BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan, manusia tidak dapat hidup sendiri. Semua manusia pasti saling membutuhkan satu sama lain. Selama manusia itu hidup, ia akan
membutuhkan orang lain untuk bergantung ataupun berlindung. Tidak kalah pentingnya, bahwa manusia juga membutuhkan sesuatu untuk dapat
dipercayai atau sesuatu yang dapat menentramkan jiwa manusia. Sesuatu itu adalah agama, dimana manusia memiliki agama yang dijadikan sebagai
sebuah kepercayaan yang bersifat supranatural. Manusia pada awalnya mempunyai keyakinan atau kepercayaan
tentang alam di sekitarnya. Pengetahuan tentang hal-hal supernatural tersebut akhirnya mendorong manusia untuk menganut kepercayaan atau beragama.
Hal ini disebabkan oleh hal-hal yang supranatural tersebut dianggap suatu keajaiban yang tentunya tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa.
Agama adalah suatu kepercayaan atau keyakinan kepada sesuatu atau seseorang yang dianggap suci ataupun kudus dan bersifat supranatural yang
dapat memberikan perlindungan, kekuatan, ketentraman jiwa dan raga. Dan tentunya agama yang dianut oleh setiap manusia pasti berbeda-beda sesuai
dengan kepercayaan mereka masing-masing. Agama merupakan unsur penting dalam masyarakat. Agama adalah perwujudan hubungan manusia dengan
Universitas Sumatera Utara
Tuhan secara perorangan maupun secara bersama collective. Secara sosiologis, pengertian agama tidak terfokus pada ajarandogma semata, tetapi
juga berbicara mengenai masyarakat sebagai pelaksana dan pengembang nilai-nilai agama. Dampak agama bukan hanya pada hal-hal bersifat fisik.
Secara sosiologis dalam agama yang paling penting bukan ibadatritual semata, tetapi dampak yang ditimbulkan oleh ritual itu bagi prilaku sosial
masyarakat, sehingga menyebabkan adanya keharmonisan, kemajuan, kelanggengan atau bahkan perubahan masyarakat Nothingham, 1985:51.
Masyarakat yang tengah berada di zaman modern, di mana ilmu dan teknologi telah membantu usaha mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup
dan mempertinggi kualitas kehidupan itu sendiri, tentu saja dapat merasa bahwa mereka tidak membutuhkan agama. Fenomena modernisasi yang
paling kelihatan dalam masyarakat adalah dalam bidang komunikasi, ketidakadilan struktural dan sekularisasi. Komunikasi menyajikan tahap
tradisional ke tahap elektronik dari budaya audio visual membuat masyarakat pasif dan konsumtif terhadap informasi.
Ketidakadilan struktural berawal dari peradaban modern dan teknologinya yang hanya menguntungkan sekelompok kecil manusia saja.
Akibatnya kesenjangan sosial semakin terlihat, demikian juga ketidakadilan sosial dan kemiskinan, diperlukan suatu mekanisme sosial yang menghormat i
hak setiap manusia dan memberi kesempatan kepada semua orang untuk maju secara manusiawi atau dengan kata lain dicari jalan bagaimana suatu
peradaban modern bisa diintegrasikan dengan kebudayaan setempat, bila hal
Universitas Sumatera Utara
ini diabaikan, maka hal yang terjadi adalah erosi nilai-nilai secara tak terbendung.
Sekularisasi melihat otonom dunia dan manusia sebagai subjek otonom. Iman ditentang untuk dihayati dalam banyak situasi pilihan, di mana
manusia harus menggunakan kebebasannya dengan bantuan segala informasi yang bisa diperoleh. Kehidupan sebagian besar masyarakat tampak lebih
sekuler, lebih materialistis dan pragmatis, akibat adanya berbagai kemudahan dan fasilitas. Keadaan masyarakat semacam ini oleh Berger dalam buku
Schoorl, 1980:2-4 digambarkan sebagai keadaan masyarakat yang tengah dilanda arus sekularisasi. Dalam hal ini sekularisasi dimaksudkan sebagai
suatu proses dipisahkannya pranata-pranata sosial dari simbol-simbo l keagamaan. Sekularisasi dalam masyarakat akan tampak sebagai pembebasan
hal-hal yang semula berada di bawah pengawasan dan pengaruh-pengaruh agama.
