Komponen Bio-ekologi HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Komponen Bio-ekologi

5.1.1 Vegetasi Berdasarkan hasil pengamatan pada 23 buah petak yang berada di dalam areal penangkaran rusa, diperoleh 34 jenis yang merupakan tumbuhan bawah, 38 jenis tingkat semai, 20 jenis tumbuhan tingkat pancang dan tiang, serta 37 jenis tanaman tingkat pohon. Dari 34 jenis tumbuhan bawah, 24 jenis diantaranya dimakan rusa. Nilai kerapatan relatif tertinggi pada tumbuhan bawah yakni jenis badotan Ageratum conyzoides Linn 29,2; amis mata Ficus quercifolia Roxb 13,3 dan bayondah Isachne globosa sebesar 10,2 Lampiran 1. Kerapatan relatif tertinggi pada tingkat semai adalah pada anakan Hopea odorata 32,4 dan Strombosia zeylanica Gardn 28,9. Indeks Nilai Penting INP tertinggi pada tingkat semai yakni pada anakan Strombosia zeylanica Gardn 42,7 dan Hopea odorata 40,2 Lampiran 2. Kerapatan relatif tertinggi pada tingkat pancang dan tiang adalah Strombosia zeylanica Gardn 27,1 dan Melia excelsa Jacq 16,1 Lampiran 3 dan 4. Tingkat pancang dan tiang didominasi oleh jenis bintangor Calophyllum soulatri Burm F dengan nilai dominasi relatif 28,8 dan INP 43,5. Sedangkan kerapatan relatif tertinggi untuk tingkat pohon adalah Hopea odorata 16,7 dan Hopea mengarawan Miq 15,6 Lampiran 5. Hopea odorata merupakan jenis yang paling dominan dengan nilai dominasi relatif tertinggi sebesar 16,0. Rata-rata nilai intensitas cahaya di dalam areal penangkaran rusa sebesar 14,17. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa areal penangkaran cukup tertutup oleh vegetasi sehingga pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan bawah yang merupakan sumber pakan, menjadi terhambat. Namun kondisi pohon, tiang, dan pancang untuk kepentingan fungsi cover dan shelter sebagai tempat berlindung bersembunyi, cukup baik dan aman terutama saat melahirkan dan menyusui anak. Selama masa birahi, rusa jantan selalu menggesekan ranggah pada pohon sehingga di dalam areal penangkaran diperlukan adanya pohon-pohon Tuckwell 1998. Apabila di dalam areal penangkaran tidak tersedia pohon- 41 pohon, rusa jantan cenderung akan menggesek-gesekan ranggahnya pada tiang pagar. Di samping itu, dari segi pergerakan satwa dan akses pengelolaan, kondisi pohon yang rapat dapat menyebabkan pergerakan rusa terbatas sehingga dapat mengurangi akses dan mempengaruhi tata letak. Oleh karena itu perlu pengelolaan dan pengaturan agar tercapai kondisi yang optimal. Selain itu, pemeliharaan kesehatan secara alami bagi rusa dipengaruhi pula dengan ketersediaan tanaman yang ada, baik sebagai pakan maupun tumbuhan yang tumbuh atau ditanam di dalam areal penangkaran. Rusa memiliki kemampuan daya tahan tubuh yang tinggi karena secara naluri akan mencari pengobatan dari lingkungan sekitar. Kemungkinan terjadinya pengobatan alami secara naluri oleh rusa adalah dengan kebiasaan memakan kulit batang pohon yang tumbuh di sekitar tempat hidupnya. Hal ini karena beberapa kulit batang pohon memiliki getah dan kambium yang berefek anthelmentik yang dapat mengobati infestasi cacing, selain efek kemoterapika lainnya untuk analgesik, antipiretik, dan antiparasit. Salah satu jenis kulit kayu yang umum digunakan sebagai obat-obatan adalah jenis pulai Alstonia scholaris yang secara tradisional telah banyak digunakan oleh masyarakat di beberapa daerah di Indonesia. Getah dari kulit ini diketahui dapat menyembuhkan beberapa penyakit, baik pada saluran darah, pencernaan, maupun organ tubuh lainnya. Oleh sebab itu, pada lokasi penangkaran rusa perlu dilakukan pengkayaan jenis tanaman ini sebagai tanaman obat yang dapat dikonsumsi rusa secara alami. Hasil analisis vegetasi pada sembilan petak yang berada di luar areal penangkaran, terdapat 44 jenis tumbuhan bawah, 37 jenis diantaranya dimakan rusa Lampiran 6. Nilai kerapatan relatif tertinggi dicapai oleh jenis kipait Axonopus compressus Beauv dan lameta Leersia hexandra Swartz dari famili graminae masing-masing 23,9 dan 17,6. Kipait dan lameta merupakan jenis pakan yang sering diberikan pada rusa di penangkaran HP Dramaga. Kipait merupakan salah satu rumput yang sangat disukai ternak karena mempunyai nilai gizi yang baik walaupun daunnya agak kasar, sedang lameta memiliki batang yang halus, lembut, dan kaya akan zat telur tetapi miskin sellulosa sehingga dalam pemberiannya harus dicampur dengan jenis rumput lain yang mengandung serat 42 kasar tinggi Heyne 1987. Tingkat semai, pancang, tiang dan pohon di luar areal penangkaran tidak diamati karena yang dimanfaatkan hanya tumbuhan bawah. Rata-rata intensitas cahaya di luar areal penangkaran sebesar 16,31 menunjukkan bahwa kondisi vegetasi di luar areal penangkaran tersebar merata dengan penutupan tajuk tidak terlalu rapat sehingga intensitas cahaya dapat mencapai lantai hutan pada beberapa petak pengamatan pertumbuhan dan vegetasi tumbuhan bawah tidak terhambat dan dapat menghasilkan tumbuhan pakan rusa. 5.1.2 Hijauan Pakan Rata-rata produktivitas harian hijauan pakan yang dipanen sebanyak dua kali dengan interval pemanenan 20 hari, 30 hari dan 40 hari adalah sebesar 236,99 gm 2 hari atau setara dengan 52.109,69 kghatahun dimana di dalam areal penangkaran mencapai 58,76 gm 2 hari atau setara dengan 12.920,56 kghatahun dan di luar penangkaran 178,23 gm 2 hari setara dengan 39.189,13 kghatahun Tabel 8. Berdasarkan produktivitas tersebut, penempatan tapak sangat menentukan atau perlu intervensi pengelolaan vegetasi di dalam areal penangkaran agar kondisi optimal hijauan pakan dapat tercapai. Tabel 8 Rata-rata produktivitas harian hijauan pakan rusa di HP Dramaga, Bogor Lokasi No. Petak Rata-rata Panen hari Jumlah gm 2 hr Rata-rata gm 2 hr 20 30 40 Di dalam 1 91,60 162,12 232,89 486,61 162,20 2 105,99 171,33 206,29 483,61 161,20 3 73,44 130,44 176,52 380,40 126,80 4 1078,76 1289,40 1398,44 3766,60 1255,53 Jumlah 1349,79 1753,29 2014,14 5117,22 1705,74 Rata-rata Harian 67,49 58,44 50,35 176,29 58,76 Di luar 1 627,58 1288,32 2503,79 4419,69 1473,23 2 527,55 984,37 2070,53 3582,45 1194,15 3 304,26 858,72 759,24 1922,22 640,74 4 292,15 467,21 888,96 1281,01 427,00 5 1258,53 1806,87 1937,62 4778,22 1592,74 Jumlah 3010,07 5405,49 8160,14 16575,70 5525,23 Rata-rata Harian 150,50 180,18 204,00 534,69 178,23 Jumlah Seluruh 4359,86 7158,79 10174,28 21692,93 7230,98 Rata-rata Harian 217,99 238,63 254,36 710,98 236,99 Hasil produktivitas harian di atas menyatakan pemanenan pada umur 40 hari memberikan produktivitas tertinggi dibandingkan dengan umur 30 hari dan 20 hari. Rata-rata harian produktivitas hijauan pakan yang dipanen pada umur 20 43 hari mencapai 217,99 gm 2 hari atau 47.931,54 kghatahun, yang dipanen pada umur 30 hari mencapai 238,63 gm 2 hari atau 52.469,85 kghatahun dan hijauan pakan yang dipanen pada umur 40 hari mencapai produksi sebesar 254,36 gm 2 hari atau 55.928,55 kghatahun. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemanenan pada umur 20 hari terlalu lambat untuk bertumbuh, kecuali bagi tumbuhan menjalar, yang umumnya lebih tahan terhadap defoliasi pemotongan. Oleh karena itu, pemotongan pada umur 40 hari adalah interval pemotongan hijauan pakan yang baik, pada kondisi HP Dramaga. Pada umumnya pengelolaan perumputan atau pemotongan hijauan yang dianjurkan antara 30–40 hari pada musim hujan dan 50–60 hari pada musim kemarau Susetyo 1980. Tingginya produktivitas hijauan pakan pada umur 40 hari karena pada umur tersebut, hijauan pakan masih berada dalam fase pertumbuhan sehingga nilai gizi dan produktivitasnya masih tinggi dibandingkan dengan produktivitas hijauan pakan yang dipanen pada umur 20 dan 30 hari. Produktivitas dan nilai gizi hijauan pakan baru akan menurun apabila pemanenan dilakukan setelah berumur 60 hari ke atas yang ditandai oleh rendahnya kandungan protein dan tingginya serat kasar Susetyo 1980. Produktivitas tersebut bervariasi dan penyebabnya adalah tingkat kerapatan dan tutupan tajuk pohon. Areal dimana pohon tumbuh rapat dan penutupan tajuk luas sehingga cahaya matahari terbatas menembus lantai hutan menyebabkan produktivitas hijauan pakan rendah karena tumbuhan bawah sulit berkembang seperti pada petak contoh 1, 2, dan 3 yang berada di dalam areal penangkaran rusa. Sedangkan produktivitas tertinggi pada petak 5, berada di luar areal penangkaran dimana penutupan tajuk tidak terlalu rapat dan intensitas cahaya dapat mencapai lantai hutan. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Semiadi dan Nugraha 2004, apabila jarak pohon terlalu rapat maka akan menghambat pertumbuhan rumput. Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas hijauan pakan di dalam areal penangkaran rusa, diperlukan areal penanaman pakan rusa pada lahan terbuka. Lokasi yang sesuai untuk penanaman pakan yakni di sekitar kantor meteorologi dengan intensitas cahaya tertinggi pada siang hari sebesar 69,18. 44 Produktivitas hijauan pakan yang diperoleh jauh lebih tinggi dibanding dengan hasil penelitian Sumanto 2006 pada areal penangkaran rusa timor yang dikelola IPB di Dramaga yaitu sebesar 13,32 gm 2 hari atau 48.62 kghatahun. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain interval pemanenan yang berbeda dan kemampuan pertumbuhan hijauan setelah dilakukan pemotongan. Produktivitas hijauan tergantung pada persistensi daya tahan hidup dan berkembangbiak, agresivitas daya saing dengan spesies lain, kemampuan tumbuh kembali setelah injakan dan penggembalaan berat, sifat tahan kering dan dingin, dan kesuburan tanah McIlroy 1977 dan Reksohadiprodjo 1982. Pemanenan untuk mengetahui nilai produktivitas hijauan pakan rusa dilakukan pada saat musim hujan sehingga produktivitas hijauan pakan pada musim kemarau diasumsikan sebesar setengah dari produktivitas pada musim hujan seperti yang dikemukan Susetyo 1980. Dengan demikian nilai produktivitas hijauan pakan segar pada musim kemarau sebesar ½ x 52.109,69 kghatahun = 26.054,84 kghatahun. Sedangkan total luas areal pengamatan di HP Dramaga seluruhnya 16,60 ha sehingga diperoleh produktivitas hijauan pakan segar pada musim hujan 52.109,69 kghatahun dikalikan dengan 16,60 ha = 865.020,85 kghatahun. Produktivitas hijauan pakan berdasarkan bahan kering sebesar 39,74 dikalikan 865.020,85 kghatahun = 343.759,28 kgtahun. Sedangkan produktivitas hijauan pakan segar pada musim kemarau = 343.759,28 kgtahun dibagi 2 = 171.879,64 kgtahun dan produktivitas hijauan pakan pada musim kemarau berdasarkan bahan kering sebesar 39,74 dikalikan 171.879,64 kgtahun = 68.304,97 kgtahun. Nilai biomassa pada setiap jenis hijauan pakan berbeda karena dipengaruhi oleh kadar air yang dimiliki. Kadar biomassa dihitung berdasarkan hasil pemanenan hijauan pakan rusa pada interval 20 hari, 30 hari, dan 40 hari. Rata- rata kadar biomassa hijauan pakan yang dipanen pada umur 20 hari sebesar 17,85 dengan berat kering 3,89 gm 2 dan yang memiliki kadar biomassa tertinggi adalah lameta Leersia hexandra Swartz sebesar 15,31. Kadar biomassa hijauan pakan yang dipanen pada umur 30 hari sebesar 13,07 dengan berat kering 2,44 gm 2 dan lameta Leersia hexandra Swartz merupakan jenis hijauan pakan yang memiliki kadar biomassa tertinggi yakni sebesar 45,31. 45 Sedangkan kadar biomassa hijauan pakan yang dipanen pada umur 40 hari sebesar 15,19 dengan berat kering 2,32 gm 2 dan hijauan pakan yang memiliki kadar biomassa tertinggi adalah lameta Leersia hexandra Swartz sebesar 44,19 dengan berat kering 9,94 gm 2 Lampiran 7. Rata-rata tingkat konsumsi pakan yang diberikan pada rusa dengan sistem campuran adalah sebesar 6396,28 gekorhari dimana betina dewasa mengkonsumsi pakan sebesar 6384,28 ghari, betina remaja 5281,86 ghari, jantan dewasa 8158,57 ghari dan jantan anak 5760,43 ghari Lampiran 8. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin tinggi berat badan rusa maka semakin banyak pakan yang dikonsumsi. Rusa jantan umumnya lebih berat dibandingkan dengan rusa betina. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kerja hormon yang merangsang agresifitas untuk makan lebih banyak dan tumbuh lebih cepat pada rusa jantan sehingga lebih aktif dalam memanfaatkan pakan yang tersedia. Pertumbuhan pada jantan lebih cepat daripada betina karena adanya perbedaan derajat respon dari sel-sel jaringan tubuh terhadap pertumbuhan Tillman 1986. Pertumbuhan jantan lebih mengarah kepada pertumbuhan berat badan dan produksi sedangkan pada betina mengarah ke perkembangan organ-organ reproduksi. Umumnya konsumsi pakan pada rusa tergantung pada status fisiologi yakni induk yang sedang bunting, jantan dewasa, anak yang baru lahir dan anak yang baru disapih. Hasil analisis proksimat hijauan pakan campuran menunjukkan rata-rata kandungan bahan kering sebesar 39,74, sehingga diperoleh konsumsi pakan berdasarkan berat kering adalah sebesar 39,74 dikalikan 6396,28 