Tipe Ideal Teori Ekonomi
2.4. Tipe Ideal Teori Ekonomi
Dalam perdebatan politik sehari-hari, pemikiran dari Smith, Marx dan Keynes selalu muncul. Bila seorang politisi liberal, ingin menggusur negara dari tugas pokoknya sambil berkata negara bukan bagian dari solusi melainkan bagian dari masalah, maka ini sejalan dengan pemikiran Adam Smith. Di masa ketika globalisasi kapitalisme tak terbendung di mana pasar seringkali kebablasan, maka langkah solusi Keynes untuk mengendalikan ekonomi pasar kembali aktual. Dan, bila kita melihat kondisi pabrik di negara-negara berkembang, di mana para buruh bekerja secara eksproratif, misalnya menjahit pakaian, selama 14 jam per hari dengan gaji yang rendah, maka kita pun akan kembali mengingat analisis Karl Marx.
Semua itu tidak mengherankan, karena secara tipe ideal 5 , Smith, Marx dan Keynes memiliki tiga visi ekonomi yang berbeda, yang selalu akan dikemuka- kan oleh setiap kubu politik terkait pertanyaan tentang distribusi, relasi pasar dan negara serta masalah ekonomi-politik lainnya. Tiga tipe ideal tersebut, bisa dirumuskan sebagai berikut:
1. Kapitalisme murni
1. Negara agar tidak mencampuri proses ekonomi. Nafsu untuk mengum- pulkan kepemilikan pribadi adalah energi pendorong perilaku ekonomi dan karena itu jangan diganggu (pandangan libertarian, mengacu pada Smith).
5 „Tipe ideal“, sesuai pemahaman sosiolog Max Weber, berarti secara sengaja dan terarah menggambarkan realitas dengan tegas, agar bisa menunjukkan dan menata gambaran kenyataan sosial dalam pemikiran. „Tipe ideal“ juga berarti, dalam buku pengantar ini hanya bisa secara sing- kat dan sederhana dideskripsikan tentang berbagai karakter visi ekonomi- politik.
2. Sistem ekonomi kapitalistis yang berbasiskan kepemilikan pribadi atas 2. Anti kapitalisme alat produksi dan persaingan, mengarah pada penindasan dan pemiski- nan. Karena itu, perlu dihapus (pemahaman komunistis, mengacu pada Marx).
3. Tatanan perekonomian berbasis kepemilikan dan ekonomi pasar, namun negara harus berperan dalam pengaturan, pendistribusian dan pengen-
3. Kapitalisme dalian makro ekonomi, lewat permintaan terarah dalam ekonomi rakyat.
terkendali Pemilikan diijinkan, namun pada saat yang sama harus ada pengaturan terkait dengan aspek sosial dan kepentingan umum (sosdem, mengacu pada Keynes).
Dari wacana teori ekonomi, menjadi jelas bahwa baik pasar tanpa aturan mau- „Pasar, sebanyak pun upaya untuk sepenuhnya meniadakan tatanan pasar, tidaklah mungkin.
dimungkinkan Sejarah mengajarkan, bahwa radikalisme pasar maupun penghilangan pasar,
– perencanaan, telah gagal. Kapitalisme harus diarahkan dan dikendalikan, bila tujuan sosial
sebanyak demokrasi ingin dicapai. Program Godesberg partai SPD, pada tahun 1959
dibutuhkan“ berkat arahan ekonom berpengaruh, Karl Schiller, memproklamirkan motto: “Pasar, sebanyak dimungkinkan; perencanaan, sebanyak yang dibutuhkan“.
Seperti diungkapkan sebelumnya, teori-teori yang diperkenalkan harus dinilai Apa jawaban berdasarkan konteks sejarah. Sejarah telah memperlihatkan bahwa kapital-
politik sosdem atas isme tidak, seperti yang diramalkan Karl Marx (akan) hancur akibat kontra-
pertanyaan ini? diksi dalam dirinya sendiri. Kapitalisme, juga tidak berayun dalam harmoni keseimbangan diri seperti diasumsikan oleh Adam Smith. Abad ke-20 telah menghasilkan kemakmuran seperti yang belum pernah dikenal sebelumnya bagi lapis besar masyarakat, sambil pada saat yang sama membawa keseng- saraan serta berbagai krisis yang terjadi. Bagaimana perkembangan terse- but dinilai dari sudut pandang sosdem? Matthias Platzeck, Peer Steinbrück dan Frank-Walter Steinmeier, memberikan jawaban dalam bukunya „Auf der Höhe der Zeit“ (Pada Puncak Zaman) yang terbit pada tahun 2007:
„Di satu sisi, cara berpikir sempit para ekonom Marxis ortodoks, seperti hal- nya kaum liberal di lain sisi, berhadapan dengan para teoretisi visioner Edu- ard Bernstein serta mereka yang mendahulukan politik maupun yang ber- prinsip reformistis, progresif dan kompromistis dengan melihat keseimbangan kepen-tingan yang menembus batas kelas. Ketika yang lain percaya pada
kekuatan ekonomi dan sejarah, sosdem meyakini pentingnya pembentukan dan perubahannya secara aktif dan pragmatis. Dinamika pasar, dikaitkan secara ofensif dengan reformasi sosial dan pembaruan, agar secara sistematis terbuka akses bagi masyarakat atas pertumbuhan dan kesejahteraan. Pasar bebas, demokrasi dan keutuhan sosial, tidak hanya dipertautkan, melainkan dengan menggunakan alat politik diupayakan terjadinya sebuah hubungan timbal balik yang positif –tepat disinilah, secara historis terjadi sebuah rancan- gan kemajuan yang sama sekali baru dan tanpa ada contoh serupa sebelum- nya sejak permulaan abad ke-20. Awalnya, secara praktis dan lewat keber- hasilan yang belum pernah terjadi keseimbangan terkait beberapa kekuatan, apa yang secara historis selalu dianggap sebagai tidak cocok serta saling ber- tentangan satu dengan lainnya: pasar bebas yang dinamis, demokrasi yang hidup dan keutuhan sosial. Sepenuhnya tepat, ketika sosiolog Ralf Dahren- dorf menggunakan istilah diwarnai oleh ,sosdem abad ke-20’.. [...] Saat ini, perlu kembali diperjelas dan diingatkan betapa sulitnya kemenangan sosdem melawan para penentangnya –dan betapa buah hasil tersebut berada dalam bahaya pada awal abad ke-21 ini. [...] Karena itu, yang mendesak dibutuhkan kini adalah ditingkatkan kembali kepercayaan diri Sosdem bahwa betapa san- gat berarti dan visioner serta masih berlakunya ide-ide yang berhasil dikem- bangkan dalam pertarungannya sebelumnya dengan kelompok marxisorto- doks dan laisser-faire liberal, juga terjadi pada abad ke-21 ini. Karena dalam masa globalisasi saat ini, tak ada yang berubah terkait ketegangan internal antara pasar, demokrasi dan masyarakat.“ (Platzeck/Steinbrück/Steinmeier 2007: 19-21)