Tapi di balik hal-hal modern itu semua, tentu saja suatu saat akan menimbulkan masalah batiniah dan peristiwa kehidupan yang sukar dicerna
oleh teknologi modern dan diluar kemampuan mereka memecahkannya secara rasional, maka manusia membutuhkan suatu hal yang dapat menentramkan
jiwa dan batin mereka. Karena itulah pada akhirnya manusia membutuhkan agama. Untuk memecahkan masalah tersebut, masyarakat memberikan suatu
fungsi tertentu kepada agama menurut kebutuhannya sendiri atau alasannya memeluk suatu agama. Saat ini agama telah berkembang sesuai kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat karena agama merupakan hal yang mendasar bagi kehidupan manusia.
Secara filosofis, sosio-politis dan historis agama bagi Bangsa Indonesia sudah berurat dan berakar dalam kehidupan bangsa. Agama juga
telah menjadi bagian dari sistem kenegaraan sebagai hasil konsensus nasional dan konvensi dalam praktek kenegaraan Republik Indonesia. Negara memiliki
tugas untuk memberikan perlindungan, pelayanan dan membantu pembangunan dan pemeliharaan sarana peribadatan serta mendorong pemeluk
agama yang bersangkutan agar menjadi pemeluk agama yang baik. www.depag.go.id, Rabu 14.03.2007
Saat ini penulis tertarik untuk lebih membahas tentang agama Kristen Protestan. Sejak awal perkembangannya, agama Nasrani banyak mengalami
gejolak perubahan. Dari waktu ke waktu berbagai istilah telah dipergunakan bagi penamaan timbulnya gejolak perubahan tersebut. Istilah-istilah tersebut
antara lain: Lutherisme, Calvinisme, Anglikanisme, Anababtisme, Gerakan Metodis, Bala Keselamatan, Saksi Yehowa, Pantekosta, Gerakan Karismatik,
Gerakan Ratu Adil, Gerakan Kenabian, Gerakan Keaslian Budaya, Gerakan Penghidupan Kembali juga sekte-sekte lain dalam agama Kristen Protestan.
Salah satu bentuk kekuatan dan kekuasaan agama di dunia adalah lembaga Gereja. Gereja merupakan agen agama yang paling konkrit di dunia,
sebuah lembaga yang memiliki norma, nilai dan seperangkat peraturan- peraturan yang mengatur hidup jemaat secara khusus. Gereja adalah wujud
nyata dari keberadaan Tuhan dalam agama Kristen. Dalam dogma Kristen,
Universitas Sumatera Utara
gereja dianggap perpanjangan tangan Tuhan untuk menyalurkan berkat dan kasih-Nya. Gereja ada oleh sebab Yesus memanggil orang menjadi pengikut-
Nya, jadi wujud gereja adalah persekutuan dengan Kristus. Melalui gereja, Tuhan dapat menunjukkan karunia-karunia-Nya. Sebaliknya, melalui gereja
manusia dapat mengenal keberadaan Tuhan. Gereja bagi orang Kristen memiliki arti penting, sebagai lembaga agama, gereja memiliki anggota-
anggota. Secara administratif ia memiliki hirarki yang formal, selain itu ia memiliki orientasi yang menyeluruh dan cenderung menyesuaikan diri dan
kompromi dengan masyarakat serta dengan nilai-nilai lembaga-lembaga yang ada. Artinya, Troeltsch menyimpulkan bahwa lembaga gereja adalah lembaga
yang dianugrahi kemuliaan dan keselamatan sebagai karya penebusan. Ia mampu menerima massa dan menyesuaikan dirinya dengan dunia O’Dea,
1996:131 Dalam agama Kristen Protestan terdapat cara-cara yang berbeda dala m
menjalankan ibadah atau sembahyang di dalam gereja, yaitu Kristen Protestan yang menganut aliran karismatik dan Kristen Protestan yang bersifat tradisi
konvensional. Dalam menjalankan ibadanya gereja yang menganut aliran karismatik,
tata cara beribadahnya berbeda dengan gereja tradisi konvensional. Kata karismatik sendiri berasal dari sebuah kata Yunani charis yang berarti kasih
karunia istimewa yang diberikan oleh Roh Kudus. Kata charis digunakan dalam Alkitab untuk menjelaskan mengenai berbagai-bagai pengalaman
supranatural http:id.wikipedia.orgwiki Jumat 16.03.2007.
