2. Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Remaja Putri Mahasiswi
Masa remaja merupakan masa “rawan gizi” karena kebutuhan akan gizi sedang tinggi-tingginya. Hal ini yang menyebabkan sering timbul masalah gizi
pada remaja putri. Masalah gizi pada remaja putri akan berdampak negatif pada kesehatan. Misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan
BBLR dan penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja putri menderita atau mengalami banyak masalah
gizi. Masalah gizi tersebut antara lain anemia dan IMT kurang dari batas normal atau kurus Choco, 2009.
Banyak remaja putri menginginkan bentuk tubuh yang sempurna dan terpengaruh iklan untuk mengurangi berat badan atau membentuk tubuh yang
ideal menurut iklan. Permasalahan yang sering dialami oleh remaja putri adalah rasa tidak percaya diri karena tubuh dinilai kurang atau tidak ideal, baik oleh
orang lain maupun oleh dirinya sendiri. Rasa kurang percaya diri ini kemudian merambat ke hal-hal yang lain, misalnya malu untuk bergaul dengan orang lain,
tidak percaya diri untuk tampil di muka umum, menarik diri, pendiam, malas bergaul dengan lawan jenis, atau bahkan kemudian menjadi seorang yang
pemarah, sinis dan sebagainya. Hal itu yang membuat remaja jadi tidak mau memperhatikan asupan
makanan yang bergizi karena yang bergizi itu mereka anggap membuat tubuh menjadi gemuk atau melar. Padahal, pada masa remaja kebutuhan gizi sangat
penting untuk diperhatikan. Masa remaja merupakan perubahan dari masa kanak- kanak menuju dewasa. Pada masa ini banyak terjadi perubahan, baik secara fisik,
Universitas Sumatera Utara
mental maupun sosial. Perubahan ini perlu didukung oleh kebutuhan makanan zat-zat gizi yang tepat dan memadai.
Remaja putri mahasiswi termasuk yang tinggal mandiri sering mempunyai kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan angka kecukupan gizi.
Misalnya: 1 kebiasaan mengkonsumsi kudapan atau “ngemil” yang rendah gizi kurang kalori, protein, vitamin dan mineral seperti makanan ringan yang saat ini
banyak dijual di toko-toko. Sebagian besar cemilan tersebut bukan hanya kurang kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi dan dapat menghilangkan
nafsu makan, 2 kebiasaan makan makanan siap saji fast food yang juga komposisi gizinya tidak seimbang, yaitu terlalu tinggi kandungan kalorinya
sehingga dapat menyebabkan kelebihan berat badan, 3 kebiasaan tidak sarapan pagi dan malas minum air putih. Dari hasil penelitian ditemukan orang yang
sarapan pagi daya ingatnya akan lebih baik, dapat berpikir jernih dan memiliki tenaga untuk beraktivitas.
Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia bisa mempengaruhi pola makan kaum remaja. Khususnya bagi remaja tingkat
menengah ke atas, restoran fast food merupakan tempat yang tepat untuk bersantai. Makanan di restoran fast food ditawarkan dengan harga yang
terjangkau, servisnya cepat dan jenis makanannya memenuhi selera Khomsan, 2003.
Fast food umumnya mengandung kalori tinggi, kadar lemak, gula dan sodium Na juga tinggi, tetapi rendah serat kasar, vitamin A, asam askorbat,
kalsium dan folat. Kandungan gizi yang tidak seimbang ini bila terlanjur menjadi
Universitas Sumatera Utara
pola makan, akan berdampak negatif pada keadaan gizi para remaja Khomsan, 2003.
Menurut Daniel 1977, dikutip dari Arisman, 2004 hampir 50 remaja terutama remaja akhir tidak sarapan. Penelitian lain juga membuktikan masih
banyak remaja 89 yang menyakini kalau sarapan pagi memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara teratur hanya 60. Remaja putri malah
melewatkan dua kali waktu makan dan lebih memilih kudapan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada