengenalan terhadap masyarakat dunia tentang keberadaannya.

Berdasar latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul Penyusunan Paket Wisata Minat Khusus seni Wayang kulit di Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagi berikut

1. Bagaimana potensi seni wayang kulit di Surakarta sebagai obyek dan daya tarik wisata minat khusus.

2. Bagaimana model penyusunan paket wisata minat khusus seni wayang kulit di Surakarta.

C. Tujuan Penulisan.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang ingin penulis capai dalam penelitian ini antara lain:


(6)

1. Untuk mengetahui obyek dan daya tarik wisata minat khusus seni wayang kulit di Surakarta.

2. Untuk mengetahui model penyusunan paket wisata minat khusus seni wayang kulit di Surakarta.

D.Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan Tugas Akhir ini antara lain: Manfaat praktis

1. Sebagai bentuk praktek nyata pembuatan paket wisata dengan beberapa obyek dan daya tarik wisata yang dirasa mempunyai potensi untuk dikunjungi banyak wisatawan

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk memajukan kepariwisataan di daerah yang diteliti.

Manfaat akademis

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk tambahan pengetahuan di Program DIII Usaha Perjalanan Wiata Universitas Sebelas Maret Surakarta tentang penyusunan paket wisata minat khusus.

2. Hasil penyusunan paket wisata minat khusus seni wayang kulit ini dapat dilaksanakan oleh mahasiswa Program DIII Usaha Perjalanan Wisata sebagai bentuk praktek nyata dalam pembuatan paket wisata serta pelaksanaannya.


(7)

E.Kajian Pustaka

1. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pariwisata dan bersifat multi dimensi serta multi disiplin. (UU No.10 2009)

2. Pariwisata merupakan aktivitas, pelayanan dan produk hasil industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi wisatawan. (Muljadi A.J.,2009:7).

3. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat terentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempeelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. (UU No.10 2009)

4. Produk wisata merupakan berbagai jasa wisata dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi satu dengan lainnya saling terkait dan dihasilkan oleh berbagai perusahaan pariwisata,misalnya akomodasi, angkutan wisata, biro perjalanan, restoran, dan daya tarik wisata, dan perusahaan lain yang terkait. (Muljadi A.J.,2009:47).

5. Macam-macam Pariwisata

Menyinggung tentang kepariwisataan tentunya tidak luput dari macam-macam pariwisata . Adapun macam-macam pariwisata menurut Nyoman S. Pendit dalam


(8)

bukunya yang berjudul Ilmu Pengetahuan Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana tahun 2002 antara lain

a. Wisata Budaya

Seseorang melakukan perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, budaya dan seni mereka. Sering perjalanan serupa ini disatukan dengan kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya.

b. Wisata Kesehatan

Hal ini dimaksud dengan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga mengobati kelelahan-kelelahan jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mandi di sumber air panas untuk penyembuhan. Tempat yang beriklim udara menyehatkan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.

c. Wisata Olahraga

Ini dimaksudkan untuk wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mangambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau Negara, seperti Olimpiade, Thomas Cup, Uber Cup, dan lain-lain.

d. Wisata Komersil

Jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersil seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.


(9)

Tidak jarang pameran atau pekan raya ini dimeriahkan dengan berbagai macam atraksi dan pertunjukan kesenian.

e. Wisata Industri

Wisata industri adalah perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa atau orang-orang ke suatu komplek atau daerah perindustrian di mana pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan tujuan mengadakan peninjauan atau penelitian.

f. Wisata Politik

Wisata politik adalah perjalanan yang dilakukan untuk atau mengambil bagian aktif dalam pariwisata kegiatan politik, misalnya perayaan 17 Agustus di Jakarta, Perayaan 10 Oktober di Moskow dan sebagainya. Biasanya fasilitas akomodasi, sarana transportasi, dan atraksi yang beraneka ragam diadakan secara meriah bagi pengunjung di dalam maupun luar negeri. Saat ini, peristiwa politik seperti tersebut di atas selalu disertai dengan kegiatan dunia pariwisata.

g. Wisata Konvensi

Berbagai negara saat ini membangun wisata konvensi dengan menyediakan fasilitas bangunan yang dilengkapi dengan ruangan-ruangan sidang bagi peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi, atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional.

h. Wisata Sosial

Wisata sosial adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan misalnya buruh, petani, pelajar atau mahasiswa dan sebagainya.


(10)

i. Wisata Pertanian

Seperti halnya wisat industry, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan proyek-proyek pertanian, perkebunan, lading pembibitan, dan sebagainya di mana wisatawan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi.

j. Wisata Maritim atau Bahari

Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga air seperti di danau, sungai, pantai atau memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, berkeliling melihat taman laut dengan pemandangan yang indah dari permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan di daerah-daerah atau Negara-negara maritim di lautan Karibia, Hawai, Tahiti, dan Fuji.

k. Wisata Cagar Alam

Jenis wisata ini banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan wisata dengan jalan wisata ke tempat cagar alam atau hutan lindung. l. Wisata Buru

Kegiatan wisata ini dikaitkan dengan hobi berburu. Lokasi ini tentunya telah dibenarkan oleh pemerintah sebagai daerah perburuan. Jenis wisata ini banyak dilakukan di negara –negara yang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang bibenarkan oleh pemerintah.


(11)

Wisata ini banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, kepercayaan ataupun adat istisdat masyarakat setempat. Wisata pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan maupun rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar dan sebagainya. n. Wisata Bulan Madu

Suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas khusus dan tersendiri.

o. Wisata Petualangan

Wisata petualangan adalah jenis wisata yang melakukan kegiatan wisata seperti masuk hutan belantara yang tadinya belum pernah dijelajahi, mendaki tebing terjal, terjun ke dalam sungai yang curam, arum jeram dan menyusuri gua.

6. Faktor pendorong dan Penarik Wisatawan

Keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh kuatnya faktor-faktor pendorong (push factor) dan factor-faktor penarik (pull factor). Factor pendorong dan penarik ini sesungguhnya merupakan faktor internal dan eksternal yang memotivasi wisatawan untuk mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan. Faktor pendorong umumnya bersifat social-psilogis,atau merupakan person specific motivaton, sedangkan faktor penarik merupakan destination specific attribute.

Dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tetapi belum jelas daerah mana yang akan dituju. Berbagai faktor penarik yang dipilih oleh DTW akan menyebabkan orang tersebut memilih DTW tertentu untuk memenuhi needs and wants Faktor pendorong bagi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata seperti di bawah ini:


(12)

1. Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.

2. Relaxation. Keinginan untuk rekuperasi/penyegaran, yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape di atas.

3. Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainana, yang merupakan pemunculan kembali dari sifat kekanak-kanaan, dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius.

4. Strengthening Family Bonds. Ingin mempercepat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks VFR (Visiting Friends and Relations). Keakraban hubungan kekerabatan ini juga terjadi diantara anggota keluarga yang melakukan perjalanan bersama-sama, karena kebersamaan sangat sulit diperoleh dalam suasana kerja sehari-hari di Negara industry.

5. Prestige. Untuk menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang merupakan juga dorongan untuk meningkatkan status atau derajat sosial. Bagi berbagai masyarakat, perjalanan keluar merupakan suatu bentuk ‘inisiasi’.

6. Social interaction. Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau dengan mayarakat lokal yang dikunjungi.

7. Romance. Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang memberikan suasana romantis, atau untuk memenuhi kebutuhan seksual, khususnya dalam pariwisata seks.


(13)

8. Educational opportunity. Keinginan untuk melihat sesuatu yang baru, mempelajari orang lain dan/daerah lain, atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan pendorong yang dominan di dalam pariwisata.

9. Self-fulfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri (self discovery). Karena diri sendiri biasanya bisa ditemuka pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru.

10.Wish-fulfilment. Keinginana untuk merealisasikan mimpi-mimpi,yang lama dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dengan cara berhemat, agar bisa melakukan perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam wisata religius, sebagai bagian dari keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam diri. (I Gde Pitana dan Putu G. Gayatri,2005:67).

7. Menurut Mathieson dan Wall (1982), Proses pengambilan keputusan seorang wisatawan melalui fase yang sangat penting, yaitu:

1. Kebutuhan atau keinginan untuk melakukan perjalanan. Tujuan dari perjalanan dirasakan oleh calon wisatawan, yang selanjutnya ditimbang-timbang apakah perjalanan tersebut memang harus dilakuakan atau tidak.

2. Pencarian dan penilaian informasi. Hal ini misalkan dilakukan dengan menghubungi agen perjalanan, memepelajari bahan-bahan promosi (brosur, leaflet, media massa), atau mendiskusikan dengan mereka yang telah berpengalaman terlebih dahulu. Info ini dievaluasi dari segi keterbatasan dana dan waktu alternative dari berbagai destinasi yang memungkinkan dikunjungi, dan pertimbangan-pertimbangan lainnya.


(14)

3. Keputusan melakuakn perjalanan wisata. Keputusan ini meliputi antara lain daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi jenis akomodasi, dan cara berpergian, dan aktifitas yang akan dilakukan di daerah tujuan wisata.

4. Persiapan perjalanan dan pengamanan wisata. Wisatawan melakukan booking, dengan segala persiapan pribadi, dan akhirnya perjalanan wisata dilakukan.

5. Evaluasi kepuasan perjalanan wisata. Selama perjalanan, tinggal di daerah tujuan wisata, dan setelah kembalin ke negara asal, wisatawan secara sadar atau tidak sadar, selalu melakukan evaluasi terhadap perjalanan wisatanya, yang akan mempengaruhi perjalanan wisatanya di masa yang akan datang. (Prof. Dr. I Gde Pitana,M.Si. dan Ir.Putu G. Gayatri.M.Si.,2005:72)

8. Pengertian Wisata Budaya

Wisata budaya secara umum merupakan perjalanan yang bertujuan untuk mengenal adat istiadat, kesenian, dan hasil-hasil sejarah baik yang berupa bangunan candi, keraton, benteng, maupun makam atau petilasan para leluhur. Objek wisata budaya adalah objek wisata yang bentuk dan wujudnya berupa monumentasi hasil peradaban manusia di masa lampau maupun atraksi atau kegiatan budaya manusia.

