Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Sebelum dan Setelah Pemberlakuan Otonomi

Apabila layak atau dapat diperiksa maka barulah dibentuk suatu tim pemeriksa khusus dan terbitlah Surat Perintah Tugas yang dikeluarkan Inspektorat Provinsi atas nama Gubernur yang ditandatangani oleh Inspektur Provinsi Sumatera Utara. Hasil pemeriksaan kasus tersebut dituangkan ke dalam Laporan Hasil Pemeriksaan LHP yang kemudian direkomendasikan kepada BupatiWalikota atau Kepala SKPD provinsi untuk diproses lebih lanjut. Adapun tujuan pemeriksaan kasus yaitu agar dapat mengetahui sejauh mana penyimpangan yang dilakukan suatu instansi, badan atau perorangan serta menyangkut kompetensinya dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan oleh negara kepadanya baik tindak administrasi, pidana maupun perdata. Sebagai contoh pemeriksaan khusus adalah seorang PNS yang menikah lagi tanpa izin dari isteri pertama lalu isteri yang bersangkutan mengadu kepada Gubernur melalui Kepala Badan Kepegawaian Daerah maka dibentuk tim untuk memeriksa PNS yang bersangkutan dan hasil pemeriksaan bila terbukti dapat dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan administrasi yang berlaku.

B. Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Sebelum dan Setelah Pemberlakuan Otonomi

Tindak lanjut hasil pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat merupakan suatu proses lanjutan dari hasil pemeriksaan oleh Inspektorat itu sendiri dibagi dua kategori, yaitu : 1. Kategori kasus ringan Penyelesaian kasus ringan seperti pegawai yang bolos jam kerja tanpa adanya keterangan dan lain sebagainya dapat diselesaikan atau diputuskan oleh Inspektorat itu sendiri dengan tembusan kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah Provinsi dan pimpinan instansi yang bersangkutan. Misalnya, pada saat pemeriksaan regular ditemui PNS dari salah satu SKPD yang tidak masuk kerja selama 2 minggu, lalu yang bersangkutan merekomendasikan untuk dihukum sesuai dengan PP No. 30 Tahun 1980 yang dirubah dengan PP No. 53 Tahun 2010 tentang Hukuman Disiplin. PNS tersebut dihukum dengan hukuman yang sesuai dengan Universitas Sumatera Utara tingkat kesalahannya maka penyelesaian tindak lanjutnya cukup dengan hukuman yang dijatuhkan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah SKPD pegawai yang bersangkutan dan selanjutnya diselesaikan pada sub bagian evaluasi dan laporan Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. 2. Kategori kasus berat Penyelesaian kategori kasus berat sebelum berlakunya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 prosedur birokrasinya panjang dan agak rumit, yaitu : a. Apabila dalam pemeriksaan Inspektorat Provinsi terbukti adanya suatu penyimpangankesalahan maka hasil dari pemeriksaan tersebut yang dituangkan ke dalam Laporan Hasil Pemeriksaan LHP kemudian direkomendasikan kepada Gubernur untuk dilanjutkan ke Inspektorat Jenderal Departemen Dalam Negeri. b. Dari Inspektorat Jenderal Departemen Dalam Negeri barulah dilakukan penindakan, baik secara administratif, pidana maupun perdata. c. Dari hasil penindakan Inspektorat Jenderal Departemen Dalam Negeri dilanjutkan ke Badan Administrasi Kepegawaian Negara BAKN. Adapun penyelesaian kategori kasus berat setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 cukup diselesaikan di daerah yang bersangkutan yaitu dilakukan dengan cara beberapa tahapan-tahapan antara lain : 1. Apabila dalam pemeriksaan Inspektorat Provinsi terbukti adanya suatu penyimpangankesalahan maka hasil dari pemeriksaan tersebut yang dituangkan ke dalam Laporan Hasil Pemeriksaan LHP kemudian direkomendasikan kepada BupatiWalikota atau Kepala SKPD Provsu. 2. Setelah Laporan Hasil Pemeriksaan LHP diterima oleh Gubernur, lalu secepatnya Gubernur akan memerintahkan kepada tim penyelesaian kasus yang dibentuk melalui Surat Keputusan Gubernur untuk menyelesaikan kasus tersebut. Adapun formasi tim penyelesaian kasus tersebut yaitu : Ketua : Sekretaris Daerah Wakil Ketua : Inspektur Provinsi Sekretaris : Kepala Badan Kepegawaian Daerah Universitas Sumatera Utara Kepala Biro Hukum Kepala Biro Pemerintahan Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan Kepala Badan Kesbanglinmas Dan beberapa Kepala Bagian Kepegawaian 3. Setelah tim selesai melakukan rapat penyelesaian kasus dibuat Berita Acara Perkara BAP yang ditandatangani oleh semua yang berkompeten dalam tim tersebut yang akan diketahui indikasi kesalahan yang dilakukan apakah bersifat administrasi, pidana atau perdata. 4. Dari hasil rapat tim penyelesaian kasus selanjutnya Kepala Badan Kepegawaian membuat Surat Keputusan tentang hasil keputusan rapat tim kepada Gubernur. 5. Setelah Surat Keputusan tentang hasil rapat tim diterima oleh Gubernur maka secepatnya Gubernur mengukuhkan putusan tersebut dengan Surat Keputusan Gubernur. 6. Apabila hanya terdapat indikasi administrasi maka penindakan kasus tersebut dapat dilakukan oleh Gubernur dengan Surat Keputusan Gubernur itu sendiri berupa penundaan kenaikan pangkat, penurunan pangkat, pemberhentian gaji sementara sampai dengan pemberhentian secara tidak hormat yang diusulkan kepada Kepala BKN serta diketahui pimpinan instansi yang bersangkutan. Namun apabila kepada pihak ketiga pengadilan dengan SK Gubernur dimana dalam penyelesaian perkaranya kapasitas pihak Inspektorat sebagai ahli. 7. Apabila terbukti terdapat tindak perkara pidana ataupun perdata dan telah dijatuhkan sanksi ganti rugi denda atau kekurangan. Namun secara terpisah pula sanksi administrasi tetap diterapkan terhadap statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS oleh Gubernur, setelah keluarnya putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. 8. Secara administrasi walaupun telah dijatuhkan sanksi oleh Gubernur melalui Surat Keputusan namun masih dapat melakukan upaya hukum melalui jalur Pengadilan Tata Usaha Negera PTUN sampai ke jenjang Kasasi Mahkamah Agung MA, begitu pula dengan penerapan sanksi pidana maupun sanksi perdata, yang dilakukan secara terpisah pula. 9. Untuk pemeriksaan regular rekomendasinya ditujukan langsung kepada pimpinan instansi yang bersangkutan dengan ditandatangani oleh Gubernur. Namun, pimpinan unit kerja dapat juga Universitas Sumatera Utara menindak lanjuti hasil rekomendasi Inspektorat untuk diteruskan kepada tim penjatuhan hukuman disiplin bagi temuan PNS yang melanggar PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Hukuman Disiplin PNS.

