Latar Belakang STUDI KOMPARASI PENGATURAN ALAT BUKTI DAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU CYBER CRIME ANTARA UNDANG UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN THE AUSTRALIAN CYBER CRIME ACT OF 2001

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi yang merupakan hasil dari budaya manusia di samping membawa dampak positif, dalam arti dapat didayagunakan untuk kepentingan umat manusia ternyata membawa dampak negatif terhadap perkembangan dan peradaban manusia tersebut. Dampak negatif yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan dunia kejahatan. Semakin maju kehidupan masyarakat, maka kejahatan juga ikut semakin maju. Kejahatan juga menjadi sebagian dari hasil budaya tersebut. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin modern pula kejahatan itu dalam bentuk, sifat dan cara pelaksanaannya Abdul Wahid, 2000: 16. Teknologi sebagaimana digambarkan Mc Luhan dalam bukunya “Understanding of Media, The Extension of Man”, merupakan media yang mampu mengantarkan kecepatan arus informasi menembus batas antar negara. Ironis, karena kecanggihan teknologi tersebut tidak saja berguna untuk kemaslahatan manusia. Nyatanya, perkembangan teknologi juga seringkali dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan untuk mempermudah kejahatannya Ari Juliano Gema, 2000: 45 . Pernyataan tersebut semakin membenarkan “wajah ganda” teknologi, yang di satu sisi dapat menjadi alat dan pertanda bagi kemajuan masyarakat secara positif, namun di sisi lain dapat menjadi alat yang canggih dalam mempermudah dan memperluas berbagai bentuk perbuatan melanggar hukum dan hak-hak asasi manusia HAM. Dapat disaksikan betapa dahsyatnya senjata-senjata mutakhir, yang dikategorikan sebagai teknologi perang, mempunyai kekuatan yang sedemikian cepat dan meluas, sehingga ribuan penduduk dalam suatu negara bisa dibasmi dengan sekejap. Apa yang disebut dengan kejahatan “pembersihan etnis” genocide bukan hanya ada di alam maya, tetapi benar-benar sudah ada di alam nyata, yang cukup dilakukan oleh satu pleton tentara dengan senjata bio-teknologi yang mematikan. Pada kondisi demikian juga dihadapkan dengan kasus semisal commit to user 2 nasabah sebuah bank yang “dirampok” dikuras habis oleh seseorang dengan modus operandi memanfaatkan teknologi komputer. Sebagaimana diketahui bersama bahwa perkembangan teknologi itu sangat berpengaruh terhadap sikap tindak dan sikap mental setiap anggota masyarakat. Kemajuan yang dicapai di bidang teknologi akan mempengaruhi pula perubahan di dalam kehidupan masyarakat. Setiap masyarakat itu akan selalu berubah dari masa ke masa. Makin besar pengaruh dari lingkungannya akan semakin pesat pula perubahan di dalam masyarakat itu sendiri, baik perubahan yang bersifat positif maupun negatif Andi Hamzah ,1992: 24. Perubahan yang mengarahkan pada sisi negatif itu, diingatkan pula oleh Slouka, “teknologi-teknologi baru itu menciptakan implikasi sosial, gugatan teknis, dan resiko yang belum pernah ada sebelumnya. Semua ini adalah rekayasa genetika versi budaya. Hanya saja dalam percobaan ini diri kitalah yang berpotensi menjadi hibrida baru, menjadi tikus percobaan di laboratorium” Otje Salman dan Anthon F. Susanto, 2004: 6. Pendapat tersebut sudah memperingatkan tentang fungsi teknologi sebagai alat perubahan. Kemampuannya untuk mendukung perubahan memang sudah diakui, tetapi kemampuannya untuk mendukung terjadinya dan menguatnya perkembangan kejahatan juga tidak bisa diingkari. Teknologi telekomunikasi telah membawa manusia kepada suatu peradaban baru dengan struktur sosial beserta tata nilainya. Artinya, masyarakat berkembang menuju masyarakat baru yang berstruktur global yang mengkondisikan sekat- sekat negara mulai memudar. Sistem tata nilai dalam suatu masyarakat berubah, dari yang bersifat lokal-partikular menjadi global-universal. Hal ini pada akhirnya akan membawa dampak pada pergeseran nilai, norma, moral dan kesusilaan. Pada perkembangannya, dengan ditemukannya komputer sebagai produk ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadilah konvergensi antara teknologi telekomunikasi, media dan komputer. Konvergensi antara teknologi komunikasi, media dan komputer menghasilkan sarana baru yang disebut dengan internet. commit to user 3 Melalui kemutakhiran Internet inilah memberikan sesuatu yang sama sekali baru pada umat manusia. Dengan semakin berkembangnya peradaban manusia, internet seakan-akan menjadi tempat perpindahan realitas kehidupan, dari kehidupan nyata ke kehidupan maya. Hal ini dapat dipahami, dikarenakan dengan internet aktivitas yang sulit dilakukan di dunia nyata dapat dengan mudah dilakukan di dunia