Makna yang terkandung dalam pelaksanaan Tradisi Ziarah Makam Banyubiru dalam Era Modernisasi

3. Makna yang terkandung dalam pelaksanaan Tradisi Ziarah Makam Banyubiru dalam Era Modernisasi

Kebiasaan atau rutinitas melakukan ziarah di makam bagi sebagian orang dianggap penting agar mengingatkan diri pada kematian. Para warga di desa Jatingarang sudah sejak lama melakukan kegiatan rutin guna mendoakan para sesepuh mereka yang dimakamkan tersebut. Namun beberapa peziarah ada pula yang mengartikan berbeda dari kegiatan itu.

commit to user

Ziarah pada dasarnya dianggap sebagai sebuah tradisi bagi banyak warga muslim khususnya orang Jawa. Walaupun ada penerus dari tokoh-tokoh yang dimakamkan di pemakaman tersebut beralih agama, tidak membatasi mereka untuk melakukan sesuatu sebagai wujud menghormati leluhurnya sendiri. Ziarah itu sendiri ada yang menganggap sebagai suatu hal yang wajib agar seseorang tidak lupa kepada sang pencipta serta lebih serius menjalani kehidupan dengan melakukan usaha-usaha. Sehingga apa yang dilakukan ditempat ziarah, bukan semata-mata hanya melihat sekumpulan batu nisan yang tergeletak dengan hiasan bunga.

Pengunjung makam Banyubiru datang dan berkunjung serta mendoakan, lebih yakin dan percaya bahwa berdoa di sana akan mendapatkan berkah dan kelancaran dalam usahanya. Mulai dari bisnis, kemuliaan sampai dengan urusan jodoh juga bagi mereka dianggap benar-benar manjur atau terbukti. Seperti yang diungkapkan oleh SB, (“ Kalau saya sebenarnya baru pertama ini pergi ke makam Banyubiru. Saya tahunya juga dari kenalan saya, dan saya diberitahu kalau banyak pengunjung yang berziarah ke makam Banyubiru permohonannya dapat terkabul”). (W/SB/08/04/2011).

Apa yang disampaikan oleh SB menguatkan tentang keyakinan mereka terhadap kegiatan ziarah yang menjadikan segala doa dan usahanya menjadi lancar. Ini berarti ada tujuan khusus dari kegiatan berziarah di makam Banyubiru tersebut. Sebenarnya, tujuan utama ziarah pada masa lampau hanya sebatas mendoakan arwah yang sudah mati agar diampuni dosa-dosanya. Tetapi ada yang salah mengartikan dan justru menjadi satu informasi yang bercampur mistis seperti doa terkabul karena berkunjung ke makam Banyubiru dan sebagainya.

Pada masa sekarang peziarah yang mengunjungi makam Banyubiru lebih memaknainya dengan mengacu pada kegiatan mendoakan leluhur mereka dan anggota keluarga yang telah ditinggalkan. Selain itu, mereka lebih tergerak untuk untuk menghayati apa yang telah mereka lakukan di kehidupan dunia, dan merenungi segala perbuatan mereka yang lampau. Hal ini juga diungkapkan oleh KM, seorang peziarah dari Semarang,yang menyatakan bahwa Ziarah makam itu adalah berkunjung ke makam orang yang sudah mati untuk mendoakan dan

commit to user

Dengan berziarah diharapkan dapat membangkitkan gairah keislaman sebagai bekal ketika besok kita sudah tidak ada di dunia ini.(Lampiran halaman 113 dan 141).

Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian masyarakat adapula yang menjadikan ziarah ke makam Banyubiru tersebut sebagai tempat permintaan atau permohonan suatu hal supaya terkabul dengan perantara makam Ki Ageng Banyubiru sendiri. Mereka percaya, meskipun Ki Ageng Banyubiru telah meninggal tetapi rohnya masih utuh dan hidup. Roh Ki Ageng Banyubiru itu mengetahui siapa yang datang ke makamnya dan mendengarkan bagaimana doanya.

Selain itu kabar yang diperoleh dari teman atau tetangga juga menjadi

daya tarik sendiri bagi orang lain untuk berkunjung ke makam Banyubiru. Mereka cenderung melihat daya tarik itu berdasarkan keyakinan bahwa ucapan orang banyak yang terbukti, hampir sama dengan SB, informan BW juga berpendapat mirip mengenai kunjungan makam itu. Dia mengungkapkan bahwa: (“ Kalau saya sebenarnya baru pertama ini pergi ke makam Banyubiru. Saya tahunya juga dari kenalan saya, dan saya diberitahu kalau banyak pengunjung yang berziarah ke makam Banyubiru permohonannya dapat terkabul”). Hal ini sesuai dengan lampiran halaman 138.

