Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Jenis Data yang diukur Teknik Pengumpulan Data

4. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada lokasi penangkaran rusa timor yang terletak dalam kawasan Hutan Penelitian HP Dramaga, Bogor milik Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam P3HKA yang dilakukan mulai bulan Desember 2008 sampai dengan April 2009.

4.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi, kantong plastik, tali raffia, kantong koran atau coklat, bahan pembuatan herbarium alkohol, kertas koran, label, buku panduan lapangan pengenalan burung, rusa timor Rusa timorensis Blainville 1822 sebanyak empat ekor terdiri atas satu ekor betina dewasa, satu ekor betina remaja, satu ekor jantan dewasa, dan satu ekor jantan remaja, serta hijauan pakan yang berada di sekitar HP Dramaga. Sedangkan alat yang digunakan adalah kamera, meteran, gunting rumput, timbangan timbangan duduk, timbangan elektrik, timbangan rusa, oven, kompas, Global Positioning System GPS, lux meter, hygrometer, dan alat tulis menulis.

4.3 Jenis Data yang diukur

Data yang akan diamati dalam penelitian ini adalah bio-ekologi, dan fisik lokasi. Bio-ekologi mencakup vegetasi jenis pohon, jumlah individu, intensitas cahaya, dan untuk jenis pohon diukur keliling batang, hijauan pakan baik rumput maupun semak jenis dan jumlah, biomassa, produktivitas, nilai gizi, konsumsi, palatabilitas, daya dukung, inventarisasi jenis satwaliar mamalia, aves dan reptil, dan nilai ekonomi penangkaran rusa. Sedangkan fisik lokasi mencakup letak dan luas, iklim dan curah hujan, topografi atau kelerengan, air, dan tanah jenis, pH, kedalaman, tektur tanah. Di samping itu, informasi dari masyarakat diperlukan untuk mengetahui dampak dari kegiatan penangkaran rusa di HP Dramaga terhadap lingkungan sekitar. 29

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi studi literatur, wawancara, dan pengamatan langsung di lapangan yang merupakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengukuran dan pengamatan langsung di lapangan dan data sekunder diperoleh melalui studi literatur, dan wawancara dengan masyarakat untuk mengetahui persepsinya terhadap pembangunan penangkaran rusa. Studi literatur bertujuan untuk memperoleh data dan informasi dari hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan bio-ekologi yang diarahkan pada aspek teknis penangkaran. Informasi fisik lokasi lebih diarahkan pada karakteristik kawasan dan sekitar. Data dan informasi dari kedua aspek tersebut umumnya merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai literatur dan internet, dan merupakan komponen penentu dalam pembuatan desain penangkaran rusa timor di HP Dramaga. Pengamatan terhadap lokasi dan aksesibilitas dapat memberikan gambaran tentang pelaksanaan pembangunan penangkaran rusa, jarak dari pusat kota, cara untuk mencapai kawasan, dan ketinggian dari permukaan laut. Dari informasi tersebut dapat diketahui karateristik lingkungan fisik seperti dataran rendah atau tinggi. Data diperoleh dengan cara pengumpulan data yang berasal dari RTRW Desa Situ Gede dan Desa Bubulak. Pengamatan dilakukan pula pada alat transportasi untuk mengetahui jenis kendaraan umum yang digunakan untuk mencapai kawasan. Iklim erat hubungannya dengan pertumbuhan dan jumlah penutupan vegetasi dan hijauan pakan rusa. Iklim mempengaruhi bio-fisik dalam hal ketersedian air permukaan dan air tanah, produktivitas tanah, iklim mikro sedangkan curah hujan dan hari hujan mempengaruhi arahan pemanfaatan lahan. Pengumpulan data iklim dilakukan untuk mengetahui rata-rata curah hujan bulanan, dan harian, temperatur, kelembaban, dan jumlah hari hujan yang digunakan untuk mengetahui tipe iklim, kesesuaian vegetasi, kenyamanan pengunjung, serta pembangunan fasilitas. Sumber data diperoleh dari data sekunder yang berasal dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga, Bogor. 