Latar Belakang Nama Ki Ageng Banyubiru

1. Latar Belakang Nama Ki Ageng Banyubiru

Nama Ki Ageng Banyubiru sebenarnya diambil dari nama suatu daerah di Desa Jatingarang yaitu Banyubiru. Ki Ageng Banyubiru sendiri adalah salah satu putra dari kerajaan Majapahit. Beliau adalah putra dari raja Majapahit yang bernama Raden Brawijaya ke-5. Nama asli dari Ki Ageng banyubiru adalah Raden Jaka Loba Hariwangsa atau sering dipanggil dengan sebutan Ki Ageng Purwata Sidik. Sejak runtuhnya kerajaan Majapahit, Pangeran Hariwangsa ternyata tidak ingin terjun di kancah politik, beliau memilih untuk mendalami ilmu agama Islam yang diajarkan oleh gurunya, Sunan Kalijaga. Bahkan sejak Majapahit diserang Prabu Girindrawardana, pangeran Hariwangsa atau Raden Jaka Loba itu sudah menyebarkan agama Islam di sekitar pening Ambarawa.

commit to user

Sunan Kalijaga memerintahkan Pangeran Hariwangsa untuk lebih mendalami agama Islam dan menetap di Banyubiru untuk beberapa tahun. Pangeran Hariwangsa mengikuti apa yang diperintahkan oleh gurunya, yaitu Sunan kalijaga. Pangeran Hariwangsa akhirnya tinggal di Banyubiru dan beliau mendirikan padepokan di Banyubiru. Semenjak itu Pangeran hariwangsa semakin terkenal dengan sebutan Ki Ageng Banyubiru. Ki Ageng Banyubiru akhirnya mengajarkan agama atau berdakwah sesuai dengan cara yang telah diberikan oleh Sunan Kalijaga. Kegiatan penduduk yang sebenarnya berbau musyrik tidak langsung ditentang secara frontal, tetapi sedikit demi sedikit mereka diberi peringatan, dinasehati dan ditunjukkan jalan yang benar. Ki Ageng Banyubiru menetap di Banyubiru sampai akhir hayatnya. Sampai sekarang ini masyarakat di Banyubiru masih merawat makam Ki Ageng Banyubiru dan makam tersebut dijadikan tempat untuk meminta-minta sesuatu. Kepercayaan tentang makam Banyubiru yang masih tertanam kuat sampai saat ini, bukan hanya dari masyarakat Banyubiru sendiri melainkan juga dari luar daerah.

2. Latar Belakang Ziarah Makam Banyubiru Menurut keterangan dari masyarakat setempat, tradisi ziarah makam Banyubiru sudah ada sejak jaman dahulu, yaitu sejak jaman nenek moyang. Tradisi ini sudah dilaksanakan secara turun temurun sebagai suatu kebudayaan yang berasal dari jaman kerajaan. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh WD selaku juru kunci, yaitu ziarah ini sudah umum dilaksanakan sejak dahulu bahkan oleh raja-raja dan hanya merupakan naluri dari leluhur. (lampiran halaman 96 dan 126 ). Selanjutnya pendapat yang sama juga diungkapkan oleh PR yaitu tradisi ziarah makam ini sudah dilaksanakan sejak nenek moyang. (Lampiran halaman 101 dan 130). Menurut PN, seorang guru di Watukelir juga mengungkapkan bahwa kegiatan ziarah makam Banyubiru ini sudah lama ada dan sampai sekarang masih dilakukan oleh masyarakat. (Lampiran halaman 104 dan 134). Pendapat yang sama juga disampaikan oleh JM, seorang tokoh agama di Banyubiru, yaitu tradisi ziarah makam ini sudah dirintis oleh orang-orang sejak jaman dahulu. (Lampiran halaman 116 dan 143 ).

commit to user

Selain itu, menurut keterangan masyarakat biasanya orang-orang yang permohonannyaa terkabul akan mengadakan pementasan wayang di area makam Banyubiru. Hal ini dilakukan sebagai ungkapan terima kasih sekaligus untuk memberikan hiburan bagi warga sekitar makam Banyubiru. Pendapat yang sama disampaikan oleh WD selaku juru kunci makam Banyubiru, yaitu ada yang hanya sekedar datang sekilas dan berdoa lalu pulang, ada yang harus menggunakan proses atau tata cara berziarah yang baik dengan menabur bunga, dan ada pula yang sampai malam hari dengan penerangan lilin karena harapannya ingin segera terwujud. Biasanya kalau harapan peziarah terwujud atau terkabul maka mereka akan mengadakan pementasan wayang di area makam ini. Kegiatan ini dilakukan sebagai ungkapan terima kasih mereka dan memberikan hiburan bagi masyarakat sekitar makam ini. (Lampiran halaman 97 dan 127 ).

Kesimpulannya bahwa ziarah makam Banyubiru ini sudah dilaksanakan sejak nenek moyang kita bahkan oleh raja-raja dan kegiatan ini sudah dilakukan turun temurun sejak orang-orang dahulu dan masih dipelihara serta dilakukan oleh orang-orang pada masa sekarang. Kegiatan ziarah makam Banyubiru ini pada umumnya tidak berbeda dengan ziarah makam yang lain, hanya saja biasanya peziarah datang pada malam Jumat Kliwon. Beberapa orang menggangap kalau datang pada malam Jumat Kliwon maka permohonan cepat terkabul. Peziarah yang permohonannya terkabul biasanya mengadakan pementasan wayang di area makam Banyubiru sebagai ungkapan terima kasih dan untuk memberikan hiburan kepada masyarakat sekitar makam.