Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah.Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya,
sedangkan shahibul maal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang mencegah terjadinya perselisihan antara
kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
30
5. Syarat-syarat Akad Mudharabah
Adapun syarat-syarat mudharabah adalah sebagai berikut:
31
a. Modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai. Apabila barang itu berbentuk emas atau perak batangan tabar
emas hiasan atau barang dagangan lainnya, maka mudharabah tersebut dianggap batal.
b. Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antar modal yang diperdagangkan dengan laba atau keuntungan dari
perdagangan tersebutyang akan dibagikan kepada dua belah pihak, sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
c. Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola dan pemilik modal harus jelas persentasinya, umpamanya setengah, sepertiga,
seperempat. d. Pemilik dana memberi kebebasan kepada pengelola. Maksudnya,
pemilik dana tidak boleh mengikat pengelola di dalam mengelola
30
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, h. 205
31
Sahrani, Sohari dan Ru’fah Abdullah, Fikih Muamalah, Jakarta: Ghalia Indonesia,
2011, h. 199
dananya kepada satu macam barang yang biasanya tidak ada di waktu itu.
Oleh sebab itu, apabila modal itu berbentuk barang, maka menurut ulama
tidak diperbolehkan,
karena sulit
untuk menentukan
keuntungannya.Demikian halnya dengan hutang, tidak bisa dijadikan modal mudharabah.Namun, apabila modal itu berupa al-
wadi‟ah titipan pemilik modal kepada pedagang, boleh dijadikan modal mudharabah.
Menurut mazhab Hanafi, Maliki, dan Syafi ’I apabila modal itu
dipegang sebagiannya oleh pemilik modal tidak diserahkan sepenuhnya, maka akad itu tidak dibenarkan. Namun, menurut mazhab Hambali, boleh
saja sebagian modal itu berada di tangan pemilik modal, asal saja tidak mengganggu kelancaran jalan perusahaan tersebut.
6. Keunggulan Sistem Mudharabah
Salah satu keistimewaan dari sistem mudharabah adalah para peran ganda dari mudharib, yakni sebagai wakil agen sekaligus
mitra.Mudharib adalah wakil dari rabb ala maal dalam setiap transaksi yang ia lakukan pada harta mudharabah. Mudharib kemudian menjadi
mitra dan rabb al maal ketika ada keuntungan, karena mudharabah adalah sebuah kemitraan dalam keuntungan, dan seorang wakil tidak berhak
mendapatkan keuntungan atas dasar kerja dia setelah munculnya keuntungan. Tapi ia menjadi seorang mitra dalam situasi ini disebabkan
oleh perjanjian kemitraan.
Ada beberapa manfaat sekaligus menjadi keunggulan dari konsep mudharabah yang diterapkan dalam bank berdasarkan prinsip-prinsip
syariah: a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan
untuk nasabah meningkat. b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah
pendanaan secara tetap. Tetapi disesuaikan dengan pendapatanhasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negative spread. c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash
flowarus kas untuk nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah. d. Bank akan lebih selektif dan prudent
“hati-hati” mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan. Karena
keuntungan yang konkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
e. Prinsip bagi hasil mudharabah musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan tetap menagih penerima
pembiayaan nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi
krisis ekonomi.
32
32
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General: Konsep dan Sistem Operasiona,Jakarta: Gema Insani, 2004, Cet.I, h. 337
7. Berakhirnya Akad Mudharabah