Wisata Budaya adalah gerak atau kegiatan wisata yang dirangsang oleh adanya objek-objek wisata berwujud hasil-hasil seni budaya setempat, misalnya : adat istiadat; upacara-upacara agama; tata hidup masyarakat setempat; peninggalan-peninggalan sejarah; hasil-hasil seni dan kerajinan rakyat dan lain sebagainya ( R.S. Damardjati 2001 : 31 )


(15)

Menurut Oka A. Yoeti wisata budaya yaitu jenis wisata di mana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni budaya suatu tempat atau daerah. Jadi objek kunjungan adalah warisan nenek moyang dan benda-benda kuno ( Oka A. Yoeti 1996 : 123 )

9. Pengertian Konsep 4A

Di dalam pengembangan dan pengelolaan suatu objek wisata diperlukan suatu metode agar dalam pelaksanaan program yang telah direncanakan dapat berjalan dengan lancar. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengembangan objek wisata menurut James Spillane yaitu dengan analisis 4A ( Atraksi, Aksesbilitas, Amenitas, Aktifitas )

a. Atraksi

Atraksi yang juga disebut dengan objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu tujuan wisata. Daya tarik wisata dapat digolongkan menjadi:

1) Daya tarik alam, merupakan suatu obyek wisata yang didalamnya terdapat unsur alam, fisik, fauna dan floranya.

2) Daya tarik budaya, kebudayaan yang dimaksud tidak hanya meliputi kebudayaan tinggi seperti kesenian atau peri kehidupan keraton dan sebagainya akan tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaa yang hidup ditengah-tengah suatu masyarakat seperti pakaiannya, cara berbiacara, kegiatannya, dan sebagainya.


(16)

3) Daya tarik buatan manusia, bahwa manusia bisa menjadi atraksi wisata di dalam suatu obyek wisata dan menarik kedatangan wisatawan untuk berkunjung ke obyek tersebut

b. Aksesbilitas

Aksesbilitas adalah sarana yang memberi kemudahan bergerak untuk mencapai daerah tujuan wisata. Aksesbilitas tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan :

1) Kondisi jalan (jaringan rute sejalan dengan angkutan transportasi seperti jalan, rel kereta api, jalur udara).

2) Sistem transportasi seperti bus, kereta api, pesawat. 3) Papan petunjuk menuju daerah tujuan wisata. c. Amenitas

Amenitas adalah fasilitas pendukung yang memberikan kemudahan bagi para wisatawan dalam menikmati kegiatan wisata yang dilakukan di daerah tujuan wisata, seperti akomodasi, restoran TIC, dan lain-lain.

Amenitas merupakan salah satu faktor penting dalam menganalisis objek wisata karena faktor ini dinilai mempunyai kaitan yang erat dengan fasilitas-fasilitas yan ada di objek, sehingga akan mempengaruhi kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.

d. Aktifitas

Aktifitas adalah kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan maupun penduduk setempat di daerah tujuan wisata.


(17)

10.Perencanaan dan Pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Sosial-Budaya (Happy Marpaung,2002:88)

1. Peninggalan Sejarah Kepurbakalaan dan Monumen.

Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen termaksuk gololongan budaya, monumen nasilonal, gedung bersejarah, kota, desa, tempat-tempat sejarah lain seperti

battlefield merupakan suatu jenis obyek dan daya tarik wisata utama di banyak Negara. Jenis lain dari obyek dan daya tarik wisata ini adalah :

1) Penelitian bawah air, misalnya kapal karam atau tenggelam.

2) Industri arkeologi.

3) Taman-taman bersejarah.

Perencanaan dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata ini memerlukan zonasi. Fasilitas harus terkonsentrasi di satu atau beberapa area dan harus terintegrasi dengan visitor center complex. Fasilitas ini harus berada atau dekat pintu masuk. Pengaturan kesan alami perlu diperhatikan disekitar atraksi utamadan diseluruh kawasan. Perlu diperhatikan arus pengunjung agar tidak terkonsentrasi pada satu tempat, jarak antara pintu masuk dan pintu keluar harus di perhatikan.

Penyediaan brosur dapat membantu dalam memberikan informasi yang lebih lengkap selain menyediakan pemandu wisata yang menguasai beberapa bahasa. Pendekatan imajinatif dalam perencanaan pengembangan fasilitas akhir-akhir ini merupakan hal yang efektif untuk diterapkan,khususnya dalam menyampaikan informasi yang lebih akurat kepada pengunjung seperti penyediaan museum. Ruang penelitian, ruamg pandang dengar, diorama, panggung, perpustakaan, dan lain-lain.


(18)

2. Museum dan fasilitas budaya lainnya

Jenis obyek dan daya arik wisata ini berhubungan dengan aspek alam dan aspek kebudayaan di suatu kawasan atau daerah tertentu. M useum dapat dikembangkan berdasar pada temmanya, antara lain museum arkeologi, sejarah, etnologi, sejarah alam, seni dan kerajinan, ilmu pengetahuan, teknologi dan industri, ataupun dengan tema khusus lainnya. Jenis obyek dan daya tarik wisata ini biasanya dikembangkan untuk memenuhi masyarakat local dalam melakukan aktifitas rekreasinya atau mengisi waktu luang, tapi jika suatu museum dikelola dengan baik akan dapat memberikan peluang yang cukup penting bagi peningkatan kegiatan pariwisata domestik maupun internasional. Tujuan dari pengeembangan suatu museum tidak hanya menampilkan suatu koleksi yang ada secara baik untuk keeperluan rekreasi tetapi unsure pendidikan jugamerupakan tujuan utama, melalui interpretasi ataupun program-program khusus.

Menataan ruang dan pencahayaan museum harus dibuat sebaik mungkin, agar informasi yang disampaikan lebih akurat dengan penataan lokasi disetiap ruangan dengan label-label khusus. Fasilitas pengunjung yang harus disediakan adalah WC umum, tempat sampah, papan petunjuk, pussat informasi, ruang pandang dengar, perpustakaan, kios, tempat penitipan barang dan lain-lain. Pemandu wisata harus berkualitas tidak hanya mampu menguasai beberapa bahasa tetapi juga mengerti secara rinci isi dari koleksi museum yang ada. Pusat informasi yang tersedia tidak hanya menyediakan informasi mengenai koleksi yang ada dalam museum saja, tetapi juga informasi lain diluar museum yang masih berhubungan dengan koleksi museum.


(19)

Pola kehidupan dan tradisi, termasuk adat istiadat, pakaian, upacara dan kepercayaan dari suatu suku bangsa tertentu merupakan komponen kebudayaan yang penting, sebaagai obyek dan daya tarik wisata yang dapat memberikan tambahan pengetahuuan bagi pengunjung, selian keuntungan ekonomi bagi daerah tersebut. Hal yang perlu dipertimmbangkan adalah daerah-daerah yang memiliki keunikan adat-istiadat yang masih tradisional pada umumnya mempunyai masyarakat yang belum berkembang, adany interaksi dengan pengunjung dikhawatirkan menimbulkan dampak negative bagi masyarakat penerima. Oleh karena itu, pertimbangan-pertimbangan terhadap skala pengembangan harus ditentukan secara hati-hati, khususnya dalam penentuan tujuan pengembangannya.

Pengembangan jenis obyek dan daya tarik wisata ini akan lebih efektif jika berada langsung ditempat kebudayaan suku bangsa aslinya, misalnya desa tradisional. Tetapi jika desa-desa tradisional sulit dikembangkan atau dianggap sudah kurang baik (tidak utuh), usaha-usaha rekonstruksi dapat dilakukan, perlu adanya peragaan pembuatan barang-barang kerajinan tradisional, tari-tarian, music tradisional, dan lain-lain.

4. Desa Wisata

Pengembangan desa wisata sebagai obyek dan daya tarik wisata akan berhubungan dengan wisatawan atau pengunjung yang tinggal disuatu desa tradisional,atau hanya untuk kunjungan singgah dimana desa wisata ini biasanyaterletak didaerah terpencil. Wisatawan atau pengunjung tidak hanya menyaksikan kebudayaan tradisional, tetapi biasanya ikut langsung berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat setempat. Pendekatan perencanaan pengembangan yang


(20)

biasa dilakukan adalah community approach atau community based development. Dalam hal ini masyarakat lokal akan membangun, memiliki, dan mengelola langsung fasilitas wisata serta pelayanannya, sehingga dengan demikian masyarakat diharapkan dapat menerima secara langsung keuntungan secara ekonomi serta mencegah terjadinya urbanisasi.

Penekanan pada kehidupan tradisional merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan, mempersiapkan interaksi spontan antara masyarakat dan wisatawan atau pengunjung untuk dapat memberikan pengertian dan pengetahuan pengunjung tentang lingkungan dan kebudayaan setempat selain memberiakn rasa bangga masyarat lokal terhadap kebudayaannya. Pembangunan penginapan tradisional yang sederhana menggunakan bahan lokal ntuk tradisional diharapkan dapat membarikan kesan tersendiri bagi pengunjung, termasuk masakan tradisional.

Perlu pertimbangan jumlah penginapan, jenis transportasi tradisional, dan lain-lain. Penataan zonasi dan penataan lingkungan alam sekitar desa perlu dilakukan selain penyedian fasilitas wisatawan atau pengunjung. Dalam penentuan zona untukn desa wisata perlu dipertimbangkan front stage dan back stage atau daerah depan dan daerah belakang. Yang dimaksud dengan daerah depan adalah temp at pengalaman, artificial atau buatan, tetapi masih berkaitan dengan tema dari adat-istiadat dan budaya setempat. Di sini wisatawan tidak langsung mendapatkan pengalaman budaya asli.

Daerah ini dimaksudkan untuk menarik wisatawan ataupun memberikan kesan awal bagi wisatawan atau pengunjung. Fasilitas dan pelayanan wisatawan dikelompokkan didaerah depan ini antara lain akomodasi,toko cinderamata, warung,


(21)

dan sebagainya. Daerah belakang adalah daya tarik utamanya, yaitu pemukiman penduduk asli dengan seluruh aktifitas budayanya. Di sini wisatawan atau pengunjung diharapkan dapat memperoleh pengalamn budaya asli yang ontentik. 5. Wisata keagamaan, Etnis dan Nostalgia

Jenis wisata keagamaan, etnis dan nostalgia erat kaitannya dengan wisatawan atau pengunjung yang memiliki latar belakang budaya, agama, etnis, dan sejarah yang sama atau hal-hal yang berhubungan dengan masa lalunya. Wisatawan jenis kegiatan ini biasanya tidak tinggal atau menginap di akomodasi komersial, tetapi dirumah saudara atau teman namun demikian kebutuhan akan fasilitas dan pelayanan lainnya masih merupakan hal penting. Lokasi dan jenis dan kecenderungan pasar wisata kedaerah mana mereka berkunjung. Sebagai contoh kebutuhan fasilitas dan pelayanan pasar wisata nostalgia dan keagamaan akan berada satu dengan yang lain, misalnya dari segi informasi. Pertimbangan penting bagi perencanaan pengembangannya adalah bahwa wisatawan akan meluangkan waktu untuk melakukan rekreasi atau sight-seeing di daerah yang dikunjunginya. Hal ini memerlukan pertimbangan bagi penyediaan aktifitas danjenis obyek dan wisata lainnya, yang sekaligus diharapkan dapat dapat memperpanjang lama tinggal, memperbesar pengeluaran wisatawan dan meningkatkan kepuasan wisatawan.

