Strategi Dalam Bidang Jasmani

n Mendatangkan pembicara-pembicara yang dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan hidup para jemaat, misalnya dalam hal keuangan, keluarga, jati diri dan bagaimana menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar.

4.3.2. Strategi Dalam Bidang Jasmani

Gereja ini membuka pelayanan kemasyarakatan dimana gereja ini mempunyai Yayasan Surya Kebenaran International; diantaranya adalah: a Pembukaan klinic, pengobatan secara gratis yang telah terdapat di sebagian gereja-gereja cabang. b Mendirikan sebuah Sekolah Kristen dengan pembayaran uang sekolah yang murah yang bernama Sekolah Kristen SD Mulia yang terdapat di Sitinjo, Dairi. c Mendirikan Rumah Sakit dengan pembayaran biaya pengobatan yang juga murah yang diberi nama Rumah Sakit Tello yang terdapat di Kecamatan Pulau Pulau Batu, Nias Selatan. d Mengadakan kegiatan donor darah yang diadakan tiga kali dalam setahun dan gratis. Kegiatan ini bertempat di ruang Poliklinik GBI Medan Plaza yang disediakan secara gratis bagi semua orang. Kegiatan ini dilakukan melalui kerjasama dengan Palang Merah Indonesia. e Memberikan bantuan kepada anak-anak tidak mampu seperti; anak-anak kumuh atau anak-anak jalanan yang tidak mampu Universitas Sumatera Utara sekolah dan juga tidak memiliki orang tua lagi, sehingga gereja ini dapat menjadi orang tua asuh dan juga mendirikan Rumah Singgah. f Kemudian memberikan bantuan bagi para janda, bagi orang- orang yang terkena bencana alam dan orang-orang miskin lainnya. Pelayanan Kemasyarakatan ini dilakukan sebagai wujud dari perintah Tuhan bahwa gereja yang diberkati Tuhan haruslah juga memberkati orang- orang, bukan hanya menikmati sendiri berkat tersebut. Pada masa VOC pelayanan kepada orang miskin diserahkan sepenuhnya kepada gereja. Gereja dengan sendirinya mempercayakan tugas itu kepada para diaken. Di kota-koata besar seperti Batavia mereka ini merupakan lembaga tersendiri. Di samping persembahan-persembahan, pemasukan diakoni itu terdiri dari sumbangan-sumbangan, hibah-hibah dan denda-denda yang dikenakan oleh Kompeni kepada pegawai-pegawainya karena alasan-alasan tertentu. Karena itu di beberapa tempat keuangan badan- badan diakoni termaksud sangat kuat. Tugas para diaken bukan hanya mengurus pembagian sumbangan kepada orang miskin. Sama seperti di Belanda mereka memegang pula kepengurusan panti-panti asuhan yatim piatu yang terdapat di beberapa tempat. Di Batavia mereka juga memegang kepengurusan panti-panti asuhan orang miskin dan orang jompo pria dan yang disebut ‘wisma Lazarus’ untuk penderita kusta, yang kemudian dipindahkan ke salah satu pulau di Teluk Jakarta. Sama seperti di Nederland sendiri, urusan pendidikan, baik kepada anak Eropa maupun kepada anak Indonesia, dipercayakan kepada gereja Locher, 1995:35. Gereja karismatik pernah dianggap mempergunakan kesuksesan sebagai strategi dalam memperoleh jemaat atau dikatakan penganut Teologi Sukses. Kemewahan dianggap suatu hal yang dapat menarik jemaat untuk datang beribadah. Salah satu pegawai gereja ini mengatakan bahwa, Hotel- hotel yang digunakan sebagai tempat beribadah memang untuk menarik para Universitas Sumatera Utara pengusaha dan jemaat yang berasal dari kalangan atas, tapi bukan berarti tertutup bagi jemaat biasa yang bukan pengusaha atau kalangan bawah. Para pengusaha dan jemaat kalangan atas yang belum mendekatkan diri kepada Tuhan, mereka hanya datang beribadah karena suatu kewajiban saja, bukan karena keinginan dari dalam hatinya. Sehingga mereka tentunya memilih- milih tempat beribadah yang menurutnya mewah di mana para jemaat yang hadirpun adalah para jemaat yang selevel dengan mereka. Agama dan beragama adalah gejala universal dalam masyarakat manusia. Demikian pula stratifikasi dalam masyarakat adalah juga fenomena sosial yang ada di mana-mana. Stratifikasi menimbulkan tinggi rendahnya suatu strata dari yang lain dalam pandangan orang luar. Seharusnya division of labour tidak menimbulkan kesan tinggi rendahnya anggota masyarakat yang menduduki jabatan atau tugas tertentu atau tidak menimbulkan stratifkasi. Dokter, pejabat, profesor dan konglomerat dinilai lebih tinggi dari petani, supir, dan buruh pabrik. Ini berarti stratifikasi di banyak masyarakat juga ditentukan oleh jenis pekerjaan, sebgaimana banyak pula masyarakat yang menjadikan kekayaan, kharisma, pengaruh dan skill menjadi ukuran tinggi rendahnya strata seseorang dalam masyarakatnya Agus, 2003:100. Karena itulah maka terdapatnya Hotel-hotel sebagai tempat untuk beribadah, karena para pengusaha dan jemaat kalangan atas yang merasa diri mereka memiliki kedudukan yang tinggi sehingga mereka mencari pergaulan dan tempat yang sesuai untuk mereka. Universitas Sumatera Utara Para pengusaha yang hanya memikirkan keuntungan diri sendiri tidak memikirkan kesusahan orang-orang di sekitarnya, haruslah dibentuk kepribadiannya. Hotel-hotel tersebut digunakan sebagai penarik, ketika masuk dan beribadah di tempat tersebut, maka mereka akan mendengar khotbah-khotbah dari pembicara-pembicara pilihan yang diurapi yang memang dapat membentuk jemaat jadi lebih baik dalam berfikir dan bertingkah laku, lebih mengasihi satu sama lain dan mau berbagi dengan orang-orang yang membutuhkan. Tuhan akan menggerakkan hati mereka untuk mau memberi. Maka dari merekalah orang-orang yang membutuhkan dapat dibantu. Karena tidak mungkin Tuhan yang menurunkan langsung dari langit apa yang dibutuhkan oleh orang-orang yang tidak mampu, tentunya Tuhan akan bekerja melalui manusia sebagai partner kerja Tuhan di dunia. Tentunya bukan berarti jemaat yang masih berasal dari kalangan bawah berdiam diri saja menunggu bantuan dari mereka, tetapi juga harus berdoa sambil berusaha. Bahaya perhatian untuk kaum miskin adalah bahwa kaum kaya dikambinghitamkan. Gort hlm. 558 menunjuk tiga hal yang dapat, bahkan harus dilakukan oleh orang kaya, yaitu: 1. mereka harus menyangkal diri, melepaskan segala kepastian serta jaminan untuk kehidupan mereka dan mengosongkan diri menurut contoh Yesus Kristus kenosis; Fill. 2:7; 2. mereka harus mengangkat salib mereka dan menjadi rela menderita dala m perjuangan demi keadilan dan pembebasan; 3. mereka harus menjadi pengikut Universitas Sumatera Utara Yesus dalam arti penuh, yaitu turut membawa pembebasan untuk kaum tertindas De JONGE, 1996:155. Beribadah juga dapat dijadikan sebagai pelarian dari masalah-masalah kehidupan yang tidak mampu lagi diselesaikan oleh akal pikiran manusia. Sehingga manusia beribadah sesuai dengan kepercayaan mereka yaitu percaya terhadap sesuatu yang mereka anggap dapat melakukan keajaiban yang tentunya tidak dapat dilakukan oleh manusia. Beribadah dianggap suatu pembebasan bagi manusia saat mereka benar-benar merasa tertekan oleh masalah-masalah yang mereka alami. Seperti yang dikatakan dalam Teologi Pembebasan dimana Teologi Pembebasan membicarakan bagaimana belas kasih Allah dalam agama Kristen membebaskan orang-orang yang tertindas, miskin, menderita, mengalami ketidakadilan dan kekejaman sosial lainnya. Dalam hal ini bagaimana sebuah lembaga gereja dapat membuat dan membawa orang-orang yang tertindas tersebut mengalami perubahan di lingkungan sosialnya, sehingga menjadi lebih baik dalam hal perekonomian dan martabat mereka. Berbagai peribadatan terlihat memiliki fungsi sosial tertentu ketika dan sampai batas tertentu, peribadatan-peribadatan itu berfungsi mengatur, memperkokoh dan mentransmisikan berbagai sentiment dari satu generasi kepada generasi lainnya, sebagai tempat bergantung bagi terbentuknya aturan masyarakat yang bersangkutan Scharf, 2004:75. Begitu pulalah yang terjadi dalan sebuah gereja, di mana peribadatan-peribadatan yang dilakukan untuk memperkokoh dan mengatur hidup manusia sebagai tempat bergantung. Oleh Universitas Sumatera Utara karena itu sebuah peribadatan yang terjadi hanya dengan kegiatan-kegiatan yang monoton atau bersifat liturgis dapat membawa kejenuhan karena para jemaat tidak dapat mengekspresikan emosi mereka, sehingga mereka merasa kejenuhan tersebut tidak mampu memperkokoh kehidupan. Gereja karismatik hadir dengan membawa perbedaan-perbedaan yang sangat mencolok dan dapat dikatakan bersifat modern karena mengikuti perkembangan zaman, membuat manusia untuk beralih ke gereja ini. Tentunya gereja ini tetap bertujuan untuk mencari Tuhan, bukan mencari keuntungan bagi pihak-pihak gereja. Menurut M. Yinger, Peter L. Berger dkk dalam Hendropuspito, 1983:17, bahwa dari alam pikiran dan gerak arah beserta bahasa teknis metoda tradisional itu tidak cocok lagi untuk menelaah masalah agama dalam zaman modern ini, karena kesemuanya itu diciptakan dalam alam pikiran tertentu untuk kepentingan tertentu. Agama Kristen bercorak gereja adalah satu-satunya agama Kristen yang dapat mencakup semua jenis dan kondisi umat manusia. Tentu saja ia meletakkan tekanannya pada berbagai macam sakramen, kependetaan dan pengorganisasian ajaran dan pelaksanaannya untuk menjamin uniformitas keagamaannya Scharf, 2004:142-143. Sama halnya dengan gereja karismatik ini terdapat sakramen-sakramen, kependetaan dan pengorganisasian untuk menjalankan program-program yang telah disusun, program-program yang berupa Amanat Agung. Universitas Sumatera Utara Pujian dan penyembahan yang menjadi ciri khas dari gereja karismatik ini adalah salah satu dari strategi yang dapat dikatakan strategi utama, karena dengan pujian dan penyembahan tersebut itu sama saja dengan meninggikan nama Tuhan. Dengan meninggikan nama Tuhan, maka Tuhan akan membawa jiwa-jiwa untuk datang menyembah Dia. Tetapi meninggikan nama Tuhan juga bukan hanya dengan memuji dan menyembah Dia tanpa melakukan hal- hal lainnya, misalnya seperti; melayani masyarakat yang membutuhkan. Oleh karena itu gereja karismatik ini memiliki kegiatan kemasyarakatan. Di sini yang diperlukan adalah iman yang cukup besar, karena dapat kita ketahui bahwa manusia percaya akan adanya Tuhan, meskipun kita belu m pernah melihatnya. Manusia ternyata tidak hanya melakukan hal-hal yang berbentuk material atau konkret, melainkan juga hal-hal yang berbau spiritual seperti menyembah Tuhan, padahal kita tidak pernah melihat apa yang kita sembah, tetapi manusia tetap melakukannya sebagai keyakinan akan memperoleh hidup yang lebih baik dan terarah. Sebagai ilmu science, objek yang ingin dipahami dalam sosiologi agama adalah hal-hal yang empirik, yang berada dalam pengalaman manusia yang tidak harus material atau konkret dalam beragama yang empirik termasuk apa-apa yang dapat dialami oleh manusia. Tuhan tidak material dan tidak konkret, tetapi menyembah Tuhan adalah prilaku yang dialami dan dilakukan oleh manusia, walaupun apa yang mereka sembah kebanyakan tidak dapat kita saksikan. Manusia menyembah dan mempercayai sesuatu serta menghayati kehidupan mistik kerohanian adalah empiric walaupun sesuatu yang dipercayai itu adalah gaib, tidak empiric. Maka sebagai hal yang empiric, kajian sosiologi agama tidak harus terhadap sesuatu yang material, yang dapat diketahui melalui panca indera yang lima; penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan rasa yang ditangkap oleh lidah, tetapi dapat saja kepada yang tersimpan dalam perasaan, pikiran dan imajinasi manusia yang menjadi anggota masyarakat Agus, 2003:27. Universitas Sumatera Utara Setiap agama punya rumah ibadat karena agama adalah norma dan pandangan hidup yang bertujuan untuk memperkuat persatuan umat yang bersangkutan. Yahudi punya synagog, Kristen punya gereja, Islam punya masjid, Buddha punya vihara, Hindu punya pura. Pandangan masyarakat umum masih menganggap rumah ibadat adalah rumah suci dan hanya dipakai untuk beribadat atau untuk melakukan pemujaan kepada Tuhan Agus, 2003:117-118. Berdasarkan dari peryataan tersebut, maka pihak-pihak yang bersangkutan dalam rumah ibadat tersebut haruslah mampu melakukan sesuatu agar rumah ibadat tersebut terasa nyaman dan dapat memenuhi keinginan para jemaat.

4.4. MOTIVASI JEMAAT BERIBADAH DI GEREJA KARISMATIK GBI MEDAN PLAZA