Universitas Sumatera Utara
Cara-cara berbeda dalam melakukan ibadah tersebut, yaitu bila dalam gereja tradisi konvensional, para jemaat melakukan ibadah mereka dengan
tata cara seperti: bernyanyi dengan menggunakan alat musik pianoorgan, dengan tidak disertai tepuk tangan, tidak terdapatnya penyembahan dala m
bentuk senandung yang spontan keluar dari hati para jemaat, bersifat monoton, tidak terdapatnya bahasa Roh dan lain-lain. Sedangkan dalam
gereja yang menganut aliran karismatik, dimana para jemaat bernyanyi dengan diiringi alat musik yang lengkap, yaitu piano, keyboard, drum, bass,
gitar listrik dan terkadang menggunakan alat musik lainnya. Para jemaatnyapun bernyanyi sambil bertepuk tangan riang, berdoa dengan
merentangkan tangan, sharing berbagi, berbahasa Roh, bersenandung dalam bahasa Roh dan tindakan-tindakan lainnya yang dengan spontan mereka
lakukan yang tentunya tidak dilakukan di dalam gereja yang tidak menganut aliran karismatik. Sehingga umat Kristen sendiri yang menganggap tata cara
berdoa dan beribadah para penganut aliran karismatik ini aneh. Bahkan ada umat Kristen yang bersifat “ekstrem”, yaitu dengan keras
menolak dan benar-benar anti untuk menghadiri kebaktian di gereja karismatik, mereka sangat menentang aliran karismatik ini. Mereka
menganggap aliran karismatik adalah suatu agama yang menyimpang atau suatu ajaran agama yang “sesat” karena dianggap mengesampingkan dan
membuang adat istiadat dalam suku mereka. Aliran gereja karismatik ini tetap tidak dapat dicegah, bahkan semakin bermunculan, antara lain: GPDI Gereja
Pentakosta Di Indonesia, GBI Gereja Bethel Indonesia, GKII Gereja
Universitas Sumatera Utara
Kemenangan Iman Indonesia, GKKI Gereja Kristen Kudus Indonesia, GBI Succesfull Bethany Families, Gereja Bathany, Gereja Sidang Rohol Kudus,
Gereja Sidang Jemaat Allah, yang masing-masing dari gereja aliran karismatik tersebut tidak hanya mendirikan satu bangunan di satu wilayah,
melainkan memiliki cabang atau mendirikan gerejanya di mana-mana. Gereja- gereja tersebut sama-sama menganut aliran karismatik, hanya saja tidak
berada dalam satu organisasi. Dalam skripsi ini penulis lebih tertarik untuk meneliti Gereja
Karismatik GBI Medan Plaza yang berada di jalan Iskandar Muda tepatnya di gedung Medan Plaza lantai 6 yang lebih dikenal dengan sebutan GBI Medan
Plaza, alasannya karena gereja ini adalah salah satu gereja yang berkembang ataupun bertumbuh yang dapat dilihat dari jumlah jemaatnya yang sangat
banyak. Dalam gereja ini terdapat 5 lima gelombang dalam menjalankan ibadahnya setiap Minggu. Ini disebabkan jemaatnya yang terlalu banyak,
sehingga tempat tersebut tidak muat jika hanya memiliki 1 satu gelombang dalam menjalankan ibadahnya. Dan pada kelima gelombang itu, tetap saja
dipenuhi oleh para jemaat. Menurut data yang ada, bahwa gereja ini memiliki jemaat tetap atau yang telah terdaftar sebanyak 35.000 orang. Sementara
gereja ini juga dihadiri oleh orang-orang yang bukan merupakan jemaat tetap atau tidak terdaftar dalam gereja tersebut. Dan oleh karena itu, gereja ini
mendirikan cabangnya di tempat lain, sehingga para jemaat yang ingin beribadah di gereja itu tidak perlu ke Medan Plaza, tetapi mereka bisa datang
ke gereja cabang yang didirikan dekat dengan wilayah tempat tinggal mereka.
Universitas Sumatera Utara
Banyaknya jemaat yang hadir di Gereja Karismatik GBI Medan Plaza ini tentu saja karena kebijaksanaan seorang pemimpin dan orang-orang yang
mempunyai andil dalam gereja tersebut dan karisma-karisma yang mereka miliki. Para jemaat yang hadir tidak mungkin datang begitu saja tanpa
mendengar atau mengetahui tentang apa yang ada atau apa yang menarik di gereja tersebut. Dalam pertumbuhannya, Gereja Karismatik GBI Medan Plaza
ini pastinya mempunyai strategi-strategi sehingga memiliki banyak jemaat. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui staretegi-strategi
yang dilakukan oleh Gereja Karismatik khususnya pada Gereja Karismatik GBI Medan Plaza ini.
1.2. Perumusan Masalah