30 Jenis dan kedalaman tanah merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan, selain pH tanah, kesuburan tanah, potensi erosi, dan kelerengan. Jenis tanah sangat penting untuk menentukan perencanaan tapak dan berpengaruh terhadap keberadaan air tanah serta ketersediaan air permukaan dan air tanah, produktivitas tanah, pemandangan, konstruksi perkerasan, bangunan ringan dan berat. Pengumpulan data tanah dilakukan untuk mengetahui gambaran jenis dan kesuburan tanah kawasan setempat. Penggunaan data dilakukan untuk usaha konservasi tanah dalam kaitannya sebagai daerah resapan air, kepekaan terhadap erosi, dan usaha perbaikan tanah dalam untuk kesesuaian vegetasi dan hijauan pakan rusa. Topografi digunakan untuk mengetahui bentuk lahan kawasan secara makro dan mikro. Secara makro digunakan untuk mengetahui kesesuaian lahan dalam arahan pemanfaatan lahan, apakah termasuk kawasan lindung, kawasan penyangga, kawasan budidaya tanaman tahunan dan budidaya tanaman semusim. Sumber data merupakan data sekunder. Secara mikro, data topografi digunakan untuk mengetahui bentukan lahan penangkaran rusa, elevasi dari permukaan laut, arah drainase atau sungai, dan posisi danau atau setu. Data digunakan untuk penentuan tata ruang atau zonasi, pencagaran tanah sesuai dengan kelas kemiringan lahan, dan aktivitas pengguna pengunjung dan pengelola. Air memberikan informasi tentang potensi sumber air yang dapat ditemukan di kawasan tersebut seperti sungai, anak sungai, mata air, atau danau. Data diperoleh dari data sekunder dan wawancara dengan masyarakat. Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur atau tidak resmi informal interview, dimana wawancara dilakukan dengan cara bebas, santai, dan tanpa menggunakan kuesioner Kountur 2007. Wawancara dengan masyarakat sekitar lokasi, aparat desa, dan sesepuh dilakukan untuk mengetahui tata guna lahan pada areal HP Dramaga dalam hubungannya dengan penggunaan tanah dalam kawasan penangkaran rusa. Masyarakat merupakan orang yang terkena dampak langsung dengan adanya pembangunan penangkaran rusa. Informasi yang akan digali adalah seberapa jauh dampaknya terhadap masyarakat, aspirasi dan harapan dengan adanya pembangunan 31 penangkaran rusa serta langkah-langkah yang akan ditempuh jika tidak ada solusi dalam pemenuhan kehidupan sehari-hari. Informan kunci dipilih berdasarkan kompetensi masyarakat di dalam kawasan. Data yang diperoleh dari masyarakat digunakan untuk pertimbangan dalam penentuan ruang atau zonasi penangkaran rusa beserta areal untuk membangun berbagai fasilitas. Wawancara diperlukan untuk mengetahui sejarah kawasan HP Dramaga untuk menggambarkan kondisi umum penangkaran rusa, yang secara administratif termasuk Desa Situ Gede dan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Informasi dari Desa yang diperlukan adalah luas lahan dan pemanfaatannya, jumlah penduduk, mata pencaharian, mata pencaharian yang berkaitan dengan pertanian dan sarana dan prasarana jalan. Selain wawancara, data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari hasil kajian IPB dan Badan Litbang Kehutanan yang digunakan sebagai salah satu sumber untuk mendapatkan informasi dari masyarakat dan pemilik lahan yang ada di dalam kawasan penangkaran rusa. Dari pimpinan formal dan informal masyarakat seperti Kepala Desa dan tokoh masyarakat setempat akan digali informasi tentang persepsi dan harapan dengan adanya penangkaran rusa bagi masyarakat sekitarnya. Informasi ini untuk memahami munculnya suatu pandangan dan sikap sebagian masyarakat terhadap pembangunan penangkaran rusa. Selain itu, wawancara dilakukan juga untuk menambah informasi tentang keberadaan satwa. Pengamatan langsung bertujuan untuk memperoleh data mengenai aspek bio- ekologi yang meliputi analisis vegetasi, hijauan pakan rusa, identifikasi satwaliar, dan analisis finansial penangkaran rusa. 4.4.1 Analisis Vegetasi Analisis vegetasi dilakukan pada dua lokasi yakni di dalam dan di luar areal penangkaran rusa. Analisis vegetasi dilakukan untuk memberikan gambaran tentang kondisi tumbuhan bawah dan semak yang berada di bawah vegetasi pohon dengan penutupan tajuk yang cukup rapat. Analisis ini mencakup keragaman jenis dan komposisi jenis, struktur vegetasi serta jumlah individu melalui metode jalur berpetak sesuai petunjuk dari Soerianegara dan Indrawan 1988. 32 Analisis vegetasi di dalam areal penangkaran 6,50 ha dilakukan pada semua tipe vegetasi baik pohon, tiang, pancang, semai, dan tumbuhan bawah yang terdapat di dalam petak. Jumlah petak yang diamati sebanyak 23 petak sesuai dengan jumlah plot vegetasi yang berada di dalam areal penangkaran rusa dan masing-masing petak terdiri dari tingkat pohon, tiang, pancang, semai, dan tumbuhan bawah Tabel 3. Tabel 3 Jumlah petak pengamatan analisis vegetasi di HP Dramaga No. Lokasi Pengamatan Ukuran Petak Jumlah Petak Keterangan 1 Di dalam Areal Penangkaran 20x20 m 23 Pohon 10x10 m 23 Tiang 5x5 m 23 Pancang 2x2 m 23 Semai 1x1 m 23 Tumbuhan bawah, semak 2 Di luar Areal Penangkaran 1x1 m 9 Tumbuhan bawah, semak Masing-masing petak dilakukan pengamatan terhadap vegetasi yakni pada petak berukuran 20x20 m 2 untuk tingkat pohon dengan diameter 20 cm ke atas; ukuran 10x10 m 2 untuk tiang berdiameter 10-20 cm; ukuran 5x5 m 2 untuk pancang setinggi 1,5 m dan diameter 5-10 cm; serta ukuran 2x2 m 2 untuk semai yakni setinggi kurang dari 1,5 m dan diameter lebih kecil dari 3 cm atau mulai kecambah sampai anakan serta ukuran 1x1 m 2 untuk jenis tumbuhan bawah rumput, herba, semak belukar. Jenis vegetasi pohon, tiang dan pancang dicatat nama spesies lokal dan ilmiah, dihitung jumlah individu untuk mengetahui kerapatan, serta diukur keliling batang. Sedangkan untuk tingkat pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah, dicatat jenis dan jumlah individu baik yang biasa dikonsumsi maupun yang tidak biasa dikonsumsi oleh rusa di penangkaran. Sedangkan analisis vegetasi di luar areal penangkaran rusa 10,10 ha hanya dilakukan pada jenis tumbuhan bawah dan semak saja karena tumbuhan bawah tersebut biasa dipanen dan diberikan pada rusa di dalam penangkaran dengan sistem cut and carry. Analisis vegetasi dilakukan untuk memberikan gambaran tentang kondisi tumbuhan bawah yang berada di tempat terbuka dan membandingkan dengan kondisi tumbuhan bawah di dalam penangkaran. 