maya. Seseorang yang ingin membeli barang tidak perlu datang ke tempat penjual untuk melihat barang yang akan dibeli atau orang yang gemar belanja tidak perlu susah payah ke mal, tapi cukup di depan komputer yang tersambung jaringan internet di mana saja dengan menekan tuts-tuts pada komputer terlihatlah barang yang diinginkan. Selanjutnya bila tertarik dapat dilakukan transaksi dengan memasukkan nomor kartu kredit beserta alamat rumah. Langsung barang dikirim, sangat mudah. Aktivitas di dalam internet dapat menjangkau seluruh belahan bumi dengan melampaui batas-batas negara. Sesuatu yang dalam dunia nyata jauh dari jangkauan, dalam dunia maya dapat dihadirkan. Kemajuan teknologi yang merupakan hasil budaya manusia di samping membawa dampak positif, dalam arti dapat didayagunakan untuk kepentingan umat manusia juga membawa dampak negatif terhadap perkembangan manusia dan peradabannya. Dampak negatif yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan dunia kejahatan. J.E. Sahetapy telah menyatakan dalam tulisannya, bahwa kejahatan erat dan bahkan menjadi sebagian dari hasil budaya itu sendiri. Ini berarti semakin tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin modern pula kejahatan itu dalam bentuk, sifat dan cara pelaksanaannya Abdul Wahid, 2002: 21. Salah satu kejahatan yang ditimbulkan oleh perkembangan dan kemajuan teknologi informasi atau telekomunikasi adalah kejahatan yang berkaitan dengan aplikasi internet. Kejahatan ini dalam istilah asing sering disebut dengan cyber crime . Cyber crime merupakan salah satu bentuk atau dimensi baru dari kejahatan masa kini yang mendapat perhatian luas di dunia internasional. Volodymyr Gobulev menyebutnya sebagai the new form of anti-social behavior. Beberapa commit to user 4 sebutan lainnya yang cukup dikenal diberikan kepada jenis kejahatan baru ini di dalam berbagai tulisan, antara lain, sebagai kejahatan dunia maya cyber spacevirtual space offence , dimensi baru dari high tech crime, dimensi baru dari transnational crime , dan dimensi baru dari white collar crime. Cyber crime juga merupakan salah satu sisi gelap dari kemajuan teknologi yang mempunyai dampak negatif sangat luas bagi seluruh bidang kehidupan modern saat ini Barda Nawawi Arief, 2006: 257. Dengan dikeluarkannya dan diberlakukannya pengaturan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik maka pengelolaan, penggunaan, dan pemanfaatan informasi dan transaksi elektronik harus terus dikembangkan melalui infrastruktur hukum dan pengaturannya sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara aman untuk mencegah penyalahgunaannya dengan memperhatikan nilai-nilai agama, sosial, dan budaya masyarakat Indonesia, serta untuk menjaga, memelihara, dan memperkukuh persatuan dan kesatuan nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan demi kepentingan nasional. Konsep Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 demikian, selanjutnya diperbandingkan dengan produk hukum cyber crime di Australia. Hal demikian diangkat karena penulis tertarik dengan pengaturan cyber crime di Australia yang penulis anggap lebih lengkap pengaturan alat buktinya daripada di Indonesia. Tetapi untuk pengaturan sanksi pidananya lebih lengkap di Indonesia karena telah mencantumkan pidana denda sedangkan di Australia tidak dicantumkan.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Nasabah Bank Dalam Cyber Crime Terhadap Internet Banking Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

4 66 152

Tinjauan Hukum Mengenai Kekuatan Pembuktian Secara elektronik Dalam Perkara Cyber Crime Dihubungkan Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

1 10 29

DATA ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PIDANA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

2 21 96

Harmonisasi Hukum Pengaturan Cyber Crime Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

0 0 21

SINKRONISASI PENGATURAN TINDAK KEJAHATAN DUNIA MAYA (CYBER CRIME) ANTARA COUNCIL OF EUROPE CYBER CONVENTION DENGAN UNDANG-UNDANG NO 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

0 1 13

TINDAK PIDANA CYBER CRIME DALAM PERSPEKTIF UNDANG – UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

1 1 65

TINDAK PIDANA CYBER CRIME DALAM PERSPEKTIF UNDANG – UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

2 8 65

CYBER CRIME DALAM BENTUK PHISING DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM.

0 1 104

CYBER CRIME

0 0 5

BAB II PENGATURAN PENGGUNAAN ALAT BUKTI BERUPA INFORMASI ELEKTRONIK SEBAGAI BUKTI DALAM TINDAK PIDANA KEJAHATAN MAYANTARA (CYBER CRIME) DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Tinjauan Umum Tentang Penggunaan

0 1 45