C. Kendala-Kendala dalam Pelaksanaan Tugas Inspektorat

Dokumen yang terkait

Mekanisme Jabatan Struktural Dan Manajemen Pengembangan Karir Pegawai Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara(Studi Pada Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara)

2 62 95

Efektifitas Dari Pelaksanaan Pelimpahan Tugas Dari Walikota Kepada Camat Dalam Pelaksanaan Tugas Pembangunan Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

0 85 97

Kewenangan Bidang Pertanahan Dalam Konteks Otonomi Daerah (Studi di Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara)

4 50 175

Peranan Inspektorat Provinsi Sumatera Utara Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Provinsi Sumatera Utara

6 84 104

Proses Penyelenggaraan Ibadah Haji Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan)

2 94 133

Kajian Kritis Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Perkotaan Dalam Perspektif Otonomi Daerah Di Sumatera Utara

0 31 119

Tugas dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah dalam Meningkatkan Disiplin Pegawai Negri Sipil ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus di Kabupaten Labuhanbatu Utara Provinsi Sumatera Utara)

2 47 72

PERANAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI PROVINSI SUMATERA BARAT.

2 16 77

Hak dan Kewajiban Aparatur Sipil Negara Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

0 0 8

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA DAN PENGAWASAN - Peranan Inspektorat Dalam Pelaksanaan Pengawasan Otonomi Daerah Di Provinsi Sumatera Utara Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

0 1 18