33 Jumlah petak yang diamati di luar areal penangkaran rusa adalah sembilan petak berukuran 1x1 m 2 sesuai dengan lokasi pengambilan pakan yakni pada areal terbuka di sekitar penanaman murbei sebanyak tiga petak, areal kebun yang digunakan oleh masyarakat sebanyak tiga petak, dan di sekitar lapangan bola sebanyak tiga petak. Di samping itu, dicatat pula prosentase penutupan intensitas cahaya vegetasi baik yang berada di dalam maupun di luar areal penangkaran, dengan menggunakan lux meter. Pengamatan intensitas cahaya dilakukan pada waktu pagi hari jam 07.00-08.00, siang jam 12.00-13.00, dan sore jam 16.00-17.00 selama 7 hari. 4.4.2 Hijauan Pakan Pengamatan hijauan pakan dilakukan untuk mengetahui nama jenis, produktivitas, biomassa, palatabilitas, konsumsi, nilai gizi, dan daya dukung. Untuk mengetahui nama jenis hijauan dilakukan dengan membuat herbarium kemudian diidentifikasi. Produktivitas dan biomassa hijauan pakan dilakukan dengan cara membuat petak berukuran 1 x 1 m, dengan jumlah petak sesuai Tabel 4. Tabel 4 Luas dan kondisi areal pengamatan produktivitas hijauan pakan rusa di HP Dramaga No. Petak Lokasi Luas Areal ha Kondisi Lokasi Interval Pemotongan hari Jumlah Petak 20 30 40 1 Dalam Penangkaran 0,30 Di bawah tegakan 2 2 2 6 2 sda 0,25 sda 2 2 2 6 3 sda 3,45 sda 2 2 2 6 4 sda 2,50 Tempat terbuka 2 2 2 6 Jumlah 6,50 8 8 8 24 1 Luar Penangkaran 2,00 Lokasi Murbei 2 2 2 6 2 sda 1,10 sda 2 2 2 6 3 sda 1,50 Tempat terbuka 2 2 2 6 4 sda 0,50 Lapangan 2 2 2 6 5 sda 5,00 Tempat terbuka 2 2 2 6 Jumlah 10,10 10 10 10 30 Total Seluruh 16,60 18 18 18 54 Interval waktu pemotongan hijauan pakan dilakukan selama 20 hari, 30 hari, dan 40 hari untuk mengetahui produktivitas yang optimal Susetyo 1980. Metode yang digunakan untuk menentukan produktivitas hijauan pakan adalah pembabatan atau pemotongan rumput. Teknik yang digunakan adalah memotong setiap jenis 34 rumput yang terdapat dalam unit contoh sampai batas permukaan tanah dan membiarkannya untuk bertumbuh kembali hingga periode waktu yang telah ditentukan. Setelah rumput dibabat dan dipanen, rumput dipisah menurut jenis kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dan ditimbang untuk mengetahui berat basahnya Prasetyonohadi 1986. Selanjutnya rumput yang merupakan sumber pakan rusa dimasukkan ke dalam kantong kertas lalu dioven pada suhu 70 C untuk mengetahui biomassa. Jumlah ulangan yang digunakan dalam pengamatan produktivitas dan biomassa sebanyak dua kali. Biomassa dapat diartikan sebagai berat kering atau berat basah dari suatu hijauan yang dapat diketahui dengan cara melakukan penimbangan terhadap berat basah dan berat kering suatu hijauan pakan rusa. Berat kering diperoleh dengan cara memasukkan hijauan pakan segar sebanyak ± 1 kg ke dalam oven selama 48 jam pada suhu 70 C, dan dilakukan penimbangan berat kering. Palatabilitas tingkat kesukaan merupakan hasil keseluruhan faktor-faktor yang menentukan sampai pada tingkat mana suatu pakan menarik bagi rusa Mcllroy 1977. Palatabilitas diketahui dengan cara memberikan hijauan pakan yang biasa dikonsumsi rusa dalam bentuk prasmanan dimana pakan diberikan secara bersama- sama dalam waktu yang bersamaan. Jenis hijauan yang diberikan adalah bayondah Isachne globosa, aawian Panicum montanum Roxb, kipait Axonopus compressus Beauv, lameta Leersia hexandra Swartz, kolonjono Hierochloe horsfieldii Maxim, dan gewor Comellina nudiflora L. Untuk mengetahui kandungan nutrisi hijauan pakan, dilakukan analisis proksimat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, yang meliputi kandungan air, lemak, protein, serat kasar, bahan ekstra tanpa nitrogen BETN, abu, kalsium, phosphor, dan energi Tabel 5. Hijauan pakan yang diberikan, diletakkan dalam enam buah wadah berbentuk kotak sehingga masing-masing jenis pakan ditempatkan dalam satu wadah. Nilai indeks palatabilitas IP, didekati dengan mengetahui jumlah pakan yang diberikan, jumlah pakan yang tersisa, dan jumlah pakan yang dikonsumsi. 