Ini menunjukkan bahwa pengaruh dari satu kabar bisa membuat seseorang tergoda dan tertarik untuk mencoba. Pengaruh tersebut memberikan dampak yang mampu memacu keinginan melakukan sesuatu yang sebenarnya dianggap sebagai ritual yang umum dilakukan umat muslim yaitu berziarah. Namun dengan niat yang berbeda, kegiatan ziarah tersebut dapat menjadi hal-hal yang kurang bisa diterima oleh akal atau bagi sebagian orang dikatakan aneh.

Adapula yang memiliki anggapan bahwa dengan berziarah ke makam Banyubiru, permasalahan yang dihadapi dapat terselesaikan dengan mudah. Di dalam peliknya masalah yang dihadapi manusia kadangkala menjadikan rasionalitas mereka tidak berdaya, sehingga timbul kecemasan dan ketidaktentraman. Untuk mendapatkan ketentraman salah satu caranya adalah dengan melakukan ziarah sebagi contoh ziarah makam Banyubiru. Seperti yang

commit to user

dialami BW, di mana dirinya sedang mengalami musibah yaitu perihal penyakit isterinya yang tidak kunjung sembuh. Dengan bermodalkan doa dan harapan, dia menemui sang juru kunci sambil berkonsultasi bagaimana cara BW bisa menghadapi masalah yang menghadangnya.

Pada awalnya BW kurang yakin akan perihal kepercayaan bahwa dengan berkunjung dan berdoa di makam Banyubiru, dirinya akan diberikan keleluasaan dalam menghadapi masalahnya. Tetapi dia menjadi yakin manakala banyak orang yang telah membuktikan ritual ziarah tersebut. Seperti yang diungkapkannya bahwa : (“Sebenarnya saya itu tidak percaya dengan hal-hal yang berbau mistik, tapi bagaimana lagi, kondisi istri saya ya tetap saja begitu, padahal sudah saya bawa berobat kemana-mana, semoga saya ziarah makam banyubiru ini untuk kesembuhan istri saya”). (W/BW/20/05/2011).

Berbeda dengan SY yang mempunyai tujuan ziarah untuk mendoakan agar usahanya selalu lancar dan diberikan kemudahan dalam mencari rezeki. Dia berharap dengan selalu berkunjung dan menziarahi makam Banyubiru pada hari- hari tertentu, semua doanya dapat cepat tersampaikan dan terkabul. SY mengaku bahwa semenjak berziarah ke makam Banyubiru usaha dagangannya menjadi lebih laris daripada sebelumnya. Bagi SY berziarah ke makam Banyubiru itu sah- sah saja, soalnya itu juga sudah menjadi tradisi bagi sebagian orang yang mempercayai kesaktian dari makam Banyubiru dan mampu menjadi anugerah tersendiri. Seperti yang diungkapkannya bahwa : “ Kalau saya ziarah ke makam Banyubiru itu ya sah-sah saja, kepercayaan tiap orang itu berbeda-beda, yang penting saya tidak membuat rugi orang lain”. (W/SY/26/06/2011).

Berbeda dengan beberapa pendapat di atas, PN mengungkapkan bahwa di era modernisasi ini tradisi ziarah makam Banyubiru masih perlu dilakukan asalkan sesuai dengan ajaran agama dan tidak menyalahi aturan-aturan yang sudah ada. Justru dengan adanya modernisasi ini pemikiran masyarakat semakin maju, semakin rasional dalam menanggapi sesuatu, jadi mungkin masyarakat bisa lebih rasional lagi dalam menginginkan sesuatu yaitu bukan dengan meminta kepada benda yang sudah mati seperti makam tetapi bila menginginkan sesuatu

commit to user

harus dengan bekerja, berusaha dan tidak lupa berdoa. (Lampiran halaman dan 106 dan 134 ).

Jadi, intinya adalah setiap orang mempunyai pemaknaan tersendiri terhadap kegiatan ziarah. Hanya yang menjadi landasan bagi setiap peziarah yaitu niat atau tujuan awal mereka berziarah. Mulai dari yang hanya sekedar berkunjung untuk mengenal atau mengetahui makam Banyubiru, berziarah agar selalu teringat akan kehidupan selanjutnya, menjalankan ritual-ritual tertentu sebagai syarat yang diharuskan, terwujudnya tujuan utama dari doa yang disampaikan, mengirimkan doa dan memohon agar segala sesuatu yang diharapkan dapat segera terwujud serta diberikan jalan keluar.