Act on the strategy Melaksanakan Strategi Metode grafik Metode Substitusi

Langkah ketiga adalah mengeksplorasi explore solusi yang mungkin dan mengevaluasi kemungkinan strategi tersebut sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan . Dalam tahap ini kegiatan guru adalah membantu dan membimbing siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah, melakukan brainstorming, melihat alternatif pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang dan akhirnya memilih satu alternatif pemecahan masalah yang tepat.

d. Act on the strategy Melaksanakan Strategi

Melakukan langkah-langkah pemecahan masalah sesuai dengan alternatif yang telah dipilih. Dalam tahap ini siswa dibimbing secara tahap demi tahap dalam melakukan pemecahan masalah.

e. Look back and evaluate the effect Mengkaji Kembali dan Mengevaluasi

Pengaruh Langkah kelima adalah melihat kembali akibat yang nyata dari strategi yang digunakan dan mengevaluasi atau belajar dari pengalaman yang didapat. Melihat dan mengevaluasi perlu dilakukan karena setelah mendapatkan hasil banyak yang lupa untuk melihat kembali dan belajar dari penyelesaian masalah yang telah dilakukan. Dalam tahap ini kegiatan guru adalah membimbing siswa melihatmengoreksi kembali cara-cara pemecahan masalah yang telah dilakukan, apakah sudah benar, sudah sempurna, atau sudah lengkap. Siswa juga dibimbing untuk melihat pengaruh strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah.

2. Penerapan di Kelas

Secara operasional kegiatan proses pembelajaran IDEAL Problem Solving dapat dijelaskan seperti berikut. Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran IDEAL Problem Solving Tahap Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Mengidentifikasi Masalah Memberikan permasalahan. Memahami permasalahan secara umum. Membimbing siswa memahami aspek-aspek permasalahan. Mencermati aspek-aspek yang terkait dengan permasalahan. Membimbing siswa mengembangkan menganalisis permasalahan. Mengembangkan menganalisis permasalahan. Membimbing siswa mengkaji hubungan antardata. Melakukan pengkajian hubungan antardata. Membimbing siswa dalam memetakan masalah. Melakukan pemetaan permasalahan. Membimbing siswa membangkan hipotesis. Mengembangkan hipotesis. Mendefinisikan Masalah Membimbing siswa melihat data variabel yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui. Mencermati data variabel yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui. Membimbing siswa mencari dan menelusuri berbagai informasi dan berbagai sumber. Mencari dan menelusuri berbagai informasi dari berbagai sumber. Membimbing siswa melakukan penyaringan berbagai informasi yang telah terkumpul. Melakukan penyaringan informasi yang telah terkumpul. Membimbing siswa melakukan perumusan masalah. Merumuskan masalah. Mencari Solusi Membimbing siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah. Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah. Membimbing siswa mengkaji setiap alternatif pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang. Melakukan pengkajian terhadap setiap alternatif pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang. Membimbing siswa mengambil Memutuskan memilih keputusan untuk memilih satu alternatif yang paling tepat. satu alternatif pemecahan masalah yang paling tepat. Melaksanakan Strategi Membimbing siswa melaksanakan pemecahan masalahan. Melakukan pemecahan masalah secara bertahap. Mengkaji Kembali dan Mengevaluasi Pengaruhnya Membimbing siswa melihat mengoreksi kembali cara-cara pemecahan masalah. Melihat mengoreksi kembali cara-cara pemecahan masalah. Membimbing siswa melihat mengkaji pengaruh strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah. Melihat mengkaji pengaruh strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah. Langkah-langkah IDEAL Problem Solving ini hampir sama dengan langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya, namun terdapat perbedaan dalam memahami masalah yaitu mendefinisikan masalah yang telah teridentifikasi untuk kemudian menetapkan tujuan dari pemecahan masalah yang akan dilakukan. Jadi, dalam penerapan pembelajaran IDEAL Problem Solving ini terhadap pemecahan masalah model Polya adalah melakukan pemecahan masalah model Polya menggunakan langkah-langkah proses IDEAL Problem Solving.

2.1.6. Teori Belajar yang Melandasi Strategi IDEAL Problem Solving

Pembelajaran IDEAL Problem Solving berlandaskan pada psikologi kognitif sebagai pendukung teoritisnya. Fokus pengajaran tidak banyak pada apa yang sedang dikerjakan siswa perilaku mereka, tetapi pada apa yang mereka pikirkan kognisi mereka pada saat mereka melakukan proses belajar. Dalam pembelajaran ini guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing sehingga siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan masalah oleh mereka sendiri. Melatih siswa berpikir, memecahkan masalah, dan menjadi pembelajar yang mandiri bukan hal baru dalam pendidikan. Metode sokratik, pada zaman Yunani kuno, menekankan pentingnya penalaran induktif dan dialog dalam proses belajar mengajar. Pemikiran John Dewey dan Kelas Demokratisnya dalam Muchayat, 2011. Menurut Dewey, sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah kehidupan yang nyata. Pendapat Dewey ini memberikan dasar filosofis dari IDEAL Problem Solving. Jhon Dewey mengemukakan pentingnya berpikir reflektif, dan proses yang seharusnya membantu siswa menerapkan keterampilan berpikir produktif dan keterampilan proses. Jerome Bruner dalam Muchayat, 2011 menekankan pentingnya pembelajaran discovery dan bagaimana guru seharusnya membantu siswa menjadi “pembangun” pengetahuan mereka sendiri.

2.1.7. Hasil Penelitian yang Relevan

Kirkley dalam Wena, 2011 menyimpulkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap IDEAL Problem Solving sebagai berikut : 1 IDEAL Problem Solving lebih unggul dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMA dibandingkan dengan strategi pemecahan masalah yang lain, 2 penerapan IDEAL Problem Solving terbukti secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pemecahan masalah bidang IPA, baik untuk tingkat SMA maupun pendidikan tinggi. Hasil penelitian Durrotul Falahah dengan menggunakan pendekatan problem solving tipe IDEAL pada materi fungsi komposisi di kelas XI Madrasah Muhammadiyah 1 Malang menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa berjalan dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan bahwa aktivitas siswa mencapai persentase 70,37 dan aktivitas guru 81,71 yang berkategori baik. Sedangkan efektivitas pembelajaran matematika melalui pendekatan problem solving tipe IDEAL dinilai efektif. Hal tersebut ditunjukkan oleh respon siswa yang mencapai persentase 74,46 yang dikategorikan kuat yang artinya siswa merespon baik pembelajaran. Di sisi lain, efektivitas pembelajaran juga dapat ditunjukkan pada hasil tes belajar siswa yang mencapai 87,50 yang artinya secara klasikal siswa tuntas dalam tes hasil belajar. 2.1.8. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel 2.1.8.1. Persamaan Linear Dua Variabel Persamaan linear dua variabel adalah persamaan linear yang memiliki dua variabel, dan masing-masing variabel tersebut berpangkat satu. Bentuk umum dari persamaan linear dua variabel adalah : Contoh PLDV dalam kehidupan sehari-hari Kakak membeli dua buah buku tulis dan tiga buah pensil seharga Rp. 3500,- Dapat kita nyatakan ke dalam PLDV sebagai berikut: Misalkan: Buku tulis adalah variabel x Pensil adalah variabel y Berarti: 2x + 3y = 3.500 Contoh persamaan linear dua variabel sebagai berikut: 1. 8   y x 2. 3   y x 3. 12 3 2    q p 4. 4 2   p q 5. 3   b a ,    a c by ax dan  b 6. 6 5 3 1 2 1   b a 7. 6 2 3   n m Contoh: Carilah penyelesaian dari 4 2   y x Penyelesaian: Jika belum tahu cara yang tepat untuk menyelesaiakan persamaan 4 2   y x , dapat ditempuh dengan cara mencoba mensubstitusi satu nilai pada variabel x seperti berikut ini.  Misalkan nilai 1  x , maka   4 1 2   y 4 2   y 2  y Untuk 1  x dan 2  y , maka   4 2 1 2   4 4  benar Jadi. 1  x dan 2  y merupakan penyelesaian dari 4 2   y x .  Misalkan nilai 4  y , maka 4 4 2   x 2  x  x Untuk  x dan 4  y , maka   4 4 2   4 4  benar Jadi,  x dan 4  y adalah penyelesaian dari 4 2   y x . Kita dapat menduga terdapat dua hal yang harus diperharikan dalam penyelesaian persamaan linear dua variabel, yaitu: 1. Jika suatu nilai disubstitusikan ke sebuah variabel, maka kita peroleh nilai variabel lain yang keduanya merupakan penyelesaian dari PLDV. 2. Untuk sebuah PLDV, terdapat lebih dari satu penyelesaian.

2.1.8.2. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Sistem persamaan linear dua variabel terdiri atas dua persamaan linear dua variabel dan hanya memiliki satu penyelesaian. Bentuk umum dari sistem persamaan linear dua variabel: Dengan a, b, p, dan  q . Sistem persamaan dengan dua variabel dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk variabel, misalnya: 1. y x 2  dan 14 3   y x 2. 10 3    q p dan 2 2   q p 3.     10 3 2 2 1 2 3 2     b a dan   12 7 6 1     b a 4. 6 4 3 3   s r dan 8 5 2 4   s r Ada beberapa jenis penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel, hal ini ditinjau dari hubungan antar a, b, c, p, q , dan r dari sistem persamaan linear dengan dua variabel ax + by = c px + qy = r Beberapa jenis penyelesaian tersebut dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu: a. Jika ≠ dengan p ≠ 0 dan q ≠ 0 maka sistem persamaan linear ini mempunyai tepat satu pasang anggota dalam himpunan penyelesaiannya. Dalam hal ini grafik persamaan ax + by = c berpotongan dengan grafik px + qy = r. b. Jika = = dengan p, q, r ≠ 0 maka sistem persamaan linear ini mempunyai tak hingga banyaknya penyelesaian . Dalam hal ini grafik ax + by = c berimpit dengan grafik px + qy = r.            2 1   r qy px c by ax c. Jika = ≠ dengan p, q, r ≠ 0 maka sistem persamaan linear ini tidak mempunyai penyelesaian . Dalam hal ini grafik ax + by = c sejajar dengan grafik px + qy = r.