35 Tabel 5 Kandungan nutrisi hijauan pakan rusa timor di HP Dramaga Jenis Pakan Hasil Analisis Kimia BK Abu Protein Kasar Serat Kasar Lemak Kasar BETN Ca P Energi cal Bayondah 14,33 2,27 2,84 5,31 0,78 3,13 0,12 0,06 492 Lameta 18,58 2,15 3,63 6,01 0,94 5,85 0,1 0,09 640 Gewor 8,9 0,18 1,53 5,91 0,43 0,85 0,12 0,05 306 Kolonjono 10,19 0,83 2,4 3,69 0,77 2,5 0,09 0,06 375 Kipait 40,26 1,49 6,27 15,2 0,06 17,24 0,24 0,23 1384 Aawian 17,33 19,9 3,8 5,99 0,76 4,79 0,1 0,37 618 Campuran 39,74 4,29 7,1 19,13 2,25 19,28 0,39 0,22 1411 Sumber: Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB, 2009 Keenam jenis pakan yang diberikan pada empat ekor rusa betina dewasa, jantan dewasa, jantan remaja, dan betina remaja ditempatkan ke dalam kandang individu Tabel 6. Tabel 6 Jenis kelamin, dan ukuran kandang rusa yang digunakan dalam penelitian di penangkaran HP Dramaga No. Rusa yang digunakan Jumlah Rusa ekor Ukuran Kandang 1. Rusa betina dewasa 1 2 x 1,5 m 2. Rusa betina remaja 1 2 x 1,5 m 3. Rusa jantan dewasa 1 2 x 2,5 m 4. Rusa jantan remaja 1 6,5 x 6 m Rusa betina ditempatkan dalam kandang berukuran lebih kecil karena aktivitasnya lebih tenang. Jantan dewasa ditempatkan dalam kandang yang agak besar bagian sudut bersebelahan dengan betina dewasa karena memasuki masa kawin sehingga perilakunya binal dan galak. Sedang jantan remaja ditempatkan dalam kandang yang paling besar karena lebih jinak dibandingkan dengan yang lain sehingga aman dalam pemberian perlakuan. Konsumsi pakan dihitung dengan cara memberikan hijauan pakan campuran yang berada di dalam kawasan HP Dramaga yakni sebanyak 61 spesies 24 jenis terdapat di dalam areal penangkaran dan 37 jenis di luar areal penangkaran. Untuk mengetahui nama jenis pakan yang dikonsumsi rusa, terlebih dahulu dibuat herbarium dan selanjutnya diidentifikasi di Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Kelompok Peneliti Botani. 36 4.4.3 Identifikasi Satwa Identifikasi satwa dilakukan untuk mengetahui jenis satwa yang berada di lokasi HP Dramaga dengan menjelajahi areal, mengamati, mengidentifikasi, dan menginventarisasi seluruh jenis satwa yang ditemukan. Jenis satwa yang diketahui, dikelompokkan berdasarkan kelas mamalia, aves dan reptil. Keberadaan jenis burung diidentifikasi menggunakan buku panduan lapangan menurut petunjuk MacKinnon et al. 2000 dan untuk jenis mamalia dan reptil dicatat nama lokal dan nama ilmiah. Selain perjumpaan langsung, dilakukan juga pelacakan jejak, kotoran atau faeces, dan sisa makanan yang ditinggalkan oleh kelompok mamalia. Untuk kelompok burung, petunjuk lain seperti suara dan kehadiran sarang juga merupakan salah satu cara untuk menentukan keberadaannya. Pengamatan dilakukan pada pagi, sore, dan malam hari selama dua minggu dengan ulangan sebanyak dua kali. Umumnya pengamatan pada malam hari untuk mengetahui keberadaan jenis reptil dan beberapa jenis mamalia yang aktif pada malam hari. Pengamatan pada pagi hari dimulai pukul 06.00–12.00, sore hari pukul 16.00–18.00 dan malam hari pukul 19.30–22.00 WIB. Identifikasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidak pesaing dan predator rusa di dalam kawasan HP Dramaga.

4.5 Analisis Data