Pengembangan dalam skala besar seperti wisata keagamaan di Mekah akan memerlukan fasilitas dan pelayanan serta kemudahan lain yang bervariasi dan komplek. Sedangkan untuk pengembangan dalam skala kecil atau sedang, penyediaan fasilitas, pelayanan, dan kemudahan lain akan lebih sederhana. Selain


(22)

penyediaan fasilitas dan pelayanan, penataan zonasi dan penataan lingkungan tetap harus diperimbangkan.

11. Jenis-jenis tour menurut M.Kesrul dalam bukunya berjudul Penyelenggaraan Operasi Perjalanan Wisata halaman 38 menyebutkan:

1. Paket Tour. Tour dengan harga tertentu yang direncanakan dan diselenggarakan oleh TA/TO atas resiko tanggung jawab sendiri. Harga sudah termasuk akomodasi,trasportasi,obyak wisata, dan lain-lain.

2. Independent Tour. Tour disusun atas permintaan tamu(tidak memiliki time scedule), pelaksanaan anytime, dan harga dihitung berdasarkan komponen yang disepakati.

3. Optional Tour. Tur tambahan yang tidak tercantum dalam acara perjalanan. Tur yang di selenggarakan/direncanakan disela-sela acara paket tur tertentu. Peserta tidak harus mengikuti acara perjalanan tersebut.

4. Escorted Tour. Tur yang direncanakan dan diselenggarakan oleh TA/TO dengan mengelompokkan para peserta tur kedalam satu grup yang dipimpin oleh seorang conductor (tour leader = guide) selama perjalanan tur berlangsung.

5. Study Tour. Tur yang disusun dan diselenggarakan untuk tujuan survey/riset bagi mahasiswa atau pelajar ketempat-tempat tertentu (badaya, obyek wisata, dan lain-lain)

6. Reguler Tour. Tur yang direncanakan/diselenggarakan dengan waktu/harga yang telah ditentukan untuk bebagai tujuan domestic,inbound,ataupun outbound.


(23)

12. Jenis-jenis Paket tur (dilihat dari kegiatan/aktifitas)

1. Pleasure Tourism. Berlibur, menikmati udara segar, mengendurkan ketegangan saraf, ingin mengetahui suatu Negara, daerah, atau tempat.

2. Recreation Tourism. Pemanfaatan hari libur: beristirahat, memulihkan kedegaran jasmani dan rohani.

3. Cultural Tourism. Khusus mempelajari adat istiadat dan cara hidup suatu kaum,peninggalan sejarah, keagamaan, festifal music. Contoh: Iwan Fals tour,slank emas tour, Jacko word tour, teater dan kesenian, Grammy award, Cannes award, pemutaran film Prancis, Jepang, Spayol di Jakarta.

4. Adventure Tourism. Kegiatan tur dilakukan di alam terbuka, memerlukan kehlian khusus dan fisik yang fit, dengan resiko yang cukup berbahaya. Tur dipandu oleh pramuwisata yang berpengalaman. Harga paket ini agak mahal.

5. Sport Tourism. Big sport event:Olimpiade, Asian games, ATF Tour, Pergelaran tinju akbar, ALL England, Word Cup dan lain-lain. Sport Tourism of the practitioners: berlatih dan mempraktikkan mendaki gunung, olah raga berkuda, berburu, memancing, dan lain-lain.

6. Business Tourism. Berkaitan dengan pekerjaan dan jabatan (pemerintah atau swasta) sebagai insentive tour sekaligus berbisnis.

7. Convention Tourism. Tur untuk menghadiri suatu konvensi, seminar, muktamar, konggres, dan lain-alin, dalam tingkat nasional ataupun dunia.


(24)

8. Special Interest Tourism. Acara perjalanan khusus dengan asumsi peserta terbatas karena paket tur ini tidak umum. Contohnya: pilgrim dan terjun paying. ( M.Kesrul,S.E.,M.B.A.,2003:39)

13. Komponen paket wisata

1. Harga paket

Rincian komponen perhitungan harga paket didasarkan pada : a. Biaya Trasportasi

b. Biaya Akomodasi

c. Biaya Makan

d. Pemandu Wisata

e. Biaya Parkir

f. Biaya ODTW

g. Biaya Pajak Jalan Raya

h. Biaya Tak Terduga / Biaya lain-lain (Miscelleousness) i. Keuntungan (Profit)

j. Biaya Pajak


(25)

14.Itinerary adalah karena merupakan suatu jadwal dan daftar dengan keterangan lengkap tentang penyelenggaraan perjalanan. Itinerary adalah sebuah dokumen yang memuat acara perjalanan,sejak keberangkatan, di tempat tujuan, hingga kembali ketempat asal. Keterangan-keterangan yang disebutkan dalam dokumen tersebut antara lain waktu penyelenggaraan, tempat obyek kunjungan, dan tempat makan.( M.Kesrul,S.E.,M.B.A.,2003:41)

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan faktor penting didalam suatu penelitian disamping untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian juga untuk mempermudah pengembangan data guna kelancaran penyusunan tugas akhir. Adapaun metode yang digunakan dalam pengumpulan data diperinci sebagi berikut:

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di: a. Museum Radya Pustaka Surakarta

b. Bale Agung Surakarta

c. Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo


(26)

e. PDMN (Pendidikan Dalang Mangkunrgaran) Jl. RM Said Rt3/RwIV No. 111 Punggawan Surakarta sebagai tempat pertunjukkan wayang.

2. Tehnik Pengumpulan Data

Berdasar jenis penelitian dan sumber data yang digunakan, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Metode Observasi, Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam suatu penelitian. (Afifudin & Beni Ahmad Saebani,2009:134). Observasi ke empat obyek yaitu Museum Radyapustaka, Bale Agung, desa Wirun dan gedung PDMN (Pendidikan Dalang Mangkunegaran) sebagai tempat pertunjukkan wayang dalam paket ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2010 sebanyak 3 kali untuk mengamati lokasi objek, meneliti benda-benda koleksi, mengambil gambar serta wawancara dengan pihak pengelola dan karyawan ketiga obyek dalam paket wisata ini.

b. Metode Wawancara, Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau responden. Caranya dengan bercakap-cakap secara tatap muka. (Afifudin & Beni Ahmad Saebani,2009:131).

Penulis mencari data yang dibutuhkan melalui wawancara dan tanya jawab langsung dengan pihak yang berkompetensi dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini penulis mewawancarai pihak yang terkait yaitu:


(27)

1) Wahyu Kristiana,SS Kabid bidang promosi dan Informasi DISBUDPAR Surakarta

2) Soewarni Wijyanti yaitu guiding staff Museum Radya Pustaka Surakarta 3) Sukadi adalah pengelola Bale Agung Surakarta

4) Joko Darmono salah satu pengrajin gamelan di desa Wirun

5) Pandu Miseno yaitu dalang yang akan mempertunjukkan seni wayang dalam paket ini.

c. Studi pustaka, Studi pustaka adalah cara pengumpulan data dengan mempelajari serta mengkaji berbagai macam buku referensi, arsip maupun dokumen yang berhubungan dengan materi yang diteliti.

d. Metode Library Research/Studi Kepustakaaan/Studi Dokumentasi, Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan metode library research, yaitu studi literatur dan studi dokumentasi. Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode documenter ini merupakan metetode pengumpulan data yang berasal dari sumber nonmanusia. Seperti foto yang bermanfaat sebagai sumber informasi karena mampu membekukan dan menggambarkan peristiwa yang terjadi. (Afifudin & Beni Ahmad Saebani,2009:131).


(28)

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN SENI WAYANG KULIT

A. Sejarah Singkat Kota Surakarta

Kota Surakarta berdiri tahun 1745 namun memiliki peran sejarah yang besar. Kota ini pernah menjadi pusat pemerintahan pada masa akhir Kesultanan Mataram, Surakarta menjadi pusat pemerintahan Kasunanan dan Praja Mangkunegaran. Jika ditarik lebih jauh, kedua fiodalisme Jawa ini memiliki keterkaitan dengan Majapahit. karena dinasti Mataram merupakan keturunan dari raja-raja kesultanan Demak, yang juga merupakan penerus suksesi dinasti Wijaya, sang pendiri Majapahit. Pada tanggal 17 tahun 1745 Paku Buwono II boyongan ke desa Sala untuk menenpati istananya yang baru. Dan mulai saat itu desa Sala berkembang pesat sebagai pusat pemerintahan kerajaan Mataram Islam. Untuk mengenang peristiwa boyongan Keraton yang menjadi tonggak penting bagi tonggak sejarah Kota Surakarta maka tanggal 17 Februari dijadikan sebagai hari jadi kota Surakarta. Namun sebagai imbalan jasa dari dari bantuan tersebut maka tahun 1755 dibuatlah perjanjian Giyanti yang membuat kerajaan Mataram Islam pecah menjadi kerajaan Surakarta dengan raja Paku Buwono II dan kerajaan Yogyakarta dengan pangeran Mangkubumi sebagi raja dengan gelar Hamengku Buwono. Dalam perkembangannya kota Surakarta menjadi kota dagang penting (di Surakarta berdiri Syarikat Dagang Islam pada tahun 1905) kota wisata, (dijuluki “kota plesir” dengan konotasi agak negatif), dan kota budaya. Bangunan bersejarah, produk kesenian, makanan khas, serta hiburan (www.KotaSolo.com)


(29)

B. Keadaan Geografis

Kota Surakartan terletak di jantungnya Jawa Tengah, tepatnya diwilayah kerja karisidenan atau terletak pada 110-01’- 51” BT sampai dengan 110-26’-58” dan 70-19’-13” LS sampai dengan 70-42’-16” LS.

