keputusan untuk memilih satu alternatif yang paling tepat.
satu alternatif pemecahan masalah yang paling
tepat. Melaksanakan
Strategi Membimbing siswa
melaksanakan pemecahan masalahan.
Melakukan pemecahan masalah secara bertahap.
Mengkaji Kembali dan Mengevaluasi
Pengaruhnya Membimbing siswa melihat
mengoreksi kembali cara-cara pemecahan masalah.
Melihat mengoreksi kembali cara-cara
pemecahan masalah. Membimbing siswa melihat
mengkaji pengaruh strategi yang digunakan dalam
pemecahan masalah. Melihat mengkaji
pengaruh strategi yang digunakan dalam
pemecahan masalah.
Langkah-langkah IDEAL Problem Solving ini hampir sama dengan langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya, namun terdapat perbedaan
dalam memahami masalah yaitu mendefinisikan masalah yang telah teridentifikasi untuk kemudian menetapkan tujuan dari pemecahan masalah yang
akan dilakukan. Jadi, dalam penerapan pembelajaran IDEAL Problem Solving ini terhadap
pemecahan masalah model Polya adalah melakukan pemecahan masalah model Polya menggunakan langkah-langkah proses IDEAL Problem Solving.
2.1.6. Teori Belajar yang Melandasi Strategi IDEAL Problem Solving
Pembelajaran IDEAL Problem Solving berlandaskan pada psikologi kognitif sebagai pendukung teoritisnya. Fokus pengajaran tidak banyak pada apa
yang sedang dikerjakan siswa perilaku mereka, tetapi pada apa yang mereka pikirkan kognisi mereka pada saat mereka melakukan proses belajar. Dalam
pembelajaran ini guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing sehingga siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan masalah oleh mereka sendiri.
Melatih siswa berpikir, memecahkan masalah, dan menjadi pembelajar yang mandiri bukan hal baru dalam pendidikan. Metode sokratik, pada zaman
Yunani kuno, menekankan pentingnya penalaran induktif dan dialog dalam proses belajar mengajar. Pemikiran John Dewey dan Kelas Demokratisnya dalam
Muchayat, 2011. Menurut Dewey, sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk pemecahan
masalah kehidupan yang nyata. Pendapat Dewey ini memberikan dasar filosofis
dari IDEAL Problem Solving. Jhon Dewey mengemukakan pentingnya berpikir reflektif, dan proses yang seharusnya membantu siswa menerapkan keterampilan
berpikir produktif dan keterampilan proses. Jerome Bruner dalam Muchayat, 2011 menekankan pentingnya pembelajaran discovery dan bagaimana guru
seharusnya membantu siswa menjadi “pembangun” pengetahuan mereka sendiri.
2.1.7. Hasil Penelitian yang Relevan
Kirkley dalam Wena, 2011 menyimpulkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap IDEAL Problem Solving sebagai berikut : 1
IDEAL Problem Solving lebih unggul dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMA dibandingkan dengan strategi pemecahan
masalah yang lain, 2 penerapan IDEAL Problem Solving terbukti secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pemecahan masalah
bidang IPA, baik untuk tingkat SMA maupun pendidikan tinggi.
Hasil penelitian Durrotul Falahah dengan menggunakan pendekatan problem solving tipe IDEAL pada materi fungsi komposisi di kelas XI Madrasah
Muhammadiyah 1 Malang menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa berjalan dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan bahwa aktivitas siswa
mencapai persentase 70,37 dan aktivitas guru 81,71 yang berkategori baik. Sedangkan efektivitas pembelajaran matematika melalui pendekatan problem solving
tipe IDEAL dinilai efektif. Hal tersebut ditunjukkan oleh respon siswa yang mencapai persentase 74,46 yang dikategorikan kuat yang artinya siswa merespon baik
pembelajaran. Di sisi lain, efektivitas pembelajaran juga dapat ditunjukkan pada hasil
tes belajar siswa yang mencapai 87,50 yang artinya secara klasikal siswa tuntas dalam tes hasil belajar.
2.1.8. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel 2.1.8.1. Persamaan Linear Dua Variabel