Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bisnis waralaba merupakan bisnis yang cukup fenomenal hingga saat ini sejak mulai diperkenalkan di Indonesia tahun 1970. Pola waralaba pertama kali ditemukan di Amerika yang pada perkembangannya pola bisnis ini telah diterapkan pula oleh beberapa negara maju. Bisnis waralaba berkembang pesat hingga melintasi batas-batas yuridiksi negara. Perkembangan ini semakin meningkat dalam suasana dunia yang semakin mengglobal, di era globalisasi. Kemudian pola bisnis waralaba juga mulai merambah negara-negara berkembang tak terkecuali Indonesia. Peluang membuka usaha waralaba di Indonesia sangat tinggi, mengingat permintaan masyarakat yang sangat tinggi dan beranekaragam. Salah satu usaha waralaba yang dapat dijadikan sebagai sebuah alternatif usaha antara lain usaha di bidang makanan. Waralaba di bidang makanan merupakan usaha yang sangat mudah. Untuk mengembangkan usaha ini tidak begitu banyak kendala yang berarti karena semua orang butuh makanan untuk dikonsumsi setiap harinya. Hal yang perlu diperhatikan sebelum membuka usaha makanan adalah faktor lokasi yang harus strategis agar tidak mengalami kesulitan dalam hal promosi. Pada tahun 1970an, keberadaan KFC, Swensen, dan Shakey Pizza mengawali hadirnya konsep franchising atau yang lebih dikenal dengan istilah waralaba di Indonesia yang kemudian diikuti oleh Burger King dan Seven Eleven. Bisnis commit to user waralaba mengalami perkembangan pada tahun 1980an. Ini terbukti dengan masuknya berbagai usaha waralaba pada tahun 1985 terutama pada bisnis makanan, seperti Pizza Hut, Mc. Donald, dan dalam bisnis eceran seperti Carrefour, dan Smart. Berikut ini disajikan tabel data mengenai perkembangan waralaba, baik waralaba asing maupun waralaba lokal di Indonesia: Tabel 1.1 Perkembangan Waralaba Di Indonesia Tahun Waralaba Asing Waralaba Lokal Jumlah 1992 29 6 35 1995 117 15 132 1996 210 20 230 1997 235 30 265 2000 212 39 251 2001 230 42 272 2005 237 129 366 2006 220 230 450 2007 230 360 590 Sumber: Deperindag, 2007 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perkembangan waralaba di Indonesia semakin signifikan memasuki tahun 1990an terutama jenis waralaba yang berasal dari luar negeri yang berjumlah 29 dan 6 waralaba yang berasal dari domestik dan tersebar kurang lebih sebanyak 300 outlet di Indonesia pada tahun 1992. Waralaba menarik perhatian para investor terutama investor asing untuk ikut serta dalam menanamkan modalnya di Indonesia karena telah di rasa bahwa pertumbuhan perekonomian Indonesia yang semakin membaik, politik yang telah stabil, dan keamanan yang terjamin. Pada tahun 1997, jumlah perkembangannya mengalami peningkatan kembali dengan 235 waralaba berasal dari luar negeri dan 30 waralaba lokal sehingga jika dijumlah menjadi 265 dengan jumlah outlet sebanyak kurang lebih 2000. Namun pada tahun 1998 industri waralaba di commit to user Indonesia jatuh dikarenakan krisis ekonomi yang yang melanda negeri ini pada tahun 1997. Kondisi ini mengakibatkan banyak investor franchisor asing yang hengkang dari Indonesia dan kurang lebih 500 outlet terpaksa ditutup karena kondisi yang tidak memungkinkan ini. Tapi kondisi seperti ini justru menguntungkan bagi Indonesia karena waralaba lokal mulai memadati pasar waralaba dari 30 merek dagang menjadi 85 yang berkembang. Memasuki abad ke-20, perkembangan waralaba di Indonesia semakin meningkat. Khususnya pada waralaba lokal yang setiap tahunnya mengalami kenaikan. Sedangkan untuk usaha waralaba asing relatif stabil karena hanya mengalami penurunan dan kenaikan yang tidak cukup tinggi. Contoh waralaba yang sangat menguntungkan yang sudah tidak perlu repot melakukan promosi untuk memasarkan produknya kepada masyarakat Indonesia dan sudah mempunyai nama adalah Pizza Hut, Mc. Donald, KFC. Hal ini dikarenakan adanya pemasaran merek-merek tersebut melalui film, baik lokal maupun luar negeri, sehingga merek-merek tersebut cukup familiar di mata masyarakat dan mampu menarik konsumen. Salah satu waralaba restoran asing cepat saji adalah Pizza Hut yang menawarkan pizza sebagai menu utama. Pizza merupakan salah satu makanan yang sangat populer yang digemari anak kecil, muda-mudi hingga orang tua. Pizza adalah sejenis roti bundar berbentuk pipih yang dipanggang di dalam oven dan biasanya disiram saus tomat serta keju dengan makanan tambahan lainnya yang bisa dipilih. Pizza memiliki kandungan gizi yang tinggi karena pizza menggunakan keju sebagai salah satu bahan bakunya. Kandungan gizi pada pizza dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut: commit to user Tabel 1.2 Kandungan Gizi Pizza No Zat Gizi Kandungan 1 Energi 410 kal 20,5 kebutuhan harian 2 Kalori dan Lemak 126 kal 6,3 3 Lemak Total 14 g 22 4 Kolesterol 40 mg 13 5 Sodium 1,178 mg 49 Sumber: Zola, 1993 dalam Prasetio, 2008 Berdasarkan tabel di atas, dari 100 gram pizza akan diperoleh 410 kal energi; 126 kal kalori dan lemak; 14 g lemak total; 40 mg kolesterol; serta 1,178 mg sodium. Sumber karbohidrat utama pada pizza adalah tepung, sedangkan lemaknya berasal dari keju. Solo merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang cukup maju perekonomiannya, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya waralaba makanan yang masuk di Solo, baik waralaba lokal maupun waralaba asing. Contohnya antara lain Bakso Suki, Bee’s, CFC, KFC, Mc. Donald, Excelso, dan Pizza Hut. Saat ini di Solo terdapat dua outlet Pizza Hut, yaitu di Solo Grand Mall dan Slamet Riyadi. Kedua outlet Pizza Hut tersebut hampir setiap hari tidak pernah sepi pengunjung. Pizza Hut tampak selalu ramai dikunjungi oleh konsumennya baik siang maupun malam. Mereka tidak hanya sekedar menikmati makanan yang disajikan tetapi juga menikmati suasana nyaman yang diberikan oleh pihak pengelola Pizza Hut. Biasanya mereka tidak datang sendirian, tetapi datang bersama anggota keluarga atau teman. Sukses waralaba Pizza Hut tidak terlepas dari berbagai faktor, di antaranya perilaku konsumen. Konsumen menganggap Pizza Hut tidak hanya sebagai pilihan makanan saja tetapi bagian dari gaya hidup. Marketing strategy yang commit to user digunakan Pizza Hut mampu mempengaruhi konsumen untuk mencoba produknya. Adanya variasi produk, harga yang kompetitif, lokasi yang strategis, serta pelayanan yang baik menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan keputusan konsumen. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengangkat judul “Analisis Hubungan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Untuk Membeli Di Pizza Hut Solo ”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah hubungan antara faktor harga, pendapatan, produk, lokasi, pelayanan dengan keputusan konsumen untuk membeli di Pizza Hut Solo? 2. Faktor apakah yang paling dominan berhubungan dengan keputusan konsumen untuk membeli di Pizza Hut Solo?

C. Tujuan Penelitian