Kota Surakarta merupakan salah satu dari 35 kabupaten atau kota di propinsi Jawa Tengah dengan batas-batas administrasi sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Sragen Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat :Kabupaten Sukoharjo

Luas kota Solo adalah 1.085,73 km² yang terbagi atas lima kecamatan yakni : kecamatan Serengan, kecamatan Jebres, Kecamatan Lawean, kecamatan Pasar Kliwon, dan kecamatan Banjarsari. Luas kota Surakarta tersebut terbagi atas penggunaan lahan yang sesuai dengan kepentingannya yang mencangkup penggunaan tanah untuk bangunan milih pemerintah kota, fasililitas umum, jalan raya, dan bangunan perkantoran lainnya. (Puspasari 2003:11)

C. Keadaan Demografis

1. Jumlah penduduk kota Surakarta

Kota Surakarta yang memiliki lima kecamatan ini memiliki kepadatan penduduk yang cukup besar. Jumlah penduduk secara keseluruhan menurut


(30)

2. Tingkat pendidikan di kota Surakarta

Penduduk kota Surakarta yang tersebar di lima kecamatan memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi, mulai dari yang tidak bersekolah sampai dengan tamat perguruan tinggi. Pada dasarnya tingkat pendidikan disuatau daerah memiliki arti penting dalam rangka meningkatkan potensi sumberdaya manusia untuk kemajuan daerah tersebut. Khususnya untuk daerah tujuan wisata (DTW) seperti kota Surakarta ini. SDM memiliki peranan penting dalam mengembangkan industri pariwisata.(Puspasari 2003:11-12)

D. Sosial Ekonomi

Keadaan lingkungan perkotaan dan tingkat pendidikan penduduk kota Surakarta telah mempengaruhi sosial ekonomi penduduknya. Penduduk kota Surakarta yang tersebar dilima kecamatan memiliki mata pencaharian yang berbeda-bada seperti pedagangan, industri, pengangkutan dan jasa. Dari berbagai jenis mata pencaharian tersebut jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh menempati urutan pertama yakni 197.277 orang, sedang pada urutan kedua yaitu penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta dengan jumlah 156.738 orang. Sedangkan dibidang jasa hanya berjumlah 98.652 orang atau merupakan jumlah yang memiliki mata pencaharian lainnya.(Puspasari 2003:11-12)

E. Kepariwisataan Kota Surakarta

Berdasar Rencana Induk Pariwisata Kota Surakarta (RIP) kota Surakarta, sektor pariwisata sebagai salah satu sektor stategis dalam pembangunan perekonomian kota


(31)

Surakarta. Dari segi potensi kota Surakarta juga sangat didukung oleh kekayaan obyek dan daya tarik wisata yang sebagian sudah digarap dan dikembangkan untuk tujuan wisata.

Oleh karena itu optimalisasi sektor pariwisata menjadi pilar utama dalam pembangunan perekonomian kota Surakarta yang menjadi salah satu langkah prioritas yang harus dilakukan.

Banyak potensi dan daya tarik wisata di kota Surakarta yang dapat dijadikan sebagai magnet atau generator penggerak perkembangan kepariwisataan di kota Surakarta. Potensi wisata budaya yang berupa peninggaln sejarah merupakan potensi yang dominan yang dimiliki oleh kota Surakarta, kemudian disusul potensi wisata alam dan buatan. Selain itu juga banyak upacara adat yang dapat dijadikan sebagai atraksi wisata.

Dikota Surakarta potensi dan daya tarik wisata di kategorikan atau dikelompokkan kedalam tiga peringkat yaitu :

1. Peringkat A

Peringkat A merupakan obyek dan daya tarik wisata yang menjadi andalan, sangat menonjol atau terkenal di kota Surakarta. Obyek dan daya tarik yang tergolong dalam kategori ini adalah Pura Mangkunegaran karena dilihat dari keunikan, keragaman, kondisi lingkungan, jangkauan pemasaran, tingkat kunjungan, aksesibilitas, dan sarana prasarana yang tersedia mempunyai nilai paling tinggi dibandingkan obyek wisata lainnya.

2. Peringkat B

Peringkat B merupakan obyek dan daya tarik wisata unggulan atau menonjol yang berpotensi untuk dikembangkan, baik dilihat dari kondisi obyek, keunikan, lingkungan,


(32)

dan skala pengunjung. Jenis obyek yang kedua ini dapat memunculkan daya tarik wisata baru. Obyek wisata ini sedang berkembang, sebagian sudah ada pengelolanya dan sebagian belum dikelola misal Bale Kambang.

3. Peringkat C

Peringkat C merupakan obyek dan daya tarik potensial, yang masih belum berkembang, baik dilihat dari jangkauan pemasaran, jumlah pengunjung, sarana dan prasarana, maupun aksesibilitas dan pengelolaannya. Obyek ini belum berkembang sebab kualitas sumber daya wisata nilainya masih kurang misalkan taman Sriwedari.

Pengembangan obyek wisata kategori pertama sebagi unggulan diharapkan dapat mengangkat prospek pengembangan obyek dan daya tarik wisata kategori kedua dan ketiga yang saat ini belum berkembang. (DISBUDPAR Kota Surakarta)

F. Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Kota Surakarta dan Sekitarnya

1. Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya Antara Lain:

1) Keraton Kasunanan Surakarta, Istana yang dibangun oleh Paku Buwono II pada tahun 1745 ini mempunyai arsiektur tradisional Jawa dengan menara yang terkenal yang disebut panggung Songgo Bowono selain itu terdapat lingkungan pendukung seperti pintu Gladag dan Pamurakan, dua alun-alun di utara dan selatan komplek kraton, juga masjid Agung dan pasar Batik yang terkenal yaitu pasar klewer. Di kraton juga terdapat art gallery yang menyimpan bermacam-macam benda koleksi yang bernilai seni dan sejarah tinggi antara lain kereta kencana, pusaka kerajaan, wayang kulit, berbagi patung antik dan artefak berharga serta beragam karya seni.


(33)

2) Pura Mangkunegaran, Pura Mangkunegaran dibangun pada tahun 1757 oleh Raden Mas Said, lebih dikenal Pangeran Samber Nyowo, yang kemudian menjadi pangeran Mangkoe Nagoro I, dengan arsitektur Jawa klasik yaitu Joglo, keseluruhan istana ini dibuat dari kayu jati yang bulat/utuh. Mangkunegaran memiliki berbagai koleksi dengan nilai seni tinggi seperti berbagai topeng dari penjuru Indonesia, perhiasan-perhiasan emas, kitab-kitab kuno dari jaman Majapahit dan Mataram yang disimpan di perpustakaan Rekso Pustoko

3) Radya Pustaka, merupakan Museum tertua di Indonesia yang dibangun pada tahun 1890. Di museum ini tersimpan koleksi benda-benda kuno yang mempunyai nilai-nilai seni dan sejarah yang tinggi antara lain : arca batu dan perunggu dari zaman Hindhu dan Budha. Koleksi keris kuni dan berbagai jenis senjata tradisional, wayang kulit dan wayang beber. Radya Pustaka Juga memiliki berbagai buku-buku budaya dan pengetahuan sejarah, baik dalam bahasa Jawa, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Belanda.

4) Wuryoningratan Batik Gallery, Salah satu tempat dimana kita dapat melihat berbagai koleksi batik-batik kuno, proses pembuatan batik cap ataupun batik tulis yang disediakn juga tempat untuk berbelanja.

5) Pasar Antik Triwindu, sebuah pasar tradisional terbuka terletak di dekat Pura Mangkunegaran yang menawarkan berbagi jenis barang antik.

6) Kampong Batik Kauman, kampong kuno yang mempunyai seni dan kebudayaan yang khas seperti seni batik. Dengan rumah-rumah kuno yang bersejarah.


(34)

7) Kampung Batik Laweyan, merupakan kawasan sentra industri batik yang unik dengan konsep ‘rumahku adalah galeriku’. Sebagai kawasan cagar budaya, di sana ditemukan situs-situ sejarah. Lawean juga terkenal dengan bentuk bangunan dan lingkungan yang khas. Arsitektur rumah tinggal masyarakat Lawean hampir semua dilengkapi dengan pagar tinggi yang menyebabkan terbentuknya lorong-lorong dengan suasana yang khas.

8) Pasar Klewer, pasar batik dan tekstil terbesar di Indonesia yang menawarkan kesempatan bagi para pengunjung untuk berinteraksi dengan penjual sambil berbelanja dengan menikmati keasyikan tawar menawar.

9) Kethoprak, adalah sebuah drama tradisional peristiwa bersejarah, cerita rakyat, dan legenda. Kesenian ini di selenggarakan di Auditorium RRI.

10)Wayang Orang Sriwedari, seni pertunjukan tradisional yang diperankan oleh para pemain yang piawai memerankan beberapa tokoh cerita. Mensajikan kisah wayang berdasarkan kisah Mahabaratha dan Ramayan yang mengandung pesan moral dan tertanam dalam jiwa masyarakat lokal, dengan setting panggung yang eksotik seolah-olah kita memasuki masa yang telah lalu.

11)Wayang Kulit, kerajinan dari Jawa asli yang dibuat oleh para pengukir kulit dan pelukis wayang yang menggambarkan tokoh cerita Mahabaratha atau Ramayana. Setiap karakter diukir dan ditulis dengan indah kemudian dilengkapi dengan pegangan dari tanduk binatang agar dapat dipegang oleh dalang untuk menggerakkannya.


(35)

12)Wayang Beber, salah satu hasil budaya masyarakat Jawa yang berkembang pada jaman Majapahit akhir. Namun saat ini wayang beber kurang diminati, hanya didaerah tertentu saja masih dapat dijumpai, terutama dimana kesenian tersebut pernah berkembang seperti di kabupaten Pacitan dan Surakarta. Hermin Istiariningsih seorang seniman seni lukis wayang beber dari Surakarta. Sampai sekarang masih aktif melukis wayang beber dimedia kain dan kaca. Dia tinggal di Jagalan, Wonosaren, No.44, Rt04, Rw VII, Jebres, Surakarta.

13)Bale Agung, sebuah galeri pembuatan gamelan (alat musik tradisional Jawa) yang terbuat dari besi, kuningan, dan perunggu dan juga merupakan galeri pembuatan wayang kulit.

14)Candi Cetho, merupakan candi abad ke 15, terletak di lereng Gunung Lawu. Di atas candi Sukuh. Dengan dikelilingi hutan dan perkebunan teh, candi cetho adalah candi Hindu dan merupakan candi yang erotik karena terlihat jelas dalam relief candi berupa lingga dan yoni adalah simbol alat kelamin laki-laki dan perempuan.

15)Candi Sukuh, dibangun pada abad ke 15, sebelum masuknya agama Islam di tanah Jawa, Candi yang sangat unik ini merupakan monumen spiritual dengan relief-relief yang eksotis.

16)Desa Wirun, terletak sekitar 10 km kearah timur kota Surakarta. Merpakan sentra pengrajin Gamelan (alat musik tradisional Jawa). Juga dikenal sebagai desa penghasil genteng, tahu dan alkohol tradisional (DISBUDPAR Kota Surakarta)


(36)

2. Obyek Dan Daya Tarik Wisata Alam Antara Lain :

1) Grojokan Sewu, tempat wisata di gunung Lawu yang dapat ditempuh sekitar 1 jam perjalanan dari Surakarta. Menawarkan kesejukan hawa pengunungan, dengan keindahan air terjun, juga terdapat kolam renang serta atraksi lain seperti flying fox.

2) Umbul Pengging, pemandian umbul pengging terletak di Banyudono, sekitar 12 km ketimur dari arah Boyolali.

3) Selo Pass, perjalanan antara Magelang, Selo, dan Boyolali bisa menyaksikan keindahan alam sekitar lereng merapi, merbabu. Puncak merapi dapat dilihat dari pusat observasi gunung berapi di desa Jirakan, Selo.

4) Gajah Mungkur, terletak 35 km dari arah solo, Waduk Gajah Mungkur adalah sebuah bendungan yang berfungsi menampung luapan air hujan setiap tahunnya, dan juga sebagai sumber pengairan sawah. Panorama alam sekitar bendungan yang indah dan dilengkapi berbagai sarana hiburan , seperti memancing, olahraga, jet ski, naik perahu atau papan peluncur dll. (DISBUDPAR Kota Surakarta)

3. Obyek Dan Daya Tarik Wisata Buatan Antara Lain:

1) Kebun binatang Jurug Surakarta, Berlokasi di kota Surakarta bagian timur yang berada ditepi sungai Bengawan Solo merupakan kebun binatang ternama di Indonesia dengan koleksi satwa, tanaman, serta sarana hiburan dan rekreasi.


(37)

2) Sepur Kluthuk Jala Dara, daya tarik wisata yang relatif masih baru di kota Surakarta dengan menyajikan nuansa kolonial menaiki kereta uap tua peninggalan Belanda dari stasiun Purwosari menuju stasiun Sagkrah dengan melintasi tengah-tengah kota Surakarta serta adanya beberapa atraksi wisata seperti jathilan, dan kunjungan ke obyak dan daya tarik wisata yang dilitasi.

3) Pandawa Water World, arena bermain air dengan menampilkan kemasan khas Jawa yaitu Pandawa (tokoh dalam pewayangan) berada di kawasan Solo Baru kurang lebih 5 km kearah selatan kota Surakarta. (DISBUDPAR Kota Surakarta)

4. Daya Tarik Wisata Kuliner Antara Lain :

1) Nasi liwet, nasi liwet merupakan makanan khas Surakarta yang paling terkenal. Adalah beras yang dimasak dengan kaldu ayam yang membuat nasi terasa gurih dan dan beraroma lezat. Nasi tersebut dicampur dengan sayur labu siam yang dimasak sedikit pedas, telur pindang rebus, daging ayam yang disuwir, kumut (terbuat dari kuah santan yang dikentalkan). Disajikan dengan memakai daun pisang yang dipincuk.

2) Timlo Solo adalah hidangan berkuah bening yang berisi sosis ayam yang dipotong-potong, telor ayam pindang dan irisan hati dan ampela ayam. Menu ini disantap dengan nasi putih yang ditaburi bawang goreng. Berbeda dengan dearah lain, timlo Solo tidak memakai soun dan jamur.

3) Sate Buntel, sate kambing khas Surakarta yang terbuat dari daging kambing yang dicincang, diberi bumbu bawang dan merica dan kemudian dibuntel


(38)

(dibungkus) dengan lemak kambing. Dimakan dengan kecap, cabe rawit, bawang merah, irisan tomat dan bawang.

4) Pecel ndeso, nasi pecel yang berasal dari beras merah, dicampur sayur diberisi dedaunan dan tanaman mulai dari jantung pisang, ningkir, daun petai cina, bunga turi dan kacang panjang. Disantap bersama belut goreng, wader pari digoreng, telor ceplok, sosis solo, bongko (kacang merah dan kelapa), otak dan iso goreng.

5) Cabuk Rambak, biasa dijajakan berkeliling kampung pada hari-hari biasa. Saat perayaan sekaten. Makanan dengan menu utama ketupat ini sangat khas solo memakai ketupat yang dimaksud dengan gendar janur/daun kelapa yang masih muda. Bumbu cabuk rambak memakai wijen yang digoreng bersama santan kelapa, cabai, bawang putih, kemiri dan gula merah. Disantap dengan karak sejenis krupuk dengan bahan dasar beras.

6) Tengkleng, makanan seperti gulai kambing tetapi kuahnya tidak memakai santan, isi tengkleng adalah tulang kambing dengan sedikit daging menempel, bersama dengan sate usus, sate jeroan, otak dan juga organ-organ lain seperti mata, telinga, pipi kaki dan lain-lain.

7) Sate Kere, sate kere ini sangat unik karena menu utamanya adalah sate gembus, yaitu tempe yang terbuat dari ampas tahu kedelai sisa pembuatan tahu. Selain itu terdapat juga sate jerohan sapi, seperti paru, limpa, hati, iso, torpedo, ginjal, babat. Sebelum dibakar bahan makanan ini direndam dalam bumbu khas. Sedangkan bumbu untuk menyantapnya adalah bumbu kacang.


(39)

8) Gudeg Ceker, Ceker (kaki ayam) ini menjadi makanan pendamping yang dihidangkan bersama gudeg. Ceker direbus dengan bumbu santan sehingga terasa lunak dan lezat. Selain gudeg, ceker juga bisa disajikan sebagai makanan pendamping dari bubur.

9) Tahu Kupat, salah satu makanan khas Surakarta terdiri dari ketupat, mie basah, taoge, tahu goreng,, bakwan yang dipotong-potong dan kacang goreng yang disiram dengan bumbu kecap manis dengan rasa bawang yang cukup terasa, kadang ditambah dengan telur dadar.

10)Bakmi Toprak, meskipun namanya mirip dengan kethoprak Jakarta namun menunya sangat berbeda. Tidak seperti kethoprak Jakarta memakai sambal kacang, kethoprak Solo berkuah bening, terdiri dari mie kuning, irisan kol, tahu goreng, telur, tempe goreng dan sosis, kemudian disiram dengan kuah kaldu dan irisan tetelan daging sapi serta taburan bawang goreng, kadang dicampur dengan karak (kerupuk nasi)

11) Selat Segar Solo, adalah salah satu bentuk percampuran masakan berkuah asal barat dengan selera lidah lokal yang menciptakan masakan khas Solo. Racikan selat Solo merupakan adaptasi dari salad yang terdiri dari daging yang diiris tipis, ditambah rebusan buncis, kentang, wortel, telur pindang dan mayonise. Racikan ini kemudian disiram dengan kuah kecap encer.

12)Sambel Tumpang, yang terdiri dari nasi putih yang ditumpangi aneka sayuran rebus seperti bayam, touge, dan kacang panjang lalu disiram dengan kuah kental. Kuah ini dibuat dari campuran santan dan tempe yang semangit (tempe yang


(40)

mulai membusuk) yang dihaluskan. Biasanya didalam kuah tumpang ini terdapat tahu putih, telur dan krecek (kulit sapi).

13)Gule Goreng, di Solo ada cara lain menikmati gule kambing yang disebut gule goring (gu-gor) gule kambing yang berkuah santan kental dimasak diatas anglo (kompor arang) sampai kering. Proses ini membuat daging semakin empuk dan menciptakan rasa unik dank has.

14)Wedangan merupakan salah satu tempat bersosialisasi masyarakat Surakarta. Tidak hanya tempat berjualan makanan, tetapi juga sebagai sarana bersantai, bertukar berbagai informasi dengan suasana khas. Diatas meja dan gerobak unik tersaji nasi bungkus kecil-kecil dan berbagai lauk pauk yang sangat akrab dilidah karena merupakan makanan sehari-hari. Pengunjung bisa menikmati teh hangat atau wedang jahe, yang menarik di tempat ini terbentuk kepercayaan antara penjual dan pengunjung. Pembeli tinggal mengatakan apa yang sudah disantap dan penjual dengna sigap akan menghitungnya.

15)Serabi Solo, berbeda dengan serabi daerah lain. Jajanan ini disantap tidak menggunakan kuah santan yang manis, karena rasanya sendiri sudah manis dan gurih. Serabi Solo terbuat dari adonan tepung beras, gula pasir, santan dan berbebtuk bulat seperti piring dengan kerak disekelilingnya yang kering dan renyah. Selain polos serabi Solo juga mengunakan toping yang beraneka macam seperti taburan coklat, nangka, irisan pisang.

16)Intip, adalah kerak nasi yang dijemur sampai kering, kenmudian digoreng dalam minyak yang panas. Setelah matang ditaburi garam dan adonan gula merah cair.


(41)

Intip terasa gurih karena merupakan sari dari nasi yang mengumpul di kerak nasi yang ada di dasar periuk.

17)Dawet Ayu Pasar Gedhe ini berbeda dengan dawet kebanyakan. Dawet ini berisi cendhol dari tepung beras atau onggok, ketan hitam dan selasih yang disiram dengan sirup dari gula kelapa yang berwarna bening bukan kecoklatan seperti cendhol kebanyakan. Disajikan dalam mangkik kecil.

18)Gempol Pleret terdiri dari tepung beras kasar yang dibuat bulatan-bulatan berdiameter sekitar 1,5cm. bulatan ini kemudian disiram dengan kuah santan dan ditaburi parutan gula kelapa.

19)Wedang Dongo, miniman hangat beraroma jahe ini mirip dengan wedang rondhe. Wedang dongo terdiri dari bulatan yang terbuat dari tepung ketan yang berisi kacang tumbuk dan irisan kolang-kaling. Kemudian campuran ini disiram dengan air jahe manis.

20)Rambak Petis cemilan berbahan baku kulit sapi dan kerbau, dibuat seperti membuat krupuk, setelah dijemur potongan kulit yang berbentuk kotak sebesar ibu jari yang telah kering ini direndam racikan bumbu sebelum akhirnya digoreng. Yang unik pasangan dari makanan ini adalah petis, adalah semacam kecap yang dihidangkanbersama rambak. Dibuat dari kaldu sapi yang diproses bersama gula dan bumbu khas.


