Teologi Pembebasan KAJIAN PUSTAKA

dan tenang sebelum mereka menemukan harta rohani dan adi kodrati yaitu Tuhan sendiri. Ada dua konsep diri dari kekristenan yaitu kekristenan sebagai sesuatu yang selesai dan sempurna dan hanya perlu dipertahankan sebagai suatu seni dan kekristenan sebagai hasil perkembangan dari waktu ke waktu dalam proses mencari, menyaring, menyesuaikan dan menemukan dirinya. Aliran karismatik dengan segala aktivitasnya muncul untuk menjawab berbagai ketidakpuasan dan kebutuhan manusia. Interaksi yang mendalam dan pelepasan kegelisahan dapat ditemukan dalam persekutuan doa karismatik. Untuk memahami gerakan karismatik ini akan dipergunakan pendekatan tentang Strukturalisme Pertukaran, “seseorang masuk dalam asosiasi karena mereka mengharapkan ganjaran, baik yang intrinsik maupun ekstrinsik”. Ganjaran intrinsik dapat berwujud kasih sayang, kehormatan atau kecantikan dan ganjaran ekstrinsik dapat berwujud uang, barang atau jasa- jasa Poloma, 1987:83. Beberapa orang yang termotivasi untuk masuk dalam suatu kegiatan lembaga gereja menginginkan suatu imbalan yang diharapkannya akan didapatnya dalam organisasi tersebut.

