commit to user 8
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti
Kosongnya arti simbol maupun tanda dalam model-model matematika memungkinkan ”intervensi” matematika ke dalam berbagai pengetahuan.
Kosongnya arti itu memungkinkan matematika memasuki medan garapan dari ilmu bahasa linguistik
e. Memperhatikan semesta pembicaraan
Semesta pembicaraan merupakan lingkup pembicaraan. Benar atau salahnya ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat
ditentukan oleh semesta pembicaraannya. f.
Konsisten dalam sistemnya
Matematika mempunyai daya abstraksi yang begitu tajam terhadap berbagai permasalahan, sehingga wajar bahwa matematika mampu membantu
perkembangan bidang-bidang ilmu sosial maupun ilmu pengetahuan alam. Tidak terdapat definisi tunggal tentang matematika yang telah disepakati.
Meski demikian, setelah sedikit mendalami masing-masing definisi yang saling berbeda itu, dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik
yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cabang ilmu
pengetahuan eksak yang mempelajari tentang bilangan-bilangan, kalkulasi, penalaran logis, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-
aturan yang ketat dan pola keteraturan serta tentang struktur yang terorganisir.
2. Matematika Sekolah
Soedjadi 2000:37 mendefinisikan “Matematika sekolah adalah unsur- unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau
berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan ilmu p
engetahuan dan teknologi”. Matematika merupakan bidang studi pendidikan yang diajarkan di sekolah dari jenjang SD, SMP dan SMA. Matematika
sekolah tidak sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu. Dikatakan tidak sepenuhnya sama karena memiliki perbedaan antara lain dalam
commit to user 9
penyajiannya, pola
pikirnya, keterbatasan
semestanya, dan
tingkat keabstrakannya.
a. Penyajian matematika sekolah
Penyajian butir-butir matematika dalam buku sekolah disesuaikan dengan perkiraan perkembangan intelektual siswa.
b. Pola pikir matematika sekolah
Dalam pembelajaran dapat digunakan pola pikir induktif, meskipun siswa pada akhirnya tetap diharapkan mampu berpikir deduktif. Pola pikir induktif
yang digunakan dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa.
c. Keterbatasan semesta
Semesta pembicaraan dimulai dari yang sempit kemudian meluas, disesuaikan dengan semakin meningkatnya tahap perkembangan siswa.
d. Tingkat keabstrakan matematika sekolah
Tingkat keabstrakan matematika diawali dari tingkat abstraksi rendah kemudian menuju tingkat abstraksi yang lebih tinggi.
3. Tujuan Pengajaran Matematika SMP
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah
commit to user 10
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
http:members.multimania.co.uklinkmatematikasilabusktsp2006.zip
B. Proses Berpikir