(42)

21)Tahok, makan yang konon barasal dari China ini terdiri dari ampas kedelai yang menggumpal seperti agar-agar lembek, kemudian disiram dengan kuah dari campuran gula dan jahe sehingga terasa hangat. (DISBUDPAR Kota Surakarta)

G. Kalender Even kota Surakarta 2010 1. Januari

Wilujengan Boyongan Kedhaton, even ini berada di Keraton Kasunanan

Surakarta untuk memperingati ditemukannya kota Sala serta perpindahan atau

boyongan dari Kartasura menuju desa Sala yang kemudian dijadikan pusat kerajaan

Mataram Islam, dalam acara ini diselenggarakan Kenduri atau upacara dalam

kebudayaan jawa dengan memberikan doa-doa.

2. Februari

a) Grebeg Sudiro, tempat penyelenggaraan even ini di area pasar Gedhe (salah satu pasar tradisional terbesar dikota Surakarta) yaitu untuk merayakan hari Imlek (tahun baru China) dengan menumpuk beberapa kue keranjang (kue tradisional China) diseputaran pasar Gedhe masyarakat baik Jawa maupun China merayakan ini dengan memasang lampion-lampion khas China diseputar pasar.

b) Solo Carnival, bertempat di jalan Slamet Riyadi (jalan utama di kota Surakarta) sebagi perayaan hari ulang tahun kota Surakarta


(43)

3. Maret

a) Gondorasan Keraton Kasunanan (Adang Tahun Dal 1943), acara ini

diselenggarakan 8 tahun sekali dalam penyelenggaraannya PB XIII dan para

abdi dalem atau karyawan Keraton menanak nasi dengan menggunakan

kendhil (tempat menanak nasi) bernama Kyai Yuda. Beras yang digunakan

adalah beras jenis Raja lele, dimana selama penanaman beras ini

menggunakan pupuk alami dari kotoran kerbau bernama kyai Slamet.

b) Sekaten, nama sekaten diambil dari kata Syahadatain atau dua kalimat

Syahadad ini untuk memperingati hari kelahiran nabi Muhammad SAW.

Banyak atraksi dan masyarakat berdatangan untuk berjualan atau membeli

berbagai souvenir dan kerajinan.

c) Grebeg Mulud, acara punak dalam perayaan sekaten dimana mengarak

Gunungan dari Keraton Kasunanan menuju Masjid Agung untuk didoakan

sebelum dibagikan kepada masyarakat.

4. April

a) Mahesa Lawung Kasunanan, bertempat di Keraton dan Krendhawahana (hutan


(44)

adalah tempat bagi kraton Kasunanan untuk meminta keselamatan dan

menghindari segala sesuatu hal yang buruk.

b) Bengawan Travel Mart, pertemuan antara pembeli dan penjual dalam bisnis

kepariwisataan untuk memajukan pasar wisata serta lebih mengangkat kpotensi

kepariwisataan.

c) Solo menari, di jalan Slamet Riadi dimana dilakukan prtunjukan menari di

sepanjang jalan ini.

5. Mei

Festifal kuliner, pameran bebagai macam makanan tardisional Jawa. Didalam

pameran ini akan mempertunjukkan beragam makanan dan minuman khas kota

Surakarta dan berbagai daerah lain.

6. Juni

a) Seni Kampung Solo, pertunjukan seniman lokal yang berbakat kemampuan dalam hal seni.


(45)

b) Kreaso (Kreatif Anak Sekolah Solo), bertempat di Pura Mangkunegaran menampilkan beberapa kreatifitas pelajar di Kota Surakarta, pertunjukan seni, pameran penghargaan pelajar Surakarta.

c) Solo Batik Fashion, peragaan busana batik diselenggarakan oleh perancang busana batik dan menggunakan produk-pruduk batik dari Solo.

d) Solo Batik Carnival, carnaval dengan tema batik yang diikuti oleh ratusan orang dari berbagai kalangan dan acara ini dilakukan untuk mengangkat image batik serta image Surakarta sebagai kota batik.

e) APMCHUD (Asian Pacific Ministerial Conference on Housing And Urban Development), adalah konferensi Asia Pasifik untuk membahas masalah perumahan di kedua benua tersebut. Didalam acara ini juga di selipkan pertunjukan budaya kota Surakarta.

7. Juli

a) Mangkunegaran Perfoming Art, pertunjukan budaya dan memperkenalkan dinasti-dinasti di Pura Mangkunegaran

b) Kemah Budaya dan Festifal Dolanan Bocah, bertepat di alun-alun selatan. Para pelajar melakukan kemah budaya dengan adanya pertunjukan permainan anak-anak Jawa

c) Wiyosan Dalem Tinggalan Jumenengan ISKS XIII. Di Keraton Kasunanan Surakarta akan di pertunjukkan tari Bedhaya Ketawang adalah tari spesial yang tidak semua penari bisa melakukan dan hanya ditarikan pada event tertentu.


(46)

d) Keraton Art Festifal, pameran kebudayaan baik yang terlihat seperti peninggalan pausaka karejaan maupun yang tidak terlihat seperti ritual-ritual, gamelan dll.

e) Solo International Perfoming Art, pertunjukan kesenian baik dari kota Surakarta, daerah lain di Indonesia maupun luar negeri.

f) Solo Keroncong Festifal, penampilan artis-artis keroncong dari dalam dan luar negri, untuk menjaga music tradisional dan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme.

g) Pinjung Kencong, bertempat di museum Radya Pustaka. Acara ini untuk memperkenalkan dan mempertunjukkan,menjaga bagaimana atribut-atribut tradisionl.

h) Pemilihan Putra Putri Solo, penghargaan sebagi putra putri Solo.

8. Agustus

a) Solo Internasional Etnik Music (SIEM) acara besar dengan mengangkat pertunjukan-pertunjukkan musik-musik etnik dari dalam negeri atau luar negeri.

b) Malem Selikuran, ritual tradisi kerato Kasunanan pada malam ke 21 di bulan ramadhan sebagai peringatan tanggal diturunkannya kitab suci ke bumi melalui nabi Muhammad SAW, dalam acara ini sebanyak 1000 tumpeng diarak menuju Sriwedari ikut serta Raja keratin Kasunanan dan pasukannya dengan membawa 21 obor yang mempertandakan malam ke 21 dan ritual tersebut dimulai.


(47)

a) Grebeg Pasa, upacara tradisional dengan membawa gunungan dari keratin Kasunanan menuju masjid Agung yan diadakan pada hari menjelang perayaan Idul Fitri.

b) Pecan Syawalan, diadakan di Taman satwa taru Jurug dan Bale kambang yaitu adalah jenis acara pada bulan Syawal bulan setelah berpuasa satu bulan.

c) Festifal Keraton Sedunia, pameran keudayaan dari setiap kerajaan di dunia.

10. Oktober

a) Bengawan Solo Gethek Festifal, berada di langenharjo dan Jurug. Mendayung ethek atau sejenis perahu untuk mengingat peristiwa masa keemasan Sungai tersebut yang digunakan sebagai media trasportasi yang pening saat itu.

b) Pasar Seni Balekambang. Perayaan Taman Balekambang dengan mengadakan pameran kebudayaan dan lukisan.

11. Nov

a) Kirab Malam Satu Sura, kirab budaya untuk merayakan tahun baru tahun Jawa dengan mengirabkan berbagai pusaka kerajaan dan beberapa ekor kerbau berwarwa putih bernama kebo kyai slamet.

b) Festival Suro, pertunjukan berbagai budaya di Keraton Kasunanan dan Puro Mangkunegaran untuk memperingati bulan suro

c) Gelar Seni Malam Tahun Baru, pertunjukan seni dan budaya untuk menyambut malam tahun baru. (DISBUDPAR Kota Surakarta)


(48)

H. Seni Wayang Kulit

1. Asal-usul Wayang menurut (Suyamto,1992:12), Berbagai pendapat dari para

pakar pewayangan, antara lain Dr. G.A.J. Hazeu, Dr. W.H. Rassers, Dr.

Brandes, Dr. Cohan Stuart, Prof. Kerns, Drs. Soeroto, KGA Kusumodilogo, dan

Ir. Sri Mulyono kesimpulan dan pendapat-pendapat tersebut pada garis besarnya

terbagi dua:

1) Pertunjukan wayang berasal, atau setidak-tidaknya terpengaruh oleh pertunjukan tonil India Purba yang disebut Chayanataka (seperti pertunjukan baying-bayang)

2) Pertunjukan wayang adalah asli ciptaan orang Jawa, Nicholas J. Krom dalam bukunya Hindoe Javaansche Geschiedenis menyebutkan beberapa adanya unsur karakteristik pada peradapan Melayu, terutama peradapan Jawa, yang sudah ada sebelum kedatangan orang Hindu di Jawa,diantaranya adalah:

1) Sistem irigasi terhadap padi di sawah

2) Proses pembuatan kain Batik

3) Gamelan

4) Pertunjukan wayang kulit.

Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek


(49)

moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.

Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana.

Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian:

1) Wayang Kulit di Jawa Timur

2) Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah 3) Wayang Golek di Jawa Barat

Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu "Mana yang Isi(Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)".


(50)

a). Wayang purwa atau wayang kulit purwa. Kata purwa (pertama) dipakai untuk membedakan wayang jenis ini dengan wayang kulit yang lainnya. Banyak jenis wayang kulit mulai dari wayang wahyu, wayang sadat, wayang gedhog, wayang kancil, wayang pancasila dan sebagainya. Purwa berarti awal, wayang purwa diperkirakan mempunyai umur yang paling tua di antara wayang kulit lainnya. Kemungkinan mengenai berita adanya wayang kulit purwa dapat dilihat dari adanya prasasti di ababd 11 pada zaman pemerintahan Erlangga yang menyebutkan:

"Hanonton ringgit manangis asekel muda hidepan, huwus wruh towin jan walulang inukir molah angucap" (Ada orang melihat wayang menangis, kagum, serta sedih hatinya. Walaupun sudah mengerti bahwa yang dilihat itu hanya kulit yang dipahat berbentuk orang dapat bergerak dan berbicara).

Petikan di atas adalah bait 59 dalam Kakawin Arjuna Wiwaha karya Empu Kanwa (1030), salah satu sumber tertulis tertua dan autentik tentang pertunjukan wayang kulit yang mulai dikenal di Jawa, yaitu pada masa pemerintahan Dharmawangsa Airlangga di Kerajaan Kediri.

