Teeuw 1984:135 berpendapat, “Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secara cermat keterkaitan dan keterjalinan semua
unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh”.
Berdasarkan pendapat diatas, teori struktural adalah pendekatan yang bertujuan untuk menganalisis karya sastra berdasarkan unsur-unsur yang
membangun karya sastra tersebut dalam suatu hubungan antara unsur pembentuknya.
Pada dasarnya penelitian struktur, yaitu suatu penelitian yang membahas unsur-unsur karya sastra. Unsur-unsur yang dimaksud adalah tema, alur, latar, dan
penokohan.
1. Tema
Staton 1965:88, tema adalah makna yang dikandung sebuah cerita. Tema juga merupakan gagasan umum yang menopang sebuah karya sastra yang
terkandung didalamnya menyangkut persamaan dan perbedaan. Tema disaring dalam motif-motif yang terdapat dalam karya sastra. Kemudian Fananie 2000:84
mengatakan, “Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi karya sastra”. Selanjutnya Sudjiman 1978:74, “tema adalah
gagasan, ide atau pemikiran utama didalam karya sastra yang terungkap ataupun yang tak terungkap”.
Dari pendapat diatas, jelas terungkap bahwa tema adalah suatu hal yang penting dalam sebuah karya sastra. Tema adalah apa yang ingin diungkapkan
pengarang.
2. Alur atau Plot
Semi 1984:45, “Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang di susun sebagai buah interaksi khusus sekaligus menandai urutan
bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi”. Alur atau plot terbentuk dari rangkaian kisah tentang peristiwa-peristiwa
yang disebabkan sesuatu dengan tahapan-tahapan yang melibatkan konflik atau masalah. Alur dalam cerita dapat dibagi atas beberapa bagian, seperti yang
dikemukakan oleh Lubis 1981:17, yaitu : 1.
“Situation pengarang mulai melukiskan suatu keadaan 2.
Generating Circumtances Peristiwa yang bersangkutan mulai bergerak 3.
Rising Action keadaan mulai memuncak 4.
Climax peristiwa mencapai puncak 5.
Denoument pengarang memberikan pemecahan soal dalam semua peristiwa”
3. Latar atau Setting
Daryanto 1997:35, “Latar atau setting adalah jalan aturan, adap memanjang rangkaian peristiwa yang berlangsung dalam karya fiksi”.
Selanjutnya, Sumarjo dan Saini 1991:76, menjelaskan bahwa setting bukan hanya berfungsi sebagai latar yang bersifat fisikal untuk memuat suatu cerita
menjadi logis. Latar juga memiliki unsur psikologis sehingga latar mampu
menuansakan makna tertentu serta mampu menciptakan suasana tertentu yang menggerakan emosi atau aspek kejiwaan pembacannya.
Latar atau setting adalah tempat-tempat kejadian suatu peristiwa atau kejadian di dalam penceritaan karya sastra. Latar bukan hanya berupa daerah atau
tempat namun waktu, musim peristiwa penting dan bersejarah, masa kepemimpinan seseorang di masa lalu dan lain-lain.
4. PerwatakanPenokohan