gekorhari = 2.541,88 gekorhari. Rata-rata persentase hijauan pakan segar campuran yang dikonsumsi rusa timor di HP Dramaga sebesar 16,23 dari berat badan. Hasil ini tidak terlalu jauh berbeda dengan persentase pemberian pakan segar pada rusa timor di penangkaran di NTT yakni 10 dari berat badan dikalikan dua atau sama dengan 20 termasuk hijauan yang tidak termakan, tua, dan kotor Takandjandji dan Sutrisno 2006. Namun biasanya dalam menyatakan kebutuhan nutrisi suatu pakan, digunakan unit bahan kering di mana kandungan air telah dihilangkan melalui 46 pemanasan Semiadi dan Nugraha, 2004. Hal ini disebabkan unsur air pada setiap jenis pakan bervariasi sehingga konsumsi bahan kering pada pakan merupakan tolok ukur untuk mengetahui zat-zat makanan yang terdeposit. Rata-rata konsumsi pakan rusa berdasarkan bahan kering hijauan sebesar 4067,01 gekorhari atau 2,27 dari berat badan di mana rusa betina dewasa mengkonsumsi 2537,11 gekorhari; betina remaja 2099,01 gekorhari; jantan dewasa 3242,22 gekorhari dan jantan anak 2289,19 gekorhari. Konsumsi bahan kering pada domba sebesar 2,5-3,0 dari berat badan Banerjee 1978. Oleh karena itu, konsumsi pakan berdasarkan bahan kering pada rusa timor di penangkaran Dramaga relatif sama dengan domba. Dalam percobaan pemanfaatan hijauan pakan rusa menunjukkan rata-rata berat badan rusa pada pemberian pakan campuran mengalami penurunan sebesar 115,89 gekorhari dimana penurunan berat badan lebih nyata pada betina dewasa -507,14 ghari. Rendahnya berat badan pada betina dewasa diduga karena rusa kurang mampu memanfaatkan pakan yang dikonsumsi secara efisien, rendahnya nilai gizi, dan umur hijauan pakan. Nilai gizi yang rendah dapat menurunkan berat badan walaupun tingkat konsumsi tinggi karena tidak semua pakan yang dikonsumsi dikonversi menjadi berat badan. Hasil analisis proksimat menunjukkan nilai gizi hijauan pakan campuran kurang baik yang diindikasikan oleh rendahnya tingkat perkembangan berat badan rusa sehingga diperlukan manajemen pemberian pakan yang tepat. Tabel 5 menunjukkan kandungan serat kasar pada hijauan pakan campuran sangat tinggi 19,13 sehingga menyebabkan konsumsi rusa menurun dan mengakibatkan penurunan berat badan. Demikian pula kandungan lemak pada hijauan pakan campuran lebih tinggi 2,25 sehingga hijauan kurang disukai oleh rusa. Menurut Susetyo 1980; Semiadi et al. 1993 dan Le Bel et al. 1997, faktor yang menentukan produksi berat badan adalah kandungan zat gizi hijauan, daya cerna, dan jumlah konsumsi pakan. Semakin besar tingkat pengaruh faktor tersebut, akan semakin meningkat pula berat badan. Dalam percobaan dengan pemberian hijauan pakan dengan sistem prasmanan terbukti mampu memberikan pengaruh positip pada peningkatan berat badan rusa dengan rata-rata peningkatan berat badan 598,82 gekorhari Lampiran 9. 47 Percobaan palatabilitas hijauan pakan menggunakan enam jenis hijauan yang sering dikonsumsi rusa yakni gewor Comellina nudiflora L dari famili commelinaceae, bayondah Isachne globosa, aawian Panicum montanum Roxb, kipait Axonopus compressus Beauv, lameta Leersia hexandra Swartz, dan kolonjono Hierochloe horsfieldii Maxim dari famili poaceae. Hasil analisis palatabilitas hijauan pakan rusa menunjukkan bahwa dari keenam jenis hijauan pakan yang dikonsumsi rusa di penangkaran, jenis gewor termasuk sangat disukai rusa pada semua kelas umur dan jenis kelamin betina, jantan, dewasa dan remaja. Seluruh bagian dari jenis gewor disukai oleh rusa. Diduga rusa sangat suka pada gewor karena gewor memiliki kandungan air tinggi 91,10 meskipun jenis ini diketahui sebagai salah satu pakan ternak yang bergizi rendah Heyne 1987. Beberapa hal lain yang menyebabkan rusa lebih menyukai jenis gewor adalah karena memiliki daun yang muda dengan tekstur batang yang lunak. Selain itu, secara tradisional daun gewor berkhasiat sebagai obat luka Heyne 1987. Diduga rusa memiliki naluri untuk mencari pengobatan dari hijauan pakan yang diberikan. Jenis lameta kurang disukai karena walaupun rumputnya halus tetapi miskin akan serat kasar terutama sellulosa, sedangkan kolonjono memiliki nilai gizi yang rendah terutama protein 2,40. Menurut Kartadisastra 1997, palatabilitas suatu jenis pakan dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimiawi yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti penampakan, bau, rasa, dan tekstur. Tingkat konsumsi pakan campuran dan pakan yang diberikan secara prasmanan, disajikan pada Gambar 3. Gambar 3 Konsumsi hijauan pakan rusa timor di penangkaran HP Dramaga. 6.712,97 6.384,28 3.932,82 5.281,86 10.706,32 8.158,57 5.549,99 5.760,43 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 A B C D Rusa Prasmanan Campuran Konsumsi Pakan gekorhr 48 Rata-rata Indeks Palatabilitas IP tertinggi pada jenis pakan yang diberikan dengan cara prasmanan, adalah gewor, kemudian diikuti oleh bayondah, kipait, aawian, lameta, dan yang terendah adalah kolonjono seperti pada Tabel 9. Tabel 9 Indeks Palatabilitas hijauan pakan rusa di HP Dramaga No. Jenis Hijauan Indeks Palatabilitas IP ♀ Dewasa ♀ Remaja ♂ Dewasa ♂ Remaja Rata-rata 1. Leersia hexandra 0,92 0,92 0,82 0,94 0,90 2. Axonopus compressus 0,94 0,96 0,95 0,91 0,94 3. Panicum montanum 0,98 0,97 0,91 0,88 0,94 4. Hierochloe horsfieldii 0,86 0,99 0,95 0,88 0,92 5. Comellina nudiflora 0,97 0,997 0,996 0,99 0,99 6. Isachne globosa 0,93 0,997 0,99 0,90 0,95 Rata-rata 0,93 0,97 0,94 0,92 0,94 Berdasarkan analisis proksimat, kandungan gizi dari keenam jenis pakan dan satu jenis pakan campuran yang diberikan pada rusa timor di penangkaran HP Dramaga, disajikan pada Tabel 5. Perbedaan kadar protein kasar dan serat kasar menunjukkan sifat masing-masing hijauan pakan yang umumnya berasal dari suku poaceae. Faktor lain yang mempengaruhi nilai gizi pakan di atas adalah umur hijauan di mana umumnya kadar protein akan menurun seiring dengan meningkatnya umur hijauan tetapi tidak demikian halnya dengan kadar serat kasar yang merupakan kebalikan dari protein kasar. Kandungan serat kasar pada pakan campuran jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pakan yang diberikan dalam bentuk prasmanan. Tingginya kandungan serat kasar pada pakan cenderung akan menurunkan nilai daya cerna dan rendahnya daya cerna membuktikan rendahnya kualitas pakan Semiadi dan Nugraha 2004. Protein berperan penting bagi pertumbuhan dan pakan yang mengandung protein