bersangkutan maupun yang dilakukan oleh pimpinanatasan langsung. Sehingga menarik untuk dikaji mengapa kinerja Inspektorat di Provinsi Sumatera Utara belum mencapai target yang
diinginkan.
B. Perumusan Pemasalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengangkat beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana kedudukan dan peranan Inspektorat dalam pelaksanaan otonomi daerah di Provinsi Sumatera Utara.
2. Sejauh mana Inspektorat dapat melakukan perannya sebagai lembaga pengawas setelah pemberlakuan otonomi daerah di Provinsi Sumatera Utara.
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui kedudukan dan peranan Inspektorat dalam struktur pemerintahan di
Provinsi Sumatera Utara. b. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi tugas, fungsi, wewenang serta dapat atau tidaknya
Inspektorat melaksanakan peranannya setelah pemberlakuan Otonomi Daerah di Provinsi Sumatera Utara.
2. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut : 1.
Secara akademik tulisan ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu hukum khususnya tentang peranan Inspektorat dalam pelaksanaan pengawasan otonomi daerah di Provinsi
Sumatera Utara dan sebagai kerangka acuan dan landasan bagi penelitian lanjutan. 2.
Secara praktis akan menjadi salah satu masukan bagi pemerintah yakni para pejabat dan instansi terkait untuk melaksanakan perannya dalam rangka otonomi daerah di Provinsi
Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
D. Keaslian Penelitian
Sepanjang pengetahuan penulis, penulisan tentang Peranan Inspektorat Dalam Pelaksanaan Pengawasan Otonomi Daerah di Provinsi Sumatera Utara
Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi Negara belum pernah diteliti. Oleh karena itu penelitian ini dapat dikatakan penelitian yang pertama kali dilakukan,
sehingga keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.
E. Tinjauan Pustaka
Sejalan dengan perubahan mendasar pembangunan nasional sejak kurun waktu 1998 era reformasi, maka titik pembangunan nasional adalah di daerah yang berarti pemerintahan. Di
daerah diberi keleluasan mengatur daerahnya demi kepentingan pembangunan di daerah tersebut. Ruang yang terbuka luas bagi pencapaian kualitas daerah melalui otonomi daerah dan
desentralisasi berimpliksi kepada ketentuan perundang-undangan yang mengatur hubungan antara pemerintah pusat dan daerah.
Hal tersebut terlihat dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian digantikan menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125. Pada Bab XII, Pasal 218 ayat 1 dan 2 ditentukan bahwa pengawasan atas pemerintah
daerah dilaksanakan oleh pemerintah meliputi pelaksanaan pemerintahan daerah, peraturan daerah dan keputusan kepala daerah. Kemudian ketentuan dalam Pasal 223 menyebutkan pedoman
mengenai pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Sejalan dengan itu, pada bagian IX mengenai perangkat daerah Pasal 120
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa perangkat daerah terdiri dari Sekretaris Daerah yang bertugas membantu kepala daerah dalam pengambilan kebijakan,
koordinasi dengan seluruh perangkat daerah, membina profesionalitas Pegawai Negeri Sipil PNS termasuk meningkatkan kinerja institusi mereka lalu Dinas-Dinas Daerah dan lembaga teknis
daerah lainnya, sesuai dengan kebutuhan di daerah tersebut. Selain itu, dalam rangka penerapan
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, memberikan penjelasan tentang perangkat daerah provinsi adalah unsur pembantu kepala daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah. Aturan mengenai tugas pengawasan dilaksanakan oleh
Inspektorat yang dipimpin seorang Inspektur yang bertanggungjawab langsung kepada Gubernur dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari sekretaris daerah.
Kedua ketentuan di atas mengisyaratkan bahwa pengawasan penyelenggaraan pemerintah di daerah menitikberatkan berfungsinya lembaga-lembaga teknis daerah. Selain itu dibutuhkan
perpanjangan kemampuan bagi daerah melalui kepala daerah untuk menjalankan fungsi pengawasan khususnya pengawasan fungsional di daerah. Dengan kata lain Inspektorat Provinsi
belum secara eksplisit tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, namun kehadiran Inspektorat Provinsi terlihat melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 yang kemudian
Peraturan Pemerintah ini diganti menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah sebagai konsekuensi
digantinya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Menurut kacamata manajemen, dibentuknya lembaga-lembaga pengawasan internal dan eksternal secara berlapis-lapis seperti sekarang ini sebenarnya telah mengikuti kaidah-kaidah
manajemen modern. Luasnya rentang kendali dan kompleksitas berbagai urusan penyelenggaraan negarapemerintahan memerlukan suatu sistemmekanisme kontrol yang efektif, efisien, dan
ekonomis sehingga visi misi penyelenggaraan negarapemerintahan tercapai secara tepat asas. Pembentukan lembaga pengawasan secara berlapis, menurut I Wayan Monoyasa
2
, auditor perwakilan BPKP justru meminimalkan peluang bagi manajer publik untuk mengkoopasi operasi
pengawasan, karena terjadi proses check and recheck oleh lembaga pengawasan yang lebih eksternal. Disamping itu, setiap aspek penyelenggaraan negarapemerintah dapat dijangkau oleh
lembaga pengawasan yang berlapis tersebut sehingga menekan sekecil mungkin terjadinya
2
I Wayan Monoyosa, “Lembaga pengawasan dan good governance, menghilangkan perasaan yang over dosis”, Artikel Warta Pengawasan, Masyarakat dan Membudidayakan
Pengawasan, Edisi April 2001, BPKP, Jakarta, 2001, hal. 8.
Universitas Sumatera Utara
potensipraktik manajemen yang tidak sehat, dimana lembaga pengawasan eksternal mengenai hal- hal yang bersifat lebih makro dan strategis. Jadi, sebagai suatu sistem pengawasan fungsional
maka keberadaan Inspektorat baik di tingkat provinsi, kabupaten dan kota sebagai salah satu lembaga pengawasan dalam pemerintahan khususnya pemerintah daerah sesungguhnya tidak ada
yang berlebihan menyangkut keberadaan Inspektorat ini. Pengawasan yang dimuat menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, meliputi dua
bentuk pengawasan yakni pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah dan pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. Salah satu peran pelaksanaan
pengawasan dilaksanakan oleh aparat pengawas internal pemerintah yang saat ini adalah Inspektorat, baik untuk daerah provinsi maupun daerah kabupaten atau kota. Namun sekarang ini
apabila disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, maka sebagian besar Badan Pengawas
Daerah yang diubah namanya menjadi Inspektorat seperti Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
3
Berdasarkan Pasal 21 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Provinsi Sumatera Utara Inspektorat Daerah yang
dipimpin oleh seorang Inspektur yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Gubernur serta secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah
Inspektorat Daerah mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah kabupatenkota dan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupatenkota serta tugas
pembantuan.
F. Metode Penelitian