Kebijakan tentang Pekerjaan yang Layak dan Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan

7.4. Kebijakan tentang Pekerjaan yang Layak dan Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan

Oleh Wolfgang Schroeder

Setiap masyarakat memiliki pemahamannya tentang pekerjaan. Begitu pula

terdapat berbagai pemikiran tentang pekerjaan serta apa yang dipahami ter- kait pekerjaan yang layak. Bagaimana pekerjaan saat ini diorganisir? Bagaimana kita bekerja di masa depan? Apa makna pekerjaan dalam kehi-dupan kita

dan untuk kehidupan bersama dalam sebuah masyarakat? Apakah polarisasi hubungan kerja di dalam sebuah sistem penggajian yang tidak pasti (prekär) 13 dan pengalaman kerja yang membuat frustrasi, di satu sisi, serta upah tinggi

dalam situasi pekerjaan berkualitas dan memuaskan di sisi lain, adalah sebuah fenomena sementara? Ataukah semua itu, adalah awal dari sebuah perkem- bangan yang tidak sehat? Berbagai pertanyaan tersebut memiliki nilai aktu- alitas yang tinggi. Tanpa memberikan perhatian atasnya, tidak mungkin

dikembangkan sebuah perencanaan masa depan, baik yang bersifat indi-

vidual maupun masyarakat. Mereka yang mewakili asumsi „akhir dari peker- jaan“, tidak lagi terdengar bersuara. Mereka pernah berargumentasi, bahwa

dalam sebuah masyarakat moderen, pekerjaan dalam perusahaan dan bekerja penuh waktu, tidak dimungkinkan. Asumsi tersebut, paling tidak terbantah- kan lewat kondisi di negara-negara Skandinavia yang mampu mengkombina-

sikan tingkat pemenuhan lapangan kerja dan standar sosial yang tinggi. Juga di Jerman, setelah usai masa stagnasi ekonomi, tingkat pengangguran bisa menurun dengan cukup signiikan. Meskipun demikian, dengan kemungkinan terjadinya krisis ekonomi yang mendalam, isu pengangguran kembali aktual.

Meski, pada saat yang sama, ketakutan terhadap „sebuah masyarakat hiper- kerja yang leksibel“, juga menjadi hal yang aktual. Kenyataanya kini, pening-

katan produktivitas telah memungkinkan bahwa dibutuhkan pekerjaan yang jauh lebih sedikit untuk menghasilkan Produk Sosial Bruto (BSP) beberapa kali lipat dibandingkan 40 tahun lalu. Meskipun demikian, hal tersebut hanyalah

satu sisi dari perdebatan tentang transformasi pekerjaan.

13 Kata „prekär“ berasal dari Bahas Latin yang berarti kira-kira „diperoleh lewat permintaan“ atau„tidak pasti“.

Perubahan Dalam Organisasi Pekerjaan Meskipun pekerjaan mewarnai keseharian para pekerja, namun topik perde- batan masyarakat terkait pekerjaan hanya terjadi pada tahapan dan konstelasi tertentu. Pekerjaan industrial terkait erat dengan ban berjalan serta menuruti “perintah” mesin. Meskipun organisasi pekerjaan a la Taylor - yang ditandai oleh mesin, kontrol dan standarisasi diperhitungkan secara ilmiah - tidak men-

jadi kenyataan bagi semua, namun hal tersebut bagi banyak pekerja mem- pengaruhi seluruh kehidupannya, termasuk setelah jam kerja. Sejarah gerakan buruh, terutama sejarah serikat pekerja, tidak dapat dipahami tanpa mencer-

U mati organisasi pekerjaan a la Taylor dan kondisi pekerja di perusahaan rak-

sasa.

Di samping Taylorisme, sejak tahun 1980an, berkembang Toyotaisme 14 , model produksi inovatif yang kedua. Model produksi ini dinamakan sesuai dengan organisasi kerja berbentuk kerja kelompok pada produsen otomotif Toyota,

dengan tujuan, menghilangkan kelemahan pembagian kerja yang kaku dan lebih memungkinkan penguatan integrasi pekerja dengan kemampuan secara lebih menyeluruh. Sebuah aspek lain yang juga menjadi perhatian utama kebi-

jakan perusahaan dan serikat pekerja adalah humanisasi pekerjaan pabrik. Perhatian terkait hal tersebut, berdampak pada perbaikan kondisi pekerjaan

I hatan pekerja serta

dengan menghubungkan kualitas pekerjaan dan kehidupan, perbaikan kese-

secara tak langsung meningkatkan kemak-

Taylorisme berasal dari pemikiran Frederick Taylor muran masyarakat.

D jaan seeisien mungkin. Untuk itu, ia berpendapat

(1856-1915). Tujuannya adalah mengorganisir peker-

U kerja terbaik sering kali yang mekanistis.

bahwa pekerja memiliki prinsip-prinsip yang sama Tempat di mana ter-

dengan berfungsinya mesin, dan mencoba mengatur jadi inovasi organisasi

agenda sebuah pabrik dalam pekerjaan ban berjalan

adalah pabrik otomo- T tif. Sebuah impuls pen-

S dan berbagai konsep produksi baru lainnya, terkait erat dengan industri oto-

ting terkait bentuk-bentuk baru kerja kelompok, berasal dari pabrik Volvo di Swedia. Juga penemuan bentuk baru kerja tim independen pada awal 1980an

14 Dinamakan menurut model produksi pembuat otomotif Toyota, yang mengaitkan produktivitas produksi massal dengan kualitas penyelesaian akhir perbengkelan.

motif. Dengan kerja kelompok yang memiliki (sebagian) otonomi diharapkan akan tercipta kondisi kerja yang beragam, menarik dan kualiikasi yang lebih kaya di mana para pekerja memiliki ruang gerak individual yang lebih besar terkait beban kerja dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan yang rel- evan. Tampaknya, kerja kelompok independen akan menjadi simbol (dunia

kerja) baru.

Ketika kerja standar di ban berjalan (Taylorisme) menemukan keterbatasan- nya, kemunculan wacana terkait perbaikan kondisi kerja yang dalam perkem- bangannya menuju ke kerja kelompok yang relatif otonom mendekati gamba-

ran ideal sebuah „pekerjaan yang layak“. Dalam perbandingan internasional, proses ini mengalami perluasan besar di Jerman sehingga beberapa pengamat bahkan menyebutnya sebagai jalan spesiik Jerman. Dimensi kualitatifnya ber-

akar pada sistem pendidikan dual dan dikembangkan lewat kerja (magang) kejuruan. Berdasarkan hal tersebut, terjadi harmonisasi aspek humanisasi dan rasionalisasi. Hal yang juga merupakan basis produktif bagi proyek spesiali- sasi leksibel dalam industri berorientasi ekspor. Namun, sejak pertengahan

1990an ciri khas kerja industri ini kembali dipertanyakan terkait eisiensi dan

kelayakannya, akibat tekanan ekonomi-inansial di satu sisi, serta hasil kerja kelompok yang berbeda-beda, ada yang positif ada pula yang negatif, di sisi

lain.

Kini, muncul kekecewaan. Meski kerja kelompok telah berkembang luas,

namun harapan terjadinya humanisasi dunia kerja, belum terpenuhi. Bahkan, sebaliknya yang terjadi. Dengan alasan menata kondisi kerja agar menjadi layak, dalam banyak sektor kerja kelompok telah dihapus dan diganti dengan standardisasi kerja. Dengan demikian, dalam dunia industri saat ini terdapat

berbagai rejim kerja yang berbeda yang bersaing dalam upaya mencapai produktivitas tertinggi.

Dengan memudarnya citra kerja industri dalam perusahaan besar, muncul jenis pekerjaan baru dalam diskusi publik, yaitu pekerjaan jasa berorientasi ilmiah

yang leksibel. Asumsinya, individu yang bekerja dalam bidang ini memiliki independensi yang lebih tinggi dibandingkan yang lain. Mereka bukan pekerja di perusahaan besar, tetapi aktif di perusahaan-perusahaan kecil dengan tang- gung jawab yang lebih besar terhadap hasil pekerjaan ma-sing-masing. Sema- kin meluasnya jenis pekerjaan ini, diprediksi bahwa rejim waktu kerja yang yang leksibel. Asumsinya, individu yang bekerja dalam bidang ini memiliki independensi yang lebih tinggi dibandingkan yang lain. Mereka bukan pekerja di perusahaan besar, tetapi aktif di perusahaan-perusahaan kecil dengan tang- gung jawab yang lebih besar terhadap hasil pekerjaan ma-sing-masing. Sema- kin meluasnya jenis pekerjaan ini, diprediksi bahwa rejim waktu kerja yang

memainkan peran menentukan. Pada sisi risiko, didiskusikan tentang bentuk- bentuk baru stres, seperti ‘Burn-out-Syndroms’- kelelahan psikis akibat peker- jaan. Terjadi kontradiksi antara pengurasan manusia secara psikis dan janji

U kualitas hidup yang lebih baik.

S Dalam beberapa tahun terakhir, banyak didiskusikan apakah dimungkinkan

sebuah genre pekerjaan baru, yaitu „pekerja pengusaha“ di mana seorang pekerja juga bertanggungjawab atas „employability“ diriya sendiri. Sebuah proses perkembangan dari pekerja pemakan gaji proletariat ke pekerja pro-

fesional menjadi pekerja pengusaha. Pekerja pengusaha memiliki tiga ciri khas, yaitu kualiikasi individual, otokontrol yang sistematis terhadap peker- jaan serta bahaya penindasan diri sendiri tanpa kondisi pengamanan yang

memadai. Karena pekerja pengusaha adalah sebuah konstruksi sosial yang menapaki sebuah tangga perekonomian berbasiskan pasar, sosiolog Voss/

I internal perusahaan. „Kontradiksi antara modal dan kerja dalam perusahaan

Pongratz memprediksi terbentuknya sebuah relasi kekuasaan baru dalam

kapitalistis tidak akan menghilang lewat jenis pekerja pengusaha, melainkan lewat transformasi lewat kontradiksi antara perusahaan berbeda jenis“ (Voss/ Pongratz 2003: 32). Meskipun, seperti yang secara tepat dikatakan oleh para

penga-mat bahwa jenis ini sama sekali belum berperan menentukan, namun ber-bagai ciri khas menonjolnya sudah mulai merambah dunia pekerjaan.