kasar sebesar 80–90 gkg bahan kering dapat meningkatkan berat badan rusa sebanyak 10 dari berat awal. Kandungan gizi pada pakan yang dikonsumsi rusa timor di penangkaran HP Dramaga dapat dihitung berdasarkan bahan kering, seperti pada Tabel 10. Hasil perhitungan daya dukung habitat rusa di dalam areal penangkaran sebesar 5,53 ekorhatahun dan di luar penangkaran 16,79 ekorhatahun, dengan total daya dukung habitat 22,32 ekorhatahun. Jumlah yang diperoleh jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pernyataan Semiadi dan Nugraha 2004 yang mengatakan daya dukung rusa timor di Indonesia sebesar 12-15 ekorha. 49 Tabel 10 Hasil perhitungan nilai gizi pakan rusa berdasarkan bahan kering Jenis Pakan Nilai Gizi Pakan Rusa yang dikonsumsi Kadar Air Abu Protein Kasar Serat Kasar Lemak Kasar BETN Ca P Energi cal Bayondah 85,67 15,84 19,82 37,06 5,44 21,84 0,84 0,42 3433,36 Lameta 81,42 11,57 19,54 32,35 5,06 31,49 0,54 0,48 3444,56 Gewor 91,10 2,02 17,19 66,40 4,83 9,55 1,35 0,56 3438,20 Kolonjono 89,81 8,15 23,55 36,21 7,56 24,53 0,88 0,59 3680,08 Kipait 59,74 3,70 15,57 37,75 0,15 42,82 0,60 0,57 3437,66 Aawian 82,67 114,83 21,93 34,56 4,39 27,64 0,58 2,14 3566,07 Campuran 60,26 10,80 65,77 29,09 7,74 249,24 0,16 140,59 1003,59 Demikian pula dengan pernyataan Sumanto 2006, bahwa daya dukung rusa timor di penangkaran IPB di Dramaga sebesar 14,43 ekorha. Perbedaan ini disebabkan oleh jenis hijauan yang dikonsumsi baik kualitas maupun kuantitas. Alikodra 1990 mengatakan, faktor-faktor yang mempengaruhi daya dukung suatu habitat adalah kebutuhan dasar satwa pakan, cover, ruang, kualitas dan kuantitas kondisi habitat. Daya dukung areal HP Dramaga bisa menjadi lebih rendah, karena pada kenyataannya ketersediaan hijauan pakan rusa secara rutin juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk ternak pemeliharaannya sapi, kerbau, domba, kambing. Berdasarkan data Monografi Kelurahan Situ Gede dan Kelurahan Bubulak Desember 2008, terdapat sejumlah ternak yang dimiliki masyarakat yang secara rutin ikut memanfaatkan hijauan pakan ternak di areal penangkaran di areal HP Darmaga. Tercatat di Kelurahan Situ Gede terdapat sapi potong 2 ekor, kerbau 30 ekor, kambing 50 ekor dan domba 136 ekor terdapat sapi potong 2 ekor, kerbau 30 ekor, kambing 50 ekor dan domba 136 ekor, serta di kelurahan Bubulak terdapat sapi potong 5 ekor, domba 200 ekor dan kambing 50 ekor. Apabila diasumsikan kebutuhan konsumsi pakan ternak sebanyak 10 dari berat badan, maka diperkirakan kebutuhan hijauan pakan ternak-ternak tersebut sebesar 3.500 kghari atau 1.653.450 kgtahun. Kondisi ini diperkirakan berpengaruh pada tingkat daya dukung areal penangkaran rusa. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang terkait dengan pengaturan danatau pengendalian pemanfaatan areal oleh masyarakat, dan upaya penanaman hijauan pakan khusus diperuntukan bagi penangkaran rusa. Dalam hal ini diperlukan juga alokasi areal khusus sebagai kebun pakan rusa. 50 5.1.3 Satwa lain Hasil analisis jenis satwa lain untuk mengetahui potensi gangguan satwa lain terhadap rusa menunjukkan bahwa di areal HP Dramaga terdapat mamalia sebanyak 14 jenis Tabel 11. Tabel 11 Jenis mamalia