Wayang purwa, biasanya menggunakan ceritera Ramayana dan Mahabarata, sedangkan jika sudah merambah ke ceritera Panji biasanya disajikan dengan wayang Gedhog. Wayang kulit purwa sendiri terdiri dari beberapa gaya atau gagrak, ada gagrak Kasunanan, Mangkunegaran, Ngayogjakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan sebagainnya.

Wayang kulit purwa terbuat dari bahan kulit kerbau, yang ditatah, diberi warna sesuai dengan kaidah pulasan wayang pedalangan, diberi tangkai dari bahan tanduk kerbau


(51)

bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri dari tuding dan

gapit.

b). Wayang Madya adalah Wayang kulit yang diciptakan oleh Mangkunegara IV sebagai penyambung cerita Wayang Purwa dengan Wayang Gedog. Cerita Wayang Madya merupakan peralihan cerita Purwa ke cerita Panji. Salah satu cerita Wayang Madya yang terkenal adalah cerita Anglingdarma. Wayang madya tidak sempat berkembang di luar lingkungan Pura Mangkunegaran.

Cerita Wayang Madya menceritakan sejak wafatnya Prabu Yudayana sampai Prabu Jayalengkara naik tahta. Cerita Wayang Madya ditulis oleh R.Ngabehi Tandakusuma dengan judul Pakem Ringgit Madya yang terdiri dari lima jilid, dan tiap jilid berisi 20 cerita atau lakon.

Tokoh dalam Wayang Madya

a. Anglingdarma

b. Batik Madrim

c. Anglingkusuma

d. Gandakusuma

e. Merusupadma

f. Wil Maricikunda

c). Wayang Gedog atau Wayang Panji adalah wayang yang memakai cerita dari serat Panji. Wayang ini mungkin telah ada sejak zaman Majapahit. Bentuk wayangnya hampir sama dengan wayang purwa. Tokoh-tokoh kesatria selalu memakai tekes dan rapekan. Tokoh-tokoh rajanya memakai garuda mungkur dan gelung keling. Dalam cerita Panji tidak ada tokoh raksasa dan kera. Sebagai gantinya, terdapat tokoh Prabu


(52)

Klana dari Makassar yang memiliki tentara orang-orang Bugis. Namun, tidak selamanya tokoh klana berasal dari Makassar, terdapat pula tokoh-tokoh dari Bantarangin (Ponorogo), seperti Klana Siwandana, kemudian dari Ternate seperti prabu Geniyara dan Daeng Purbayunus, dari Siam seperti Prabu Maesadura, dan dari negara Bali.

Wayang gedog yang kita kenal sekarang, konon diciptakan oleh Sunan Giri pada tahun 1485 (gaman naga kinaryeng bathara) pada saat mewakili raja Demak yang sedang melakukan penyerbuan ke Jawa Timur (invasi Trenggono ke Pasuruan).

Wayang Gedog baru memakai keris pada zaman panembahan Senapati di Mataram. Barulah pada masa Pakubuwana III di Solo wayang gedog diperbarui, dibuat mirip wayang purwa, dengan nama Kyai Dewakaton.

Dalam pementasannya, wayang gedog memakai gamelan berlaras pelog dan memakai punakawan Bancak dan Doyok untuk tokoh Panji tua, Ronggotono dan Ronggotani untuk Klana, dan Sebul-Palet untuk Panji muda. Seringkali dalam wayang gedog muncul figur wayang yang aneh, seperti gunungan sekaten, siter (kecapi), payung yang terkembang, perahu, dan lain-lain.

Di Surakarta, tinggal ada dua dalang wayang gedog, yaitu Bp. Subantar (SMKI/ Konservatori) dan Bp. Bambang Suwarno, S.Kar (STSI) yang juga salah satu desainer wayang gedog yang masih bertahan sampai sekarang.

d). Wayang Calonarang juga sering disebut sebagai Wayang Leyak, adalah salah satu jenis wayang kulit Bali yang dianggap angker karena dalam pertunjukannya banyak mengungkapkan nilai-nilai magis dan rahasia pangiwa dan panengen. Wayang ini pada dasarnya adalah pertunjukan wayang yang mengkhususkan lakon-lakon dari ceritera


(53)

Calonarang. Sebagai suatu bentuk seni perwayangan yang dipentaskan sebagai seni hiburan, wayang Calonarang masih tetap berpegang pada pola serta struktur pementasan wayang kulit tradisional Bali (Wayang parwa).

Pagelaran wayang kulit Calon arang melibatkan sekitar 12 orang pemain yang terdiri dari:

a. 1 orang dalang

b. 2 orang pembantu dalang

c. 9 orang penabuh

Diantara lakon-lakon yang biasa dibawakan dalam pementasan wayang Calonarang ini adalah:

a. Katundung Ratnamangali

b. Bahula Duta

c. Pangesengan Beringin

Kekhasan pertunjukan wayang Calonarang terletak pada tarian sisiya-nya dengan teknik permainan ngalinting dan adegan ngundang-ngundang di mana sang dalang membeberkan atau menyebutkan nama-nama mereka yang mempraktekkan pangiwa. Hingga kini wayang Calonarang masih ada di beberapa Kabupaten di Bali walaupun popularitasnya masih di bawah wayang Parwa.

e). Wayang krucil pertama kali diciptakan oleh Pangeran Pekik dari Surabaya dari bahan kulit dan berukuran kecil sehingga lebih sering disebut dengan Wayang Krucil. Wayang ini dalam perkembangannya menggunakan bahan kayu pipih (dua dimensi) yang kemudian dikenal sebagai Wayang Klithik.Di daerah Jawa Tengah


(54)

wayang krucil memiliki bentuk yang mirip dengan wayang gedog. Tokoh-tokohnya memakai dodot rapekan, berkeris, dan menggunakan tutup kepala tekes (kipas). Sedangkan, di Jawa Timur tokoh-tokohnya banyak yang menyerupai wayang kulit purwa , raja-rajanya bermahkota dan memakai praba. Di Jawa Tengah, tokoh-tokoh rajanya bergelung Keling atau Garuda Mungkur saja.

3. Beberapa Golongan Wayang Kulit

a) Wayang Kidang kencana adalah boneka wayang berukuran sedang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, sesuai dengan kebutuhan untuk mendalang (wayang pedalangan).

b) Wayang Ageng yaitu boneka wayang yang berukuran besar, terutama anggota badannya di bagian lambung dan kaki melebihi wayang biasa, wayang ini disebut wayang jujudan.

c) Wayang kaper yaitu wayang yang berukuran lebih kecil dari pada wayang biasa. d) Wayang Kateb yaitu wayang yang ukuran kakinya terlalku panjang tidak

seimbang dengan badannya.

Pada perkembangannya bentuk bangun wayang kulit ini mengalami perkembangan bahkan pergeseran dari yang tradisi menjadi kreasi baru. Pada zaman Keraton Surakarta masih berjaya dibuat wayang dalam ukuran yang sangat besar yang kemudian diberi nama Kyai Kadung, hal ini yang mungkin mengilhami para dalang khususnya Surakarta untuk membuat wayang dengan ukuran lebih besar lagi. Misalnya Alm Ki Mulyanto mangkudarsono dari Sragen Jawa tengah membuat Raksasa dengan ukuran 2 meter, dengan bahan 1 lembar kulit kerbau besar dan masih harus disambung lagi. Karya ini


(55)

yang kemudian ditiru oleh Dalang Muda lainnya termasuk Ki Entus dari Tegal, Ki Purbo Asmoro Surakarta, Ki Sudirman Sragen dalan masih banyak lagi.

Ki Entus Susumono dari Tegal bahkan telah banyak membuat kreasi wayang kulit ini, mulai dari wayang planet, wayang tokoh kartun seperti superman, batman, satriya baja hitam, robot, dinosaurus, dan wayang Rai- Wong (bermuka orang), tokoh George Walker Bush, Saddam Hussain, sampai pada tokoh-tokoh pejabat pemerintah. Penambahan tokoh wayang dalam pergelaran wayang kulit juga semakin marak, misalnya dengan ditambahkanya berbagai boneka wayang dari tokoh polisi, Helikopter, motor ambulan, barisan Tentara, Pemain Drum band, sampai tokoh Mbah Marijan.

4. Dalang

Dalang dalam dunia pewayangan diartikan sebagai seseorang yang mempunyai keahlian khusus memainkan boneka wayang (ndalang). Keahlian ini biasanya diperoleh dari bakat turun - temurun dari leluhurnya. Seorang anak dalang akan bisa mendalang tanpa belajar secara formal. Ia akan mengikuti ayahnya selagi mendalang dengan membawakan peralatan, menata panggung, mengatur wayang (nyimping), menjadi pengrawit, atau duduk di belakang ayahnya untuk membantu mempersiapkan wayang yang akan dimainkan.

Kata Dalang ada yang mengartikan berasal dari kata Dahyang, yang berarti juru penyebuh berbagai macam penyakit. Dalang dalam jarwo dhosok diartikan pula sebagai

ngudal piwulang (membeberkan ilmu), memberikan pencerahan kepada para penontonya. Untuk itu seorang dalang harus mempunyai bekal keilmuan yang sangat banyak. Berbagai bidang ilmu tentunya harus dipelajari meski hanya sedikit, sehingga


(56)

ketika dalam membangun isi dari ceritera bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan nilai-nilai kekinian.

Dalang adalah seorang sutradara, penulis lakon, seorang narator, seorang pemain karakter, penyusun iringan, seorang penyanyi, penata pentas, penari dan lain sebagainya. Kesimpulannya dalang adalah seseorang yang mempunyai kemampuan ganda,dan juga seorang manager, paling tidak seorang pemimpin dalam pertunjukan bagi para anggotanya (pesinden dan pengrawit). (wikipedia)

5. Gamelan

Gamelan Jawa terbagi menjadi dua laras atau tuning yang berbeda yakni laras Slendro dan laras Pelog.

Laras adalah susunan nada-nada dalam satu gembyangan (oktaf) yang sudah tertentu tinggi rendah dan tata intervalnya. Laras Slendro terdiri dari 5 nada, sedangkan Laras Pelog dibagi menjadi 7 deret nada.

Gamelan disajikan sebagai iringan wayang atau sebagai sajian karawitan bebas atau klenengan atau konser gamelan. Para penabuh gamelan disebut Niyogo, beberapa penyanyi wanita yang disebut Pesinden dan beberapa penyanyi pria yang disebut Wira Swara juga merupakan bagian dari suatu sajian gamelan untuk mengiiringi wayang atau klenengan.

Dalam sajian karawitan tradisi, ricikan kendang berfungsi sebagai pengatur atau pengendali (pamurba) irama lagu/gending. Cepat lambatnya perjalanan dan perubahan ritme gending-gending tergantung pada pemain kendang yang disebut pengendang.


(57)

1) Rebab adalah instrumen (ricikan) gamelan yang bahan bakunya terdiri dari kayu, kawat (string), semacam kulit yang tipis untuk menutup lubang pada badan rebab (babat), bagian rebab atau badan rebab yang berfungsi sebagai resonator (bathokan), rambut ekornya kuda yang berfungsi sebagai alat gesek (kosok) namun untuk saat ini lazim menggunakan senar plastik, dan kain yang dibordir sebagai penutup bathokan. Cara membunyikan rebab dengan cara digesek dengan alat yang disebut kosok. Dalam sajian karawitan rebab berfungsi sebagai Pamurba Yatmoko atau jiwa lagu, rebab juga sebagai pamurba lagu melalui garap melodi lagu dalam gending-gending, melaksanakan buka atau introduksi gending, senggrengan, dan Pathetan agar terbentuk suasana Pathet yang akan dibawakan. Rebab juga berfungsi untuk mengiringi vokal yang dibawakan oleh ki dalang. Utamanya pada lagu jenis Pathetan dan Sendhon.

2) Kendang adalah instrumen gamelan yang bahan bakunya terbuat dari kayu dan kulit. Cara membunyikan kendang dengan cara dipukul dengan tangan (di-kebuk atau di-tepak). Ukuran kendang Jawatimuran yang dipakai dalam pedalangan terdiri dari 3 (tiga) jenis kendang. Yakni kendang Gedhe, kendang Penanggulan (tradisi Jawa Tengah dinamakan ketipung), dan kendang Gedhugan (tradisi Jawa Tengah dinamakan kendang ciblon atau sejenis). Dalam sajian karawitan tradisi, ricikan kendang berfungsi sebagai pengatur atau pengendali (pamurba) irama lagu/gending. Cepat lambatnya perjalanan dan perubahan ritme gending-gending tergantung pada pemain kendang yang disebut pengendang. Hidup atau berkarakter dan tidaknya sebuah lagu atau gending itu tidak terlepas dari keterampilan serta kepiawaian seorang pengendang dalam memainkan ukel atau


(58)

wiled kendangannya dalam mengatur laya atau tempo. Mengingat begitu pentingnya peranan ricikan kendang dalam tata iringan karawitan, biasanya seorang dalang membawa pengendang sendiri dalam setiap pementasannya. Dengan membawa pengendang sendiri seorang dalang akan lebih mantap dalam menggelar pakelirannya. Para dalang menganggap kendang adalah bagian dari belahan jiwanya ketika ki dalang menggelar pakelirannya. Seorang pengendang bawaan dalang (gawan) biasanya sudah memahami dengan baik selera atau keinginan ki dalang. Ibarat pengemudi ia memahami betul bagaimana selera tuannya.

3) Gender merupakan bagian dari perangkat ricikan gamelan yang bahan bakunya terbuat dari logam perunggu, kuningan dan/atau besi. Sedangkan bahan yang paling bagus adalah yang terbuat dari perunggu. Gender dari bahan perunggu selain tampilannya menarik, bunyinya juga lebih bagus karena bahan tersebut mampu menghasilkan suara yang nyaring dan jernih bila perbandingan campuran logamnya seimbang, yakni antara tembaga dengan timah putih. Gender terdiri dari rangkaian bilah-bilah yang di sambung oleh tali yang disebut pluntur dan di topang oleh sanggan yang terbuat dari bahan logam, bambu, dan/ atau tanduk binatang (sungu) yang telah dibentuk sedemikian rupa sehingga terkesan serasi dan bagus. Untuk menghasilkan bunyi atau suara yang bagus dan tampilan indah, rangkaian bilah-bilah gender diletakkan di atas rancakan yang ditengah-tengah bagian bawahnya diberi bumbung (bahan dari bambu) dan atau logam (seng) yang berfungsi sebagai resonator. Bentuk dan ukurannya diwujudkan sedemikian rupa berdasarkan besar kecilnya bilah dan ditambah


(1)

transfer out/check in hotel kulit Berakhir

C. Fasilitas Pendukung Paket Wisata minat khusus seni wayang kulit

Berikut adalah fasilits pendukung paket wisata minat khusus seni wayang kulit di kota Surakarta :

Table 6 : Rumah Makan fasilitas paket wisata

NO NAMA RESTORANT ALAMAT NO TELP

1 Bima Restaurant

(chenese ang Indonesian Food)

Jl. Slamet Riyadi 120 0271-653034

Merupakan fasilitas pendukung dari paket wisata yang akan dikunjungi pada saat wisatawan beristirahat siang berupa makanan khas Indnesia

Table 7 : fasilitas trasportasi dalam paket wisata

1 NAMA ARMADA ALAMAT NO TELP

White Horse Jl. LA Adi Sucipto

KM 11,5 Yogyakarta

497630 / 0274-497631

Bus pariwisata yang akan digunakan adalah Bus White Horse dengan fasilitas full music, AC, DVD dan lain-lain. Menawarkan kenyamanan tempat duduk pada saat perjalanan.

D. Pemasaran Hasil Penyusunan Paket Wisata Minak Khusus Seni Wayang kulit di Kota Surakarta


(2)

Pemasaran paket wisata ini bertujuan untuk dapat meningkatkan kunjungan wisata, mengenalkan kebudayaan Indonesia kepada masyarakat umum/dunia, usaha yang dilakukan yaitu pemasangan iklan melalui media internet, media cetak serta bekerjasama dengan biro-biro perjalan wisata , hotel, dan restoran dimana terdapat banyak turis Manca Negara, ke berbagai sekolah yaitu sebagai paket wisata edukasi budaya dan komunitas pecinta budaya khususnya Seni Wayang Kulit. Selain itu jufga melalui kegiatan pameran wisata seperti Borobudur Travel Mart, Bengawan Travel Mart dll.


(3)

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Kota Surakarta terkenal dengan berbagai ragam kebudayaan yang menjadi sumber kebudayaan Jawa di Indonesia, berbagai kebudayaan yang nyata dan tidak nyata atau intangible tumbuh dan perkembang di kota Surakarta.peninggalan-peninggalan sejarah,bangunan-bangunan keratin maupun pasar-pasar tua mampu menjadi daya tarik wisata bagi wisatawan domestik maupun manca negara Salah satu bentuk kebudayaan hasil masyarakat Indonesia berupa Seni Wayang kulit juga bertumbuh baik di kota ini.

Menanggapi potensi yang dimiliki kota Surakarta tersebut, pembentukan paket wisata minat khusus seni wayang kulit terdiri dari museum yang menampilkan wayang yaitu museum Radya Pustaka, pembuatan gamelan atau alat musik pengiring pertunjukkan wayang di Bale Agung dan pertunjukkan seni wayang kulit yang bisa dilihat hanya beberapa jam.

Saat ini seni wayang kulit belum dikemas dalam bentuk paket wisata dan pertunjukkan ini hanya bisa dilihat dalam berbagai kesempatan khusus saja, namun dengan penyusunan ini kapanpun wisatawan menginginkna untuk melihat pertunjukkan maka akan bias terlaksana

Hal ini jika dikelola dan di promosikan secara serius maka akan menjadi daya tarik wisata sehingga jumlah kunjunganwisatawan ke kota Surakarta akan meningkat.


(4)

B. SARAN

Dari kesimpulan diatas, dapat diberikan saran bagi pihak terkait agar obyek dan daya tarik wisata yang ada di kota Surakarta khususnya wisata budaya dapat berkembang dan terjaga kelestariannya serta menjadi produk unggul kota Surakarta yaitu :

a. Khusus

1. Mengadakan jadwal atraksi wisata khususnya seni wayang kulit secara reguler untuk lebih dikenalnya seni ini dan sebagai ajang promosi kepada wisatawan asing.

2. Melakukan pengelolaan secara serius terhadap potensi-potensi wisata budaya terutama dalam hal pertunjukkan budaya.

3. Penambahan fasilitas-fasilitas pertunjukkan budaya.

4. Menghidupkan kembali aktifitas Museum Radya Pustaka sebagai tempat edukasi kebudayaan

5. Mengelola Bale Agung sebagai pusat tujuan wisata seni wayang kulit

6. Memperbaiki akses menuju ODTW

7. Bekerjasama dengan kabupaten-kabupaten Karisedenan Surakarta yang memiliki potensi dan korelasi wisata budaya

b. Umum


(5)

2. Menanamkan sadar wisata bagi masyarakat Surakarta

3. Menanamkan cinta budaya melalui seni pertunjukkan kepada seluruh masyarakat kota Surakarta

4. Lebih giat lagi dalam mempromosikan kawasan wisata di kota Surakarta kepada mayarakat umum agar bertambahnya kunjungan wisata baik domestik maupun international

5. Memperbanyak dan menjaga fasilitas-fasilitas akomodasi untuk wisatawan tinggal lebih lama dikota Surakarta

6. Memperbanyak atraksi-atraksi wisata sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung ke kota Surakarta

7. Menambah maskapai penerbangan international guna mempermudah wisatawan asing berkunjung ke kota Surakarta


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Afifudin & Beni Ahmad Saebeni.2009.Metodologi Penelitian

Kualitatif.Bandung:Pustaka Setia

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.Undang-Undang No.10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

Happy Marpaung.2002.Pengetahuan Kepariwisataan.Bandung.Alfabeta

I Gde Pitana & Putu G. Gayatri.2005.Sosiologi Pariwisata.Yogyakarta:Andi Offset M.A. Desky.1999.Management Perjalanan Wisata.Yogyakarta:adicita karya nusa M.Kesrul.2003.Penyelenggaraan Operasi Perjalanan Wisata.Jakarta:PT Grasindo Muljadi A.J..2009.Kepariwisataan dan Perjalanan.Jakarta:Raja Grafindo presada Oka A. Yoeti.1985.pemasaran pariwisata.Bandung:Angkasa.

---.2006.Tour And Travel Marketing.Jakarta:Pradnya Paramita.

Spillane,James J..1994.Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan.Yogyakarta.Kanisius

Suyamto.1992.Wayang dan Budaya Jawa.Semarang.Effhar Offset

www.wikipedia.com diakses tanggal 23 Juni 2010

www.kotasolo.com diakses tanggal 11 Juni 2010