Dasar dan Kriteria Pembangunan Objek Wisata 2.6.1 Dasar Pembangunan Objek Wisata
1.6. Dasar dan Kriteria Pembangunan Objek Wisata 2.6.1 Dasar Pembangunan Objek Wisata
Dasar pembangunan objek wisata dapat dikategorikan sesuai tujuan pembangunan sumber daya sebagai objek wisata, sebagai berikut.
1. Komersil. Dalam pembangunan objek wisata maka masalah keuntungan keuangan objek wisata merupakan faktor pokok yang lebih diperhatikan
dan lebih diperhitungkan dari faktor lain.
2. Pengembangan sosial ekonomi regional . Pertimbangan utama adalah apakah pembangunan objek wisata itu mampu memberikan dampak sosial ekonomi regional walaupun secara ekonomi mikro objek wisata
itu tidak layak.
3. Kebutuhan rekreasi masyarakat. Objek wisata pertama-tama dibangun dengan maksud memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga pemerintah
berkewajiban membangun tempat-tempat rekreasi. Masyarakat ataupun wisatawan biasanya tidak dipungut bayaran untuk berkunjung ke tempat
tersebut. Contoh: Taman-Taman Kota, Taman Monas dan sebagainya.
4. Optimalisasi sumber daya yang memiliki fungsi lain. Sering terjadi pembangunan atau pemanfaatan sumber daya sebagai objek wisata bukan tujuan utama, karena tujuan utamanya antara lain: untuk
konservasi plasma penelitian, pendidikan, perlindungan tata air dan lain sebagainya. Pemanfaatan-pemanfaatan sebagai objek wisata merupakan
optimalisasi pemberdayagunaan sumber daya, Contoh :Taman Nasional, Museum dan Cagar Alam. Adapun dasar pertimbangan pembangunan sesuatu objek wisata, maka hal yang mendasar adalah objek wisata harus mampu menarik dan memuaskan pengunjung, dan berdasarkan Undang-Undang No 4 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup dan Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1986 tentang analisis mengenai dampak lingkungan dan harus memperhatikan dampak lingkungan. Dasar pertimbangan pembangunan objek wisata berpedoman pada :
a. Layak Finansial. Biasanya membandingkan besaran keuntungan dengan proyek lain dengan menerapkan komersil perbandingan biaya dan penerimaan serta pengembalian modal.
b. Layak Sosial Ekonomi Regional. Pada mulanya dinilai dari layak inansial, namun andai kata dari sudut inansial proyek rugi, proyek
tetap diteruskan apabila layak ekonomi (regional). Dalam kaitan
Buku 2 Prosiding Seminar Nasional dan Call Of Paper FE “UPN” Yogyakarta 16-18 November 2011
ini analisa “biaya dan manfaat” biasanya digunakan karena lebih memberikan gambaran dampak nyata pariwisata yang memberikan batas perbandingan (ratio) penting, seperti penerimaan devisa pada setiap unit investasi, modal biaya pada setiap penciptaan lapangan kerja dan penerimaan daerah atau negara pada setiap unit penanaman modal
c. Layak Teknis. Layak teknis berkaitan dengan apakah objek wisata yang ingin dibangun itu dipertanggungjawabkan, misalnya dari segi
“daya dukung”. Apabila daya dukung itu sangat rendah, misalnya karena objek yang bersangkutan berbahaya bagi pengunjung, maka pembangunan objek secara teknis tidak layak, dapat juga suatu objek
wisata tidak layak teknis karena tidak terdapat supply air bersih dan sebagainya.
d. Layak Lingkungan. Berdasarkan PP Nomor 29 tahun 1986 tentang analisis mengenai dampak linkungan yang menegaskan apabila : “Analisis dampak lingkungan menyimpulkan bahwa dampak negatif yang tidak dapat ditanggulangi berdasarkan ilmu dan teknologi lebih besar dibanding dengan dampak positifnya, maka instansi yang bertanggug jawab memutuskan menolak rencana kegiatan yang bersangkutan”.
2.6.2. Kriteria Pembangunan Objek Wisata
Kriteria pembangunan objek wisata harus berorientasi pada daya tarik dan memuaskan pengunjung, tanpa mempersoalkan dasar tujuan pembangunan objek
wisata adalah : a. Potensi Sumberdaya Manusia. Potensi daya tarik sumber daya merupakan
pertimbangan utama untuk pembangunan objek wisata, penilaian atas kadar daya tarik sumber daya tidak mudah karena soal rasa dan daya tarik itu sendiri.
Prosiding Seminar Nasional dan Call Of Paper FE “UPN” Yogyakarta 16-18 November 2011 Buku 2
b. Potensi Pasar. Pengembangan sumber daya sebagai objek wisata harus memperhitungkan potensi pasar, tidak hanya dikaitkan dari segi mutu tetapi juga harus dari segi kualitas, seperti: minat, selera dan kebutuhan, termasuk kebutuhan yang disediakan. c. Kemudahan Pencapaian. Kemudahan pencapaian adalah suatu keadaan dimana wisatawan dapat mencapai objek wisata dengan mudah dari tempat tinggalnya. d. Kondisi Lingkungan. Perhatian dan perhitungan terhadap kondisi lingkungan suatu objek wisata bersifat timbal balik dalam arti pengaruh atau dampak lingkungan wisatawan terhadap lingkungan objek wisata, seperti: lingkungan sosial budaya, biota dan abiota, sehingga untuk menilai hal itu diperlukan analisis dampak lingkungan. e. Prasarana Wisata. Prasarana wisata adalah sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh perjalanan wisatawan pada daerah tujuan wisata, seperti: terminal, jalan, stsiun, listrik, jembatan, telekomunikasi, air. f. Daya Tarik Pendukung. Pembangunan objek wisata diperlukan adanya daya tarik wisata pendukung lain, sehingga wisatawan merasa puas karena telah menyaksikan beberapa daya tarik wisata. g. Pengelolaan. Dalam pengelolaan objek wisata harus diperhitungkan kemampuan perkembangannya di kemudian hari. h. Sarana Wisata. Yang dimaksud sarana pariwisata adalah: hotel, biro perjalanan, trasportasi, restaurant dan sarana pendukung lainnya.