Kerangka Berfikir LANDASAN TEORI

commit to user 23

B. Kerangka Berfikir

Keterangan : Sebagai sebuah kesenian tradisi, pertunjukan wayang kulit purwa merupakan hasil karya budaya masyarakat Jawa yang memiliki kedudukan yang cukup tinggi. Sebagai salah satu gaya pedalangan, pedalangan gaya Surakarta merupakan gaya pedalangan yang cukup luas persebarannya. Dengan luasnya persebarannya ini membuat khasanah pedalangan gaya Surakarta menjadi lebih bervariasi. Sebagai sebuah kesenian keraton, pertunjukan wayang kulit purwa gaya Surakarta memiliki aturan-aturan yang harus di penuhi. Di lain pihak adanya penambahan unsur hiburan seperti banyolan dan campursari dan unsur politik dari pemerintah seperti pesan-pesan pembangunan merupakan sebuah perubahan dari pola dasar pakeliran keraton. Dengan ini unsur hiburan mulai muncul. Pergeseran- pergeseran mulai intensif terlihat. Munculnya dalang-dalang dari kalangan biasa Wayang Kulit Pagelaran Gaya Surakarta Nilai Filosofi Struktur Pertunjukan Modern Pakem Pesan-pesan pemerintah Hiburan Kreasi baru Budaya Jawa commit to user 24 yang terkenal membuat pakeliran gaya Surakarta mendapat tambahan-tambahan unsur garapan. Banyak dalang-dalang baru bermunculan. Baik yang berasal dari sekolah- sekolah seni maupun yang belajar secara otodidak. Kebanyakan dari dalang ini melakukan banyak perubahan pada struktur lakon pakeliran yang telah ada. Kebanyakan dari dalang-dalang ini mengurangi beberapa adegan dalam struktur lakon pakeliran semalam dan lebih menekankan pada unsur hiburan seperti dalam adegan Limbuk Cangik dan Goro-goro. Selain itu penekanan pada segi hiburan telah jelas terlihat dengan penambahan waktu pada adegan Limbuk Cangik dan Goro-goro yang pada akhirnya membuat alur cerita pertunjukan wayang tidak jelas pada akhirnya. Berkurangnya adegan-adegan dalam pertunjukan wayang kulit semalam pada akhirnya akan mengurangi nilai-nilai dari sebuah pertunjukan kesenian tradisi. Sebagai contoh hilangnya adegan kedhatonan yang merupakan gambaran tentang pelukisan permaisuri raja, serta keindahan kedhaton tempat istri raja, yang sedang menanti raja kembali dari siniwaka pertemuan di sitihinggil. Selain adegan kedhatonan masih terdapat adegan yang lain yang dihilangkan untuk memperpanjang waktu untuk adegan goro-goro. Sebenarnya tidak semua lakon menampilkan adegan goro-goro akan tetapi adegan ini pulalah yang mampu menarik daya kreasi dalang untuk menarik penonton dan juga pemerintah untuk merangkul para dalang dengan pesan-pesan pembangunannya. Perubahan demi perubahan memberi banyak sekali dampak yang kurang baik terhadap kehidupan wayang bektuk tradisi. Penambahan waktu untuk adegan gara-gara dan limbuk cangik membuat alur dalam setiap pementasan wayang kulit menjadi bias. Keterbukaan panggung untuk menampilkan pelawak dan penyanyi membuat situasi sakral sebuah pagelaran wayang menjadi luntur. Lunturnya budaya tradisi dalam sebuah kesenian yang dibarengi dengan berkembangnya budaya baru membuat budaya tradisi menjadi tergeser. Metamorfosis yang tidak sempurna yang terjadi dalam kebudayaan tradisi ini membuatnya terlihat baru akan tetapi dengan adanya hal tersebut membuat budaya commit to user 25 ini menjadi tidak ada artinya lagi. Perubahan-perubahan yang terjadi tidak mengikuti kaidah yang yang ada sehingga penambahan-penambahan yang terjadi membuat kesenian menjadi lebih menduniawi. Pada hakekatnya kesenian merupakan budaya tradisi yang merupakan hasil cipta karya nenek moyang kita dan patut kita jaga dan pelihara. commit to user 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian.

1. Tempat Penelitian.

Tempat penelitian sangat menentukan diperolehnya informasi untuk menyampaikan kebenaran dari suatu penelitian. Penulis mengadakan penelitian dengan mengambil lokasi: a. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. c. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta. d. Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. e. Perpustakaan ISI Surakarta f. Perpustakaan Reksopustoko Mangkunegaran. g. Perpustakaan Daerah Kota Surakarta h. Perpustakaan Monumen Pers Surakarta i. Library Center Jogja

2. Waktu Penelitian.

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejak proposal disetujui pembimbing yaitu bulan Februari 2010 sampai dengan November 2010 sepuluh bulan. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan sumber, melakukan kritik untuk menyelidiki keabsahan sumber, menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh dan terakhir menyusun laporan hasil penelitian. Dengan jadwal penelitian, sebagai berikut : 26