Sistem Pembuktian Pengaturan Alat Bukti Cyber Crime menurut Undang-Undang Nomor 11

commit to user 32 Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tercantum dalam Bab 7 untuk ”Perbuatan yang Dilarang” Pasal 27-37.

a. Sistem Pembuktian

Tindak pidana dalam era reformasi yang dimaksud adalah tindak pidana yang memanfaatkan perkembangan teknologi informasi, yaitu sistem komputer dan sarana-sarana pendukungnya. Segala kemampuan untuk melakukan tindak pidana ini tidak terlepas dari perkembangan sistem komputer, dengan sasarannya salah satu komponen penting dalam mendukung berjalannya sistem komputer yaitu program komputer. Tindak pidana terhadap program komputer dapat menyebabkan kerugian yang besar, karena dapat menyebabkan komputer tidak dapat digunakan atau dapat menyebabkan komputer bekerja tidak sesuai dengan prosedur yang dikehendaki. Contohnya, pencurian program komputer yang dahulu dilakukan dengan cara konvensional mengambil program secara fisik dari pemiliknya, kini dengan bantuan sistem komputer dapat dicuri tanpa pengambilan secara fisik terhadap program komputer, cukup dengan memindahkan ke komputer si pencuri dalam hal pencurian dilakukan melalui jaringan komputer. Hal ini dapat terjadi tanpa diketahui pembuat komputer, karena pencuri akan dengan mudah menghilangkan jejak serta susah dilacak kembali. Contoh lain, ada seseorang dapat masuk ke dalam sistem komputer orang lain yang berada ribuan mil jauhnya dari tempat tinggalnya dan mengambil data atau program yang diinginkan, cukup dengan menggunakan sistem komputer. Sebagai salah satu komponen sistem komputer perangkat lunak software memegang peranan penting bagi komputer agar dapat bekerja sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Perangkat lunak komputer telah mengalami perkembangan pesat dari waktu ke waktu dan dapat diperoleh di dealer-dealer pemegang lisensi vendor maupun di toko-toko penjual perangkat lunak setiap saat. Namun, karena harganya yang tidak dapat dikatakan murah, perangkat lunak software ini tidak dapat diperoleh semua lapisan pengguna komputer, terutama bagi golongan perorangan. Timbul kemudian apa yang disebut perangkat lunak software bajakan yang dijual dengan harga yang jauh lebih commit to user 33 murah daripada perangkat lunak yang asli. Perbuatan ini tentu menimbulkan kerugian bagi industri perangkat lunak yang produknya terkena pembajakan. Dalam ketentuan hukum mengenai Hak Milik Intelektual Intellectual Property Rights serta dalam ketentuan Hukum Pidana Indonesia, pembajakan merupakan perbuatan yang termasuk dalam kategori tindak pidana. Di sisi lain kemajuan teknologi informasi menyebabkan dengan mudahnya orang menggandakan atau mengkopi perangkat lunak untuk dimasukkan install ke dalam komputer pribadi. Perbuatan ini juga akan mengakibatkan kerugian bagi pencipta perangkat lunak, karena dengan menggandakan secara tidak sah tidak dengan seizin pencipta atau pemegang hak cipta jumlah pembeli akan berkurang. Orang lebih memilih menggandakan karena biaya yang dikeluarkan lebih murah, hanya bermodalkan disket atau CD-ROM yang asli maupun bajakan. Cukup dengan menggandakan ke dalam hard disk, maka program sudah dapat digunakan. Meskipun dalam perangkat lunak yang asli telah dibuat aturan tentang keotentikan sertifikat program komputer tersebut dan diberikan nomor registrasi bagi pembelinya, namun dengan menggandakan dari perangkat lunak asli hal itu tidak menjadi masalah lagi. Berdasarkan hal di atas, perkembangan masyarakat di era reformasi dan semakin berkembangnya teknologi informasi pada akhirnya membuat varian atau bentuk kejahatan dalam era refomasi semakin berkembang. Untuk menjerat jenis kejahatan ini harus diperhatikan ketentuan perundang-undangan yang ada. Sebagian ahli ada yang berpendapat bahwa ketentuan perundang- undangan pidana yang ada saat ini sudah cukup untuk menjerat cyber crime ini. Sebagian lagi berpendapat, diperlukan adanya undang-undang khusus mengenai cyber crime. Terlepas dari pendapat yang bertolak belakang antara para ahli tersebut, yang harus menjadi titik perhatian dalam menerapkan hukum pidana pada cyber crime adalah cara menjerat pelaku kejahatan terhadap program komputer tersebut dengan menggunakan ketentuan perundang-undangan yang ada saat ini. commit to user 34 Cepatnya perkembangan dan akseptabilitas internet sebagai infrastruktur modern, tidak berarti eksistensinya tidak memunculkan permasalahan, baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Masalah teknis yang dimaksud misalnya masalah realibilitas teknologi elektronik itu sendiri, inti teknologi dan piranti pendukungnya dalam hubungannya dengan penggunaannya sebagai media. Sedangkan masalah non teknis adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan implikasi-implikasi yang lahir dari aplikasi teknologi elektronik itu. Permasalahan dan problematika yang muncul, terbagi dalam : 1 Problematika Substantif Permasalahan yang sifatnya substantif, yaitu keaslian data massage, keabsahan validity, kerahasiaan confidentialityprivacy, keamanan security, dan ketersediaan availability. 2 Problematika Prosedural Permasalahan yang bersifat prosedural, yaitu pengakuan dan daya mengikat putusan hakim suatu negara lain untuk diberlakukan dan dilaksanakan di negara lawan, sekalipun hal ini memakai instrumen-instrumen internasional, seperti Konvensi Brussel, Lugano yang memberikan contoh jurisdiction exorbitant menjadi suatu permasalahan yang cukup kompleks. Berdasarkan pemetaan permasalahan di atas, sebenarnya telah memberikan pengetahuan bahwa kehadiran teknologi komunikasi dan informasi yang memanfaatkan media internet, menuntut adanya perlindungan, baik dari segi teknologi maupun yuridis. Dari segi teknologi, seharusnya penyedia jasa layanan memakai teknologi yang mampu memberikan keamanan kepada penggunanya. Dari segi yuridis, dibutuhkan perangkat hukum yang mengatur hubungan secara elektronik tersebut sebagai alat bukti yang sah. Dalam cyber crime, khususnya terhadap komputer dan program komputer, masalah pembuktian ini menjadi bagian yang penting, tetapi juga sulit. Pembuktian merupakan syarat memberikan keyakinan pada hakim agar dapat menjatuhkan putusan. Hakim dilarang memberi putusan jika ia sendiri tidak mendapat keyakinan paling sedikit dua alat bukti sah yang ada. commit to user 35

