kehilangan nafsu makan mereka, sedangkan yang lain malah bertambah nafsu makannya. Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa 48,3 responden tidak
pernah menolak untuk makan makanan pokok ketika sedang stres. Ini berarti responden memiliki mekanisme koping yang baik dalam mengatasi stres sehingga
stres yang dialami tidak dapat menyebabkan permasalahan pada nafsu makan atau pemenuhan kebutuhan gizi.
2.2. Pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 60 responden yang diteliti, sekitar 68,3 responden telah melakukan pemenuhan kebutuhan gizi dalam kategori
cukup. Pemenuhan kebutuhan gizi pada remaja hendaknya dapat dipenuhi baik secara kuantitas dan kualitas. Dari segi kuantitas, remaja harus memenuhi
kebutuhan gizinya sesuai dengan jumlah angka kecukupan gizi yang telah ditetapkan. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh diperlukan pola makan yang teratur
yaitu tiga kali sehari. Dari hasil penelitian didapatkan hanya 31,7 responden yang memenuhi kebutuhan tubuhnya dengan makan tiga kali sehari. Hal ini
disebabkan aktivitas responden yang terlalu banyak sehingga sering menunda atau melalaikan waktu makan.
Sedangkan dari segi kualitas, terpenuhinya zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Zat-zat gizi bisa didapat dari makanan ataupun minuman. Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan bahwa hanya 48,3 responden yang menu makanan setiap hari terdiri dari nasi, lauk, sayur dan buah dan 60,0 responden kadang-
kadang mengkonsumsi susu setiap hari. Ini menunjukkan bahwa pemenuhan
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri secara kualitas belum dipenuhi secara maksimal. Data hasil penelitian juga menunjukkan 50,0
responden sering mengonsumsi makanan yang beraneka ragam. Untuk memenuhi kebutuhan secara kualitas dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi makanan
yang beraneka ragam. Karena tidak satupun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh, yang mampu membuat seseorang hidup
sehat dan produktif. Dengan mengonsumsi makanan yang beraneka ragam akan terjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur. Selain nutrisi yang didapat dari makanan, tubuh juga membutuhkan air
untuk mempertahankan metabolisme agar tetap berjalan baik dan normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 36,7 dari seluruh responden yang
mengonsumsi air putih sebanyak delapan gelas setiap hari. Ini menunjukkan bahwa responden belum mampu memenuhi kebutuhan air sesuai dengan yang
diperlukan oleh tubuh. Hal ini sejalan dengan pendapat Achmad 2009 yang mengemukakan bahwa jumlah air yang menurun dalam tubuh, fungsi organ-organ
tubuh juga akan menurun. Namun, tubuh manusia mempunyai mekanisme dalam mempertahankan keseimbangan asupan air yang masuk dan yang dikeluarkan.
Jumlah air yang dibutuhkan tubuh kira-kira 2-2,5 liter 8-10 gelas per hari. Pemenuhan kebutuhan gizi dalam kategori cukup yang didapat dari hasil
penelitian adalah responden telah mampu untuk memenuhi kebutuhan makan tiga kali sehari walaupun belum mampu memenuhi semua zat-zat gizi yang
dibutuhkan tubuh yang didapatkan dari makanan yang bervariasi dan susu setiap
Universitas Sumatera Utara
hari. Walaupun dari segi pendapatan uang kiriman dan pengetahuan sudah cukup tapi responden belum mempunyai kebiasaan makan yang sehat dan
seimbang. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya faktor lain seperti personal preference, karena selalu memilih-milih makanan yang akan dikonsumsi juga
akan mempengaruhi kebutuhannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi
pada mahasiswi yang tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara.
1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi yaitu status sosial ekonomi, personal
preference, pengetahuan, kebiasaan makan dan kesehatan, hanya ada satu faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan gizi yaitu
personal preference dengan nilai signifikansi 0,022 p 0,05. Selain itu hasil penelitian menunjukkan tingkat pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang
tinggal mandiri berada pada kategori cukup 68,3, baik 21,7 dan kurang 10,0.
Status sosial ekonomi mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi karena pendapatan seseorang akan menentukan pemilihan jenis makanan. Semakin tinggi
pendapatan maka semakin baik pula pemenuhan kebutuhan gizinya dalam hal kualitas maupun kuantitas. Orang yang memiliki pendapatan yang tinggi akan
memilih jenis makanan yang lebih lengkap kandungan zat gizinya dibanding dengan yang memiliki pendapatan rendah.
Universitas Sumatera Utara