Status sosial ekonomi Personal preference

3.1. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan bertingkat, ada yang status sosial ekonominya tinggi, sedang dan rendah Fatimah, 2006. Sosial ekonomi menurut Abdulsyani 1994, dikutip dari Fatimah, 2006 adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal dan jabatan dalam organisasi. Menurut Marwanti 2000, dikutip dari Siregar, 2007 untuk mendapatkan makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, faktor sosial ekonomi dalam hal ini keuangan memegang peranan penting. Walaupun semua bahan makanan terdapat di pasaran, namun daya beli menentukan pemilihan. Jika keuangan memungkinkan serta memiliki keleluasaan dalam memilih, maka kebutuhan makanan akan terpenuhi. Akan tetapi jika keuangan terbatas maka seseorang terpaksa memilih makanan yang murah, yang harus disesuaikan dengan keuangan yang tersedia. Mahasiswi yang memiliki keluarga dengan pendapatan tinggi akan dapat lebih mudah dalam memenuhi kebutuhan gizinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Berg 1989, dikutip dari Siregar, 2007 yang mengatakan bahwa pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Dengan tingkat pendapatan yang semakin tinggi maka seseorang akan lebih mampu dalam memenuhi kebutuhan makanannya, baik secara kualitas maupun kuantitas dan semakin baik pula status gizinya. Universitas Sumatera Utara

3.2. Personal preference

Menurut Assael 2002, dikutip dari Febrianti, 2009, preferensi terbentuk dari persepsi terhadap suatu produk. Preferensi adalah derajat kesukaan, pilihan, atau sesuatu hal yang lebih disukai oleh konsumen. Preferensi juga dapat diartikan sebagai tingkatan kesukaan. Maksudnya, tingkat kesukaan secara kualitas dan atau bila dibandingkan dengan tingkat kesukaan terhadap sesuatu yang lain Martiani, 2000 dikutip dari Febrianti, 2009. Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan seseorang. Orang akan memulai kebiasaan makannya sejak dari masa kanak-kanak hingga dewasa Prohealth, 2009. Kesukaan atau pilihan terhadap makanan akan menentukan jumlah konsumsi pangan seseorang Fatimah, 2006. Lyman 1989, dikutip dari Febrianti, 2009 menyatakan bahwa preferensi dipengaruhi oleh waktu dan kondisi makanan yang disediakan, seperti kondisi lapar, perasaan dan saat terakhir mengkonsumsi. Suatu makanan tidak akan disukai bila belum pernah dicoba. Selain itu, suatu makanan bisa tidak disukai jika setelah dicoba terasa membosankan, terlalu biasa dikonsumsi, menyebabkan alergi atau reaksi fisiologis, dan berhubungan dengan efek penyakit setelah mengkonsmsinya. Sikap suka atau tidak suka terhadap pangan hanyalah salah satu alasan yang membentuk preferensi pangan. Preferensi pangan lebih menunjuk pada keadaan ketika seseorang harus melakukan pilihan terhadap pangan dengan menunjukkan reaksi penerimaan hedonik atau rasa makanan yang datanya diukur Universitas Sumatera Utara secara verbal, dengan skala atau dengan ekspresi wajah Rozin Volmecke 1986 dalam Febrianti, 2009. Dalam pemenuhan makanan apabila berdasarkan pada makanan kesukaan saja maka akan berakibat pemenuhan gizi akan menurun atau sebaliknya akan berlebih. Tidak ada satu bahan pangan pun yang dapat menyediakan zat gizi dalam kualitas dan kuantitas yang mencukupi kebutuhan gizi seimbang. Makan dengan beranekaragam jenis bahan pangan lebih cenderung dapat memenuhi kebutuhan gizi seimbang. Anjuran Pedoman Umum Gizi Seimbang PUGS, adalah anjuran yang perlu diikuti dalam pola makan seseorang Budiyanto, 2004.

3.3. Pengetahuan