Hubungan Ziarah Makam Banyubiru dengan modernisasi

3. Hubungan Ziarah Makam Banyubiru dengan modernisasi

Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan oleh para ahli yang telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya mengenai perlengkapan, pelaksanaan dan makna ziarah makam, hubungan ziarah makam dengan modernisasi dapat dilihat dari usur-unsur yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur tersebut meliputi unsur fisik, seremonial dan spiritual.

a. Unsur Fisik Unsur Fisik ini terkait dengan srana yang dipakai dalam pelaksanaan ziarah makam. Sarana yang dipakai dalam pelaksanaan ziarah makam antara lain sebagai berikut: kembang (bunga), kemenyan, air dan lilin. Adapun kembang (bunga) yang dipakai yaitu bunga kantil, melati, mawar, dan kenanga. Sedangkan kemenyan ada yang berupa kemenyan biasa dan kemenyan lidi (Sodo). Mengenai air, para peziarah memanfaatkan air dari

commit to user

sendang (mata air) 9 yaitu: Sendang Margomulyo, Sendang Krapak, Sendang Margojati, Sendang Banyubiru, Sendang Bendosari, Sendang gupak warak, Sendang Danumulyo, Sendang Siluwih, dan Sendang Panjang Emas. Semua sendang ini berada di satu kebayanan yaitu Kebayanan Sarehan. Pelaksanaannya air dari sendang 9 itu dijadikan satu kemudian dimanfaatkan untuk wudlu, menyucikan badan, ataupun diminum sebagai obat.

Seiring dengan perkembangan jaman yang modern, terjadi perubahan dalam sarana yang digunakan. Perubahan itu disesuaikan dengan keadaan sekarang. Jika dahulu setiap peziarah selalu membawa bunga 4 macam seperti yang telah disebutkan di atas untuk nyeka r( menabur bunga), tetapi sekarang sebagian peziarah tidak mewajibkan membawa bunga 4 jenis tersebut. Hal lain yang berubah adalah peziarah sekarang tidak selalu membakar kemenyan. Kemenyan lidi (sodo) dan lilin lebih banyak dilakukan oleh peziarah keturunan Cina/Tionghoa. Kadang peziarah datang tidak nyekar (menabur bunga), tidak membakar kemenyan tetapi langsung berdoa.

Dengan demikian dapat dikatakan modernisasi telah memberikan pengaruh yang positif dalam pelaksanaan ziarah makam terkait sarana yang digunakan oleh para peziarah makam. Peziarah sudah tidak perlu lagi membawa peralatan-peralatan untuk ziarah seperti kembang, menyan, karena yang terpenting dari ziarah adalah berdoa.

b. Unsur Seremonial Unsur Seremonial ini berhubungan dengan pelaksanaan tradisi ziarah makam. Dahulu ziarah makam Banyu Biru dilaksanakan setiap malam Ju’mat kliwon. Hari itu merupakan hari yang paling dikeramatkan untuk berziarah. Pada malam jum’at kliwon ini biasanya peziarah makam banyak yang datang untuk nepi (mencari wangsit). Peziarah berasal bukan hanya dari lingkungan desa jatingarang melainkan dari berbagai kota di luar desa Jatingarang.

Seiring dengan perkembangan jaman terjadi pergeseran nilai dalam pelaksanaan ziarah ini. Kalau dahulu peziarah hanya berziarah pada malam Ju’mat kliwon maka sekarang para peziarah datang untuk berziarah setiap hari

commit to user

meskipun paling banyak pada malam Ju’mat kliwon. Biasanya para peziarah datang pada siang hari atau sore sehabis waktu maghrib. Ada beberapa peziarah yang menginap di kompleks pemakaman ini sampai pagi (lek- lekan). Ada juga yang ziarah terus pulang. Hal ini menunjukkan bahwa modernisasi telah memberi pengaruh positif pada pola pikir masyarakat dan sikap masyarakat, hal ini terlihat dengan adanya kecenderungan peziarah untuk berziarah ke makam Banyu biru kapan saja tidak terbatas atau terpancang pada waktu tertentu yang dikeramatkan seperti berziarah pada hari Jumat.

c. Unsur Spiritual Unsur spiritual ini menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan sebagai Sang Pencipta. Dahulu para peziarah melakukan ritual ziarah makam untuk mendapatkan berkah/ kenikmatan. Para peziarah dahulu memiliki kepercayaan bahwa dengan berziarah ke makam Banyu Biru, apa-apa yang mereka inginkan dapat terkabul. Tetapi pada masa sekarang sebagian peziarah datang ke makam Banyu Biru tidak untuk mencari berkah lewat makam tetapi sekadar mendoakan arwah yang sudah meninggal. Sebagian dari mereka sadar bahwa Tuhanlah tempat meminta pertolongan dan manusia harus bekerja untuk bisa mendapatkan apa-apa yang diinginkan.

Dengan demikian maka bisa dikatakan bahwa terjadi pengaruh positif dalam perkembangan nilai spiritual dalam pelaksanaan ziarah makam Banyu Biru. Peziarah sekarang lebih modern dalam mengekspresikan nilai spiritualnya secara logis dan ilmiah. Nilai spiritual ini terdapat dalam tuntunan ajaran agama masing-masing.