commit to user 29
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Skematik Kerangka Pemikiran
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG
INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
THE AUSTRALIAN CYBER CRIME ACT OF
2001
KOMPARASI
PENGATURAN ALAT BUKTI CYBER CRIME
PENGATURAN SANKSI PIDANA TERHADAP
PELAKU CYBER CRIME
CYBER CRIME
commit to user 30
Keterangan :
Kerangka pikir tersebut merupakan alur pikiran penulis dalam menggambarkan, mengurai dan menemukan jawaban dari permasalahan yang
penulis angkat dalam penelitian hukum yaitu pengaturan alat bukti cyber crime serta pengaturan sanksi pidana terhadap pelaku cyber crime dalam Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan The Australian
Cyber Crime Act Of 2001. Banyaknya kasus cyber crime yang terjadi akhir-akhir ini memaksa
pemerintah untuk membuat peraturan yang tegas mengenai cyber crime ini. Peraturan yang berlaku saat ini di dalam KUHP dinilai belum berpengaruh
banyak terhadap penanggulangan cyber crime. Cyber crime merupakan kejahatan lintas dunia yang dinilai sangat berbahaya karena perkembangan
teknologi saat ini. Pengaturan sanksi pidana terhadap pelaku cyber crime berdasarkan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik masih memiliki kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
penulis perlu membandingkanmengkomparasikan undang-undang tersebut dengan The Australian Cyber Crime Act Of 2001 yang merupakan peraturan
yang mengatur tentang cyber crime di Negara Australia. Hal-hal tersebut menjadi gambaran landasan berfikir penulis dalam
meninjau pengaturan alat bukti dan sanksi pidana terhadap pelaku cyber crime. Oleh
karena itu
penulis akan
mencoba untuk
membandingkanmengkomparasikan pengaturan alat bukti dan sanksi pidana terhadap pelaku cyber crime tersebut antara Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dengan The Australian Cyber Crime Act Of 2001
.
commit to user
31
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengaturan Alat Bukti Cyber Crime Antara Undang-Undang Nomor