yang terdapat di HP Dramaga No. Jenis Mamalia Nama Ilmiah Status Dasar Identifikasi 1 Musang Paradoxurus hermaproditus Terlihat 2 Tupai Eutamias minimus Terlihat 3 Kucing Felis domestica Terlihat 4 Anjing Canis familiaris Pemangsa Terlihat 5 Tikus Rattus spp Terlihat 6 Ganggarangan Herpestes javanicus Terlihat 7 Bajing Laricus insignis Terlihat 8 Kelelawar cokelat kecil Myotis lucifugus Terlihat 9 Kalong Pteropus vampirus Terlihat 10 Kelelawar Chiroptera Terlihat 11 Kerbau Bubalus bulalis Pesaing Terlihat 12 Sapi Bos taurus Pesaing Terlihat 13 Kambing Capra aegagrus hircus Pesaing Terlihat 14 Domba Ovis aries Pesaing Terlihat Anjing Canis familiaris berpotensial sebagai predator bagi rusa. Anjing liar ini terdiri dari tiga jantan dan dua betina sering ditemukan berkeliaran di sekitar penangkaran. Oleh karena itu pengamanan dan pengontrolan terhadap sarana kandang perlu ditingkatkan. Jenis reptil yang ditemukan di HP Dramaga sebanyak 12 jenis Tabel 12. Tabel 12 Jenis reptil yang terdapat di HP Dramaga, Bogor No. Jenis Reptil Nama Ilmiah Status Dasar Identifikasi 1. Kadal Mabouya multifasciata Terlihat 2. Bunglon Calotes spp Terlihat 3. Cecak terbang Hemidactilus spp Terlihat 4. Tokek Gecko-gecko Terlihat 5. Ular hijau ekor merah Elaphe oxycephala Terlihat 6. Ular tanah Calloselasma rhodastoma Terlihat 7. Ular sancaphyton Sanca hijau Sanca bodo Pyton raticulatus Chondropython viridis Python molurus Dilindungi Informasi masyarakat 8. Ular cobra hitammerah Naja sputatrik Informasi 9. Ulang welang Bungarus fasciatus Informasi 10. Lintah besar Haemadipsa javanica Informasi 11. Ular air Enhydris enhydris Informasi 12. Biawak Varanus salvator Informasi 51 Dari 12 jenis reptil yang ditemukan di HP Dramaga, dua diantaranya yakni ular sanca hijau dan sanca bodo termasuk jenis yang dilindungi berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 327KptsUm51978 tanggal 29 Mei 1978, SK Menteri Pertanian No. 716KptsUm101980 tanggal 4 Oktober 1980, dan SK Menteri Kehutanan No. 301Kpts-II1991 tanggal 10 Juni 1991. Kedua jenis ular yang disebutkan di atas, diketahui sangat berbahaya dan dapat menjadi predator bagi anak rusa yang baru lahir. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pencegahan antara lain melalui pengontrolan dan perbaikan terhadap sarana kandang. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh 31 spesies aves di areal HP Dramaga Lampiran 10, tujuh jenis diantaranya termasuk jenis yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia PP RI nomor 7 Tahun 1999. Jenis-jenis tersebut adalah elang bondol Haliastur indus, elang jawa Spzaetus bartelsi, raja udang Alcedo coerulescen, cekakak sungai Halcyon chloris , kipasan Rhipidura javanica, burung madu kelapa Anthreptes malacensis , dan burung madu biasa Nectarinia jugularis. Hasil pengamatan Solihati 2007, di HP Dramaga ditemukan 29 jenis burung dimana dua jenis diantaranya merupakan endemik Jawa yakni elang jawa Spizaetus bartelsi dan tepus dada putih Stachyris grammiceps. Potensi satwa tersebut memiliki nilai penting sebagai tambahan obyek wisata dalam kerangka keterpaduan pengembangan areal penangkaran rusa sebagai areal wisata.

5.2 Komponen Fisik Lokasi