Korelasi Riba dan derivative activity

2.3.2 Korelasi Riba dan derivative activity

Dalam ekonomi modern, bunga telah menjadi instrumen utama dalam segala aktiitas bisnisnya. Bunga telah menjadi acuan dalam kebijakan moneter dan menjadi standar dalam menganalisis masalah-masalah ekonomi, terutama yang bersifat makro.

Konsep-konsep yang menjadi dasar sistem bunga antara lain:

1. Fungsi uang sebagai store of value. Fungsi uang pada mulanya hanya ada 2, yakni sebagai alat tukar dan

satuan hitung. Namun dalam perkembangannya, para ekonom menambahkan fungsi uang sebagai penyimpan nilai. Dampak dari penambahan fungsi uang ini adalah penciptaan uang sebagai komoditas. Uang dapat diperjual-belikan, yang akhirnya muncullah pasar uang.

Pada hakikatnya, fungsi uang dalam perekonomian hanyalah sebagai pelumas. Ketika sektor riil berkembang, dibutuhkan uang sebagai media untuk memperlancar kegiatan transaksi. Kebutuhan akan uang dalam perekomian

seharusnya berbanding lurus dengan pertumbuhan barang dan jasa di sektor riil. Ketika sektor moneter tumbuh tanpa diikuti oleh sektor riil, hal ini mengindiksikan fungsi uang sebagai pelumas tidak berjalan dengan baik.

Berdasarkan keterangan sebelumnya, hal ini dapat dikategorikan sebagai riba fadhl karena memperdagangkan barang sejenis dengan nilai yang berbeda. Sehingga, dalam Islam tidak dikenal istilah pasar uang.

2. Teori time value of money Teori ini menjelaskan nilai uang yang mempunyai kaitan dengan waktu,

bahwa uang sekarang mempunyai nilai yang lebih rendah dari nilai uang di masa yang akan datang (Mankiw, 2003). Hal ini didasarkan pada ekspektasi

inlasi yang mengurangi nilai uang tersebut. Implikasinya, di bank umum, orang yang menabung harus mendapat

kepastian return atas uang yang dikorbankannya untuk ditabung. Hal ini termasuk dalam riba qardh yakni meminjamkan uang dengan syarat mendapat tambahan.

Bunga adalah termasuk riba, karena bunga mensyaratkan return tetap atas suatu pinjaman atau investasi, tak peduli apakah debitor mengalami

Buku 2 Prosiding Seminar Nasional dan Call Of Paper FE “UPN” Yogyakarta 16-18 November 2011

keuntungan atau kerugian. Bunga juga tidak mempertimbangkan luktuasi bisnis dalam suatu perekonomian, sehingga hal ini bertentangan dengan ajaran Al-Quran, atau bahkan ajaran kapitalis sendiri tentang business cycle.

Allah berirman dalam Q.S. Lukman:34 “… dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang

akan diusahakannya besok…”. Dan hukumnya adalah haram, sebagaimana daging babi atau khamr yang sedikit maupun yang banyak, tetap haram juga.

Disebutkan dalam hadits Nabi SAW, ”Sedikit dan banyaknya hukumnya haram”.

Penambahan uang secara pasti yang disebabkan oleh bunga sedangkan ketidakpastian yang dialami sektor riil menyebabkan pertumbuhan sektor moneter dan sektor riil tidak seimbang. Sektor moneter terus tumbuh dan sangat jarang mengalami penurunan sedangkan tidak adanya sebuah kepastian yang mutlak bahwa sektor riil akan mengalami pertumbuhan pada masa yang akan datang. Hal inilah yang akhirnya menyababkan derivative sehingga asset-asset sector riil dapat diderivatifkan hingga beberapa turunan seperti yang dilakukan oleh perusahaan terbesar dunia yaitu lehman brother yang sekarang mengalami kegagalan akibat melakukan kegiatan derivitif yang bersifat keuntungan maupun margin dalam janka pendek.

2.4 Deinisi JII Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham

yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Invesment Management (PT DIM). JII telah dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan instrumen syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003. Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia yang digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Setiap periodenya, saham yang masuk JII berjumlah 30 (tiga puluh) saham yang memenuhi kriteria syariah. JII menggunakan hari dasar tanggal 1 Januari 1995 dengan nilai dasar 100.

Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa

efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor

Prosiding Seminar Nasional dan Call Of Paper FE “UPN” Yogyakarta 16-18 November 2011 Buku 2

yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur

dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal. Ada 4 syarat yang harus dipenuhi agar

saham-saham tersebut dapat masuk ke JII yaitu: • emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong

judi atau perdagangan yang dilarang • bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem riba,

termasuk perbankan dan asuransi konvensional • usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan, dan

memperdagangkan makanan/minuman yang haram • tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan, dan

menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat