Sistem Sosial Budaya Kosmologi Masyarakat

Dikampung Mesjid sebelumnya kedudukan ke Sultanan pindah ke Tanjung Pasir, dari Tengku Puan yang dipertuan Alhaji Muhammadsyah memperoleh putra – putri, yaitu : Tengku Randlah kawin dengan Tengku Mahsuri dari Sultan Mahmud Langkat. Tengku Mansyursyah, Tengku Besar Negeri Kualuh atau putra Mahkota. Tengku Kamilah kawin dengan Tengku Sahmenan, Putra dari Tengku Alang Yahya, Gep. Regent van Asahan. Tