Siswa didorong untuk bertanya atau mengemukakan ide atau gagasan dengan bebas, sepanjang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Guru juga perlu menanamkan sikap dan kebiasaan seperti berikut kepada siswa:
- Tidak mudah menyerah. Kualitas pemecahan masalah tidak akan baik jika
siswa langsung menyerah. -
Mengemukakan ide atau gagasan dengan logis. Jika siswa mengeluarkan ide atau gagasan dengan asal-asalan justru akan menimbulkan suasana yang tidak
tertib, dan pada akhirnya tujuan pembelajaran tidak akan terapai. -
Terbuka untuk setiap strategi-strategi pemecahan masalah. Strategi-strategi yang ada sebisa mungkin dicontohkan oleh guru supaya siswa berpandangan
positif terhadap strategi tersebut. -
Siswa didorong untuk bereksperimen dengan suatu strategi terhadap masalah- masalah lainnya, termasuk mata pelajaran di luar matematika.
- Siswa dibelajarkan dengan kerjasama dalam kelompok.
- Siswa dididik untuk menghargai setiap ide atau gagasan siswa lainnya dalam
melakukan aktivitas pemecahan masalah. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan soal matematika dengan memperhatikan dengan proses
menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yaitu: a. memahami masalah; b. membuat rencana penyelesaian; c. melakukan
penyelesaian masalah; d. memeriksa kembali.
2.1.4. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan hambatan yang dihadapi oleh seseorang maupun sekelompok siswa dalam belajar. Menurut Abdurrahman 2009: 13,
kesulitan belajar dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang meliputi fungsi otak, biokimia, deprivasi lingkungan, atau
kesalahan nutrisi.
Dari berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah banyak siswa yang merasa kesulitan di pelajaran matematika. Kesulitan ini terjadi karena siswa masih
kurang paham konsep materinya dan juga salah dalam mengoperasikan suatu soal. Hal ini mengakibatkan siswa kurang mampu untuk memahami materi berikutnya
apalagi jika materi tersebut masih bersangkutan dengan materi sebelumnya. Siswa yang kesulitan belajar matematika mempunyai beberapa karakteristik, seperti
yang dikatakan Lerner dalam Abdurrahman, 2009: 259 bahwa: “Ada beberapa karakteristik anak yang berkesulitan belajar matematika,
yaitu 1 adanya gangguan dalam hubungan keruangan, 2 abnormalitas persepsi visual, 3 asosiasi visual-motor, 4 perseverasi, 5 kesulitan
mengenal dan memahami simbol, 6 gangguan penghayatan tubuh, 7 kesulitan dalam bahasa dan membaca, dan 8 Performance IQ jauh lebih
rendah daripada skor Verbal IQ”. Kesulitan belajar dapat ditunjukkan dengan beberapa gejala yaitu:
- Menunjukkan prestasi yang rendah,
- Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakuka, dan
- Keterlambatan dalam melaksanakan tugas yang diberikan.
Kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam proses belajar matematika harus disadari dan diatasi oleh guru matematika. Mengkaji kesulitan-kesulitan yang
terjadi dan menentukan tindakan-tindakan yang tepat sebagai upaya untuk mengatasi kesulitan belajar siswa guna meningkatkan mutu pembelajaran
matematika. Dengan demikian untuk melihat siswa mengalami kesulitan belajar dapat
ditinjau dari hasil latihan di kelas maupun pekerjaan rumah, hasil ulangan harian atau penyelesaian tugas-tugas lainnya. Jadi dari hasil evaluasi maupun tes dapat
diketahui kelemahan atau kesulitan yang dialami siswa sehingga dapat memberikan pedoman yang tepat untuk mengadakan usaha-usaha perbaikan untuk
mengatasi kesulitan siswa.
2.1.5. Strategi IDEAL Problem Solving