2.2. Teologi Pembebasan

Teologi pembebasan adalah sebuah paham tentang peranan agama dalam ruang lingkup lingkungan sosial. Dengan kata lain Teologi Universitas Sumatera Utara Pembebasan adalah suatu usaha kontekstualisasi ajaran-ajaran dan nila i keagamaan pada masalah kongkret di sekitarnya. Dalam kasus kelahiran Teologi Pembebasan, masalah kongkret yang dihadapi adalah situasi ekonomi dan politik yang dinilai menyengsarakan rakyat. Teologi Pembebasan merupakan refleksi bersama suatu komunitas terhadap suatu persoalan sosial. Karena itu masyarakat terlibat dalam perenungan-perenungan keagamaan. Mereka mempertanyakan seperti apa tanggung jawab agama dan apa yang harus dilakukan agama dalam konteks pemiskinan struktural http:www.google.com Dari Wikipedia Indonesia, Sabtu 23.06.2007 Teologi Pembebasan membicarakan bagaimana belas kasih Allah dalam agama Kristen membebaskan orang-orang yang tertindas, miskin, menderita, mengalami ketidakadilan dan kekejaman sosial lainnya. Dalam hal ini bagaimana sebuah lembaga gereja dapat membuat dan membawa orang- orang yang tertindas tersebut mengalami perubahan di lingkungan sosialnya, sehingga menjadi lebih baik dalam hal perekonomian dan martabat mereka. Gustavo Gutierrez Merino, O.P. lahir 8 Juni 1928 di Lima adalah seorang Teolog Peru dan Imam Dominikan yang dianggap sebagai pendiri Teologi Pembebasan. Menurut Gutierrez “pembebasan” sejati mempunyai tiga dimensi utama : Pertama, ia mencakup pembebasan politik dan sosial. Penghapusan hal-hal yang langsung menyebabkan kemiskinan dan ketidakadilan. Universitas Sumatera Utara Kedua, pembebasan mencakup emansipasi kaum miskin, kaum marjinal, mereka yang terinjak-injak dari “segala sesuatu yang membatasi kemampuan mereka untuk mengembangkan diri dengan bebas dan dengan bermartabat.” Ketiga, Teologi Pembebasan mencakup pembebasan dari egoisme dan dosa, pembentukan kembali hubungan dengan Allah dan dengan orang-orang lain http:lulukwidyanpr.blogspot.com, Sabtu.23.06.2007 Kedosaan manusia menurut Getierrez adalah keyakinan Gutierrez bahwa kedosaan manusia tidak hanya berakar dalam hati manusia sebagai pribadi, melainkan terlebih untuk zaman ini, berakar pada struktur sosial, ekonomi, politik, budaya dan keagamaan yang memeras dan menindas banyak orang miskin demi keuntungan sekelompok kecil masyarakat. Paradigma pembebasan adalah penegasan dari paradigma penyelamatan. Intinya bahwa manusia diciptakan dengan citra Allah yang kudus, artinya bebas dari segala bentuk dosa, namun karena kesombongan dan keserakahannya ia kehilangan kebebasannya, terkungkung dalam penjara dosa dan kegelapan Nitiprawiro, 2000:86 Gutierrez dalam Teologi Pembebasannya, berusaha untuk menghapus hal-hal yang membuat kemiskinan terjadi, dalam hal dunia politik yang ingin mencari keuntungan sendiri dan mengorbankan rakyat bawah yang tidak memiliki kekuasaan. Gutierrez juga berusaha untuk membebaskan kaum miskin atau orang-orang yang terinjak-injak untuk mengembangkan diri dengan kemampuan dan pendidikan yang mereka miliki meskipun kemampuan dan pendidikan itu terbatas. Pembebasan kemiskinan dan Universitas Sumatera Utara ketidakadilan tersebut tidak terlepas dari pembebasan egoisme dan dosa yang telah mereka lakukan. Mungkin karena dosa dan hubungan mereka dengan Allah yang tidak baik menyebabkan mereka tidak mampu menghadapi kekejaman dunia, meskipun kadang dosa manusia itu tidak sepenuhnya berasal dari diri manusia itu sendiri, melainkan karena adanya ketidakadilan dan pemerasan yang mereka alami di lingkungan sosialnya. Kemiskinan dalam Kitab Suci memang pertama-tama adalah suatu kategoris sosiologis, tetapi tidak dapat didefenisikan menurut pengertian ekonomi semata-mata, apalagi Marxis pengertian tidak memiliki sarana produksi. Kemiskinan dalam Kitab Suci mempunyai makna sosiologis yang lebih luas, bahkan makna keagamaan. Orang-orang miskin dalam Kitab Suci adalah sekelompok orang tertindas dalam konflik, tetapi dapat dilukiskan secara berguna sebagai perjuangan kelas Amaladoss, 2000:195-196. Menurut Gutirrez, secara alkitabiah kemiskinan telah menjadi skandal bagi harkat kelayakan manusia dan dengan demikian melawan kehendak Allah. Manusia diciptakan menurut citra Allah, untuk menguasai dan menggunakan bumi seisinya untuk mengangkat harkat kemanusiannya dan dengan demikian memuliakan Allah. Kemiskinan bukan nasib yang harus diterima dan dengan sendirinya merupakan kesalehan. Kemiskinan adalah keadaan kurangnya sarana hidup layak bagi kemanusiaan yang mungkin dapat diubah dan harus diubah Nitiprawiro, 2000:88-89. Aloysius Pieris menemukan tujuh besar unsur pembahasan dalam religiositas kosmis orang-orang miskin. Spiritualitas mereka berkaitan dengan Universitas Sumatera Utara dunia ini. Doa-doa mereka terpusat pada kebutuhan akan makanan, pekerjaan, tempat bernaung dan makna kehidupan. Mereka bergantung seluruhnya pada Allah, karena mereka tidak mempunyai sumber-sumber daya ekonomis dan politis yang siap untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Mereka berseru- seru kepada Allah memohon keadilan. Agama kosmis berurusan dengan kekuatan-kekuatan kosmis yang kita perlukan tetapi juga kita takuti : api, angin, tanah, air dan sebagainya Amalodoss, 2000:252. Pieris adalah seorang ahli Teolog dari Sri Langka. Ia bukan hanya pakar Buddhisme tetapi juga mempunyai hubungan dialog dan pengalaman yang erat dengan kaum Buddhis dan ia juga berkontak dengan banyak kelompok beraneka ragam agama yang menceburkan diri dalam perjuangan untuk pembebasan orang-orang miskin Amaladoss, 2000:191. Gereja di Amerika Latin didefinisikan sebagai umat Allah. “Gereja adalah umat Allah yang ditetapkan oleh Roh Kudus sebagai Tubuh Kristus” adalah definisi yang tepat. Pembicaraan gereja di Amerika Latin untuk pembebasan adalah gereja sebagai umat Allah, yang didalamnya Roh Kudus bekerja. “Roh Kudus bukanlah roh ketakutan dan perbudakan, melainkan Roh kebebasan dan keberanian sebagai anak-anak Allah”, demikian tegas Paulus Nitiprawiro, 2000:54. Universitas Sumatera Utara

2.3. Teologi Sukses