b. Alat Bukti

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Nasabah Bank Dalam Cyber Crime Terhadap Internet Banking Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

4 66 152

Tinjauan Hukum Mengenai Kekuatan Pembuktian Secara elektronik Dalam Perkara Cyber Crime Dihubungkan Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

1 10 29

DATA ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PIDANA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

2 21 96

Harmonisasi Hukum Pengaturan Cyber Crime Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

0 0 21

SINKRONISASI PENGATURAN TINDAK KEJAHATAN DUNIA MAYA (CYBER CRIME) ANTARA COUNCIL OF EUROPE CYBER CONVENTION DENGAN UNDANG-UNDANG NO 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

0 1 13

TINDAK PIDANA CYBER CRIME DALAM PERSPEKTIF UNDANG – UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

1 1 65

TINDAK PIDANA CYBER CRIME DALAM PERSPEKTIF UNDANG – UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

2 8 65

CYBER CRIME DALAM BENTUK PHISING DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM.

0 1 104

CYBER CRIME

0 0 5

BAB II PENGATURAN PENGGUNAAN ALAT BUKTI BERUPA INFORMASI ELEKTRONIK SEBAGAI BUKTI DALAM TINDAK PIDANA KEJAHATAN MAYANTARA (CYBER CRIME) DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Tinjauan Umum Tentang Penggunaan

0 1 45