ANALISA SWOT 1. Analisis SWOT sebagai Instrument Penetapan Strategi
1.8. ANALISA SWOT 1.8.1. Analisis SWOT sebagai Instrument Penetapan Strategi
Analisis SWOT adalah identiikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weeknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan
misi, tujuan, strategi, dan kebijakan. Dengan demikian perencanaan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis dalam kondisi yang ada pada saat ini. Hal ini
disebut dengan analisis SWOT (Rangkuti, 2001). Model strategi yang dapat dikembangkan untuk menganalisis potensi pariwisata
dapat melalui matrik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Dalam melakukan analisis SWOT memerlukan diskripsi terlebih dahulu gambaran situasi keadaan keragaman program pada masa sekarang dan yang akan datang. Program yang akan datang ini dapat digunakan sebagai dasar menentukan apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman setiap usaha, atau yang biasa dikenal dengan SWOT. SWOT ini direspon/ disikapi dengan rencana strategik yang berisikan pandangan-pandangan dan sikap terhadap masa depan (vision), alasan-alasan mendasar pentingnya penguatan sektor pariwisata (mission), dan konsep-konsep untuk menghadapi dan menyongsong masa depan (Strategy).
Visi (vision) dalam hal ini merupakan pandangan pelaksana, sasaran dan pembuat kebijakan tentang keadaan masa depan, terutama yang erat kaitannya
dengan bidang kegiatannya. Misi (mission) sering diartikan sebagai alasan tentang keberadaan/eksistensi sektor pariwisata, yang mengarah pada pengambilan keputusan untuk menetapkan kebijakan-kebijakan operasionalnya. Misi juga merupakan rumusan pelaksana, pembina dan pengelola tentang peranan untuk mewujudkan visi. Pengembangan sektor pariwisata masa depan juga akan memberikan faktor-faktor kunci keberhasilan (key success factors) yang lebih realistik karena mempertimbangkan perubahan dan kecenderungan lingkungan kegiatan saat ini dan masa datang (Soetriono, 1998).
Asumsi yang digunakan dalam melakukan analisis lingkungan ini adalah berdasarkan situasi lingkungan pada saat ini (existing), untuk menghasilkan gambaran situasi lingkungan yang akan datang atau yang diharapkan (expected). Sebelumnya, perlu dideskripsikan terlebih dahulu gambaran situasi sektor pariwisata
pada masa sekarang. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar menentukan apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman setiap organisasi usaha,
atau yang biasa dikenal dengan SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). SWOT ini direspon/disikapi dengan Rencana Stratejik yang berisikan pandangan-pandangan dan sikap terhadap masa depan (vision), alasan-alasan mendasar (mission), dan konsep-konsep untuk menghadapi dan menyongsong masa depan (Strategy).
Buku 2 Prosiding Seminar Nasional dan Call Of Paper FE “UPN” Yogyakarta 16-18 November 2011
Gambar 2.1 Model Analisis SWOT
Kelemahan BLACK
Kekuatan GREY
sumber :aeker, david a., 1995, developing business strategies, fourth edition, canada : john wiley & sons, dimodiikasi.
Pada masing-masing kekuatan internal kunci di atas perlu diidentiikasi kekuatan (strengths) dan kelemahannya (weaknesses). Setiap kelemahan harus dikurangi, atau bahkan harus diubah menjadi kekuatan. Berdasarkan konsep Aeker, tipe lingkungan usaha ini dapat dikombinasikan, yaitu antara lingkungan
eksternal dan internal suatu organisasi usaha untuk menghasilkan atau memberikan informasi mengenai segmentasi area.
Melalui analisis SWOT, dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) area, yaitu:
a) bidang Kuat-Berpeluang ( White Area), yaitu bidang yang disamping memiliki peluang pasar yang prospektif juga kita cukup kuat atau memiliki kompetensi;
b) bidang Lemah-Berpeluang ( Grey Area), yaitu bidang yang memiliki peluang pasar yang prospektif, namun kita tidak cukup kuat atau tidak memiliki kompetensi untuk mengerjakan;
c) bidang Kuat-Terancam ( Grey Area), yaitu bidang usaha dimana kita cukup kuat dan memiliki kompetensi untuk mengerjakan, namun peluang pasarnya sangat mengancam; dan
Prosiding Seminar Nasional dan Call Of Paper FE “UPN” Yogyakarta 16-18 November 2011 Buku 2
d) bidang Lemah-Terancam ( Black Area), yaitu bidang usaha yang peluang pasarnya tidak ada atau tidak jelas, serta kita tidak memiliki kompetensi untuk mengerjakannya.
1.8.2. Analisis SWOT Sebagai Salah Satu Alat Manajemen Stratejik
Analisis SWOT merupakan salah satu alat dalam manajemen stratejik untuk menentukan kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan (opportunity) dan ancaman (threat) dalam organisasi. Analisis SWOT diperlukkan dalam penyususnan
strategi organisasi agar dapat mencapai tujuan dengan efektif dan eisien. Walaupun analisis SWOT dianggap sebagai suatu hal yang penting namun kadang kala manajer menghadapi masalah dalam analisis ini. Masalah-masalah tersebut adalah:
1. 1. The Missing link Problem, masalah ini timbul karena hilangnya unsur keterkaitan, yaitu gagalnya menghubungkan evaluasi terhadap faktor internal dan evaluasi terhadap faktor eksternal. Kegagalan tersebut akan berimbas pada lahirnya suatu keputusan yang salah yang mungkin saja untuk menghasilkannya sudah memakan biaya yang besar.
2. 2. The Blue Sky Problem, masalah ini identik dengan langit biru dimana langit yang biru selalu mebawa kegembiraan karena cuaca yang cerah. Hal ini menyebabkan pengambil keputusan kadang terlalu cepat dalam menetapkan sesuatu keputusan tanpa mempertimbangkan ketidakcocokan antara faktor internal dan faktor eksternal sehingga meremehkan kelemahan organisasi yang ada dan membesar-besarkan kekuatan dalam organisasi.
3. 3. The Silver Lining Problem, masalah yang berkaitan dengan timbulnya suatu harapan dalam kondisi yang kurang menggembirakan. Hal ini timbul karena pengambil keputusan mengharapkan sesuatu dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Masalah akan timbul apabila pengambil keputusan meremehkan pengaruh dari ancaman lingkungan tersebut.
4. 4. The all Things To All People Problem, suatu falsafah yang dimana pengambil keputusan cenderung untuk memusatkan perhatian pada kelemahan organisasinya. Sehingga banyak waktu yang dihabiskan hanya untuk memeriksa kelemahan yang ada dalam organisasi tanpa melihat kekuatan yang ada dalam organisasi tersebut.
5. 5. The Putting The Cart Before The Horse problem, Mereka memulai untuk menetapkan strategi dan rencana tindak lanjut sebelum menguraikan
secara jelas terhadap pilihan strateginya. Semua kendala diatas haruslah dihindari oleh semua organisasi sektor publik
dalam melakukan analisis SWOT karena sebenarnya analisis SWOT apabila dilakukan dengan tepat sejak awal akan membantu organisasi sektor publik dalam mencapai visi, misi dan tujuan yang ditetapkan.
Buku 2 Prosiding Seminar Nasional dan Call Of Paper FE “UPN” Yogyakarta 16-18 November 2011