Sistem Kepercayaan dan agama

2.1.3 Sistem Kepercayaan dan agama

Masyarakat Melayu Kualuh yang saat ini disebut Kabupaten Labuhanbatu Utara secara umum memiliki beragam suku.Dari jumlah penduduk keseluruhan yaitu 334.776, mayoritas masyarakatnya bersuku Batak 45.50 persen diikuti Jawa 44.83 persen Melayu 3.85 persen Minang 0.81 persen dan Aceh 0.21 persen dan lainnya 4.80 persen. Sementara itu kepercayaan dan agama mayoritas yang dianut masyarakatnya adalah Islam dengan memiliki jumlah 83.71 persen diikuti Kristen Protestan 13.08 persen, Kristen Katolik 2.10 persen, Budha 1.01 persen, dan Hindu 0.06 persen lain – lain 0.04 persen. Berdasarkan data tersebut dapat kita ketahui Sistem Kepercayaan dan Agama masih dipengaruhi oleh budaya etnis yang ada pada masyarakat Labuhanbatu Utara secara umum dan masyarakat Kualuh Desa Kuala Beringin secara khusus. Hal ini dapat dilihat dari ritual – ritual adat yang masih sering dilakukan masyarakat Kualuh, antara lain : tolak bala, upah – upah, mandi air pange sewaktu memasuki bulan Ramadhan, dan Bordah. 2.2Khazanah Sastra Tradisional 2.2.1 Ciri – Ciri Kesusastraan masyarakat Melayu Kualuh – Leidong mempunyai beberapa ciri tertentu. Ciri pertama yang paling ketara adalah cara ia disampaikan yaitu secara lisan. Namun setengah daripadanya telah ditulis dan kemudian dilisankan. Manakala ada juga yang dituturkan secara individu kepada individu atau kepada sekumpulan yang lain. Kesusastraan Masyarakat Melayu Kualuh – Leidong juga dipertuturkan untuk diperluas penggunaannya. Berkaitan dengan isi kandungannya, ciri kesusastraan Masyarakat Melayu Kualuh – Leidong telah menerima pengaruh Hindu-Budha dan Islam dan kesusastraan Masyarakat Melayu Kualuh – Leidong ini ialah tersebar dikalangan masyarakatnya. Dari berbagai pengaruh dan cara penyebarannya terdapat tiga hal yang selalu terjadi yaitu, Pertama kesusastraan Masyarakat Melayu Kualuh – Leidong mengalami penambahan sama ada dalam bentuk, isi maupun pertuturannya. Kedua, kesusastraan Masyarakat Melayu Kualuh – Leidong mengalami pengurangan sama ada dari segi isi, bentuk maupun cara pertuturannya, dan yang Ketiga didalam masyarakat Melayu Kualuh – Leidong sendiri ditemui berbagai genre dan variasi serta gaya penceritaan. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh penutur sama ada pencatat maupun perekam akan penambahan tokoh cerita, bentuk serta penyampaiannya untuk menambah kesedapan, kesesuaian cerita dengan suasana dan alam sekitar, dimana dia dituturkan dan disampaikan serta dimana pula dia berkedudukan, hingga tidak akan ada rasa ragu – ragu untuk membuang dan menambah isi serta bentuk dan juga gaya penyampaiannya. Disebabkan itulah ditemui beberapa karya sastra yang bersifat cerita dan bukan cerita sama ada berbentuk prosa ataupun puisi mempunyai tajuk yang sama. Namun begitu, tetapi terdapat perbedaan apabila dilihat dari segi isi ataupun kandungan cerita serta gaya penyampaian dan penuturannya. Begitu juga halnya dengan bentuknya, dari sebuah tajuk diceritakan dalam genre yang berbeda- beda. Ciri yang kedua melibatkan soal kelahiran daripada kesusastraan Masyarakat Melayu Kualuh – Leidong yaitu lebih banyak lahir dan berkembang dalam masyarakat yang sederhana. Berkenaan dengan isi cerita – cerita yang berkembang dalam masyarakat sederhana dan masyarakat bangsawan pada masa pengaruh Hindu – Budha, dia bertemakan atau mengacu kepada kebesaran raja sebagai titisan dewa. Semasa pengaruh Islam cerita – cerita yang berkembang berisi dan bertemakan kebesaran Allah sebagai pencipta manusia, langit dan alam sekitar beserta isi – isinya. Ciri ketiga ialah kesusastraan Masyarakat Melayu Kualuh – Leidong mengandung ciri – ciri budaya asal masyarakat yang melahirkannya, hingga menggambarkan suasana masyarakat Melayu yang tabii. Hal ini wujud dalam karya sastra yang berbentuk cerita sama ada karya – karya dalam bentuk lisan ataupun tulisan disebabkan oleh sastra rakyat merupakan ekspresi ataupun pernyataan budaya, melalui kesusastraan rakyatlah masyarakat Melayu Kualuh – Leidong dapat mewujudkan corak budaya asli atau tradisional, sehingga ciri asalnya tetap terpelihara sebagai tunjangan walaupun terdapat unsur – unsur tokoh tambahan. Hal tersebut menunjukan bahwa karya – karya sastra masyarakat Melayu Kualuh – Leidong pada hakikatnya cagar budaya bangsa karena kesemuanya tuangan pengalaman jiwa bangsanya dan turut meliputi pandangan hidup serta landasan falsafah bangsa. Ciri keempat menunjukan bahwa kesusastraan Masyarakat Melayu Kualuh – Leidong kepunyaan bersama, sama ada dianggap sebagai milik masyarakatnya ataupun bukan milik perseorangan. Dengan itu apabila disusurgalurkan dengan kewujudan masyarakat Melayu Kualuh – Leidong kesusastraan rakyat masyarakatnya ditemui mempunyai banyak perbedaan versi. Ini bermakna hasil kesusastraan Masyarakat Melayu Kualuh – Leidong, sama ada yang bersifat lisan maupun tulisan juga mempunyai gaya penceritaan dan bukan bersifat penceritaan. Terdapat beberapa kelainan didalam isi, gaya pertuturan dan bentuknya walaupun tajuknya sama. Ciri kelima dan terakhir ialah dalam kesusastraan Masyarakat Melayu Kualuh – Leidong terdapat unsur – unsur pemikiran yang luas tentang kehidupan masyarakatnya. Pengajaran atau bersifat didaktif dan unsur sejarah. Ketiga - tiga unsur ini berlaku dalam setengah susunan kata – kata yang puitis dan teratur indah. Manakala susunan kata – kata demikian timbul apabila gambaran sesuatu keadaan atau peristiwa dipaparkan. Ini menunjukan bahwa aspek pemikiran masyarakat Melayu sangat luas mencakupi alam nyata dan alam gaib. Bentuk pemikiran itu ada kaitan pula dengan sistem kepercayaan dan agama yang mereka anuti seperti animisme, Hindu – Budha dan Islam.

2.2.2 Bentuk – Bentuknya