2.1.8.3. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Dalam sistem persamaan linear dua variabel SPLDV terdapat pengganti- pengganti dari variabel sehingga kedua persamaan menjadi kalimat benar. Pengganti-pengganti variabel yang demikian disebut penyelesaian atau akar dari sistem persamaan linear dua variabel. Pengganti-pengganti dari variabel yang mengakibatkan salah satu atau kedua persamaan menjadi kalimat tidak benar disebut bukan penyelesaian sistem persamaan atau bukan akar dari sistem persamaan tersebut. Untuk menentukan penyelesaian atau akar dari sistem persamaan linear dua variabel SPLDV dapat ditentukan dengan cara:

a. Metode grafik

Grafik dari sistem persamaan linear dua variabel terdiri dari dua buah garis lurus. Penyelesaian secara grafik dari sistem persamaan linear tersebut adalah titik potong titik persekutuan antara kedua garis yang memenuhi kedua persamaan tersebut. Dalam metode grafik, untuk menentukan akar-akar SPLDV dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini : a. Siapkanlah koordinat kartesius lengkap dengan skalanya b. Lukiskan masing-masing PLDV pada sistem koordinat kartesius; Untuk menggambar garis lurus diperlukan dua buah titik sebarang yang memenuhi persamaan, setelah itu menghubungkan kedua titik tersebut dengan menarik garis lurus yang melaluinya. Contoh: Selesaikan sistem persamaan di bawah ini dengan metode grafik x + y = 4 dan x – 2y = –2 4 3 2 1 -2 -1 1 2 3 4 x + y = 4 x – 2y = -2 2,2 Jawab : Untuk persamaan x + y = 4  Misalkan x = 1, maka 1 + y = 4 → y = 3 Maka kordinatnya di titik 1,3  Misalkan x = 2, maka 2 + y = 4 → y = 2 Maka kordinatnya di titik 2,2 Untuk persamaan x – 2y = –2  Misalkan x = 0, maka 0 – 2y = –2 → – 2y = –2 → y = –1 Maka kordinatnya di titik 0, –1  Misalkan x = 2, maka 2 – 2y = –2 → 2y = 4 → y = 2 Maka kordinatnya di titik 2,2 c. Berdasarkan grafik, perhatikan titik potong antara kedua garis lurus. Titik potong dari kedua garis itu merupakan himpunan penyelesaian dari Sistem Persamaan Linier Dua Variabel tersebut. Grafik perpotongan x + y = 4 dan x – 2y = -2 Dari grafik terlihat kedua grafik berpotongan di 2,2. Koordinat titik potong 2,2 merupakan penyelesaiannya Jadi, penyelesaiannya x = 2 dan y = 2

b. Metode Substitusi

Kata substitusi berarti mengganti. Contoh: Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan        28 7 4 15 5 3 y x y x Penyelesaian:     ii y x i y x 28 7 4 15 5 3     Berikut ini urutan langkah penerapan metode substitusi untuk menentukan penyelesaian dari persamaan i dan ii.  Dengan menggunakan trik pindah ruas, persamaan i diubah menjadi persamaan iii.   i y x 15 5 3   y x 5 15 3   3 5 15 y x     iii y x 3 5 5    Variabel x pada persamaan ii digantikan oleh variabel x pada persamaan iii untuk memperoleh nilai y. 28 7 4 ii y x   28 7 3 5 5 4          y y 28 7 3 20 20    y y 84 21 20 60    y y kedua ruas telah dikalikan tiga 84 60   y 60 84   y 24  y  Nilai 24  y disubstitusikan ke persamaan iii untuk memperoleh nilai x. 3 5 5 iii y x     24 3 5 5   x 40 5   x 35   x , Jadi, penyelesaian dari persamaan i dan ii adalah 35   x dan 24  y .

c. Metode Eliminasi

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP PATRIA GADING REJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 10 73

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT

2 41 326

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBANTUAN KARTU SOAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 ULUJAMI

0 0 11

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING Fitriati

0 1 14

PENGEMBANGAN PROTOTYPE PERTAMA LKS BERBASIS TAHAPAN PEMECAHAN MASALAH POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMP Mulia Putra

0 0 10

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN 7E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

0 0 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) PADA SISWA KELAS VIII A SMPN 1 CIRUAS Yayah Umayah

0 0 11

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII A SMP PLUS AL-AMANAH BOJONEGORO

0 0 8

PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGERJAKAN SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

0 0 12

PENERAPAN PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP N 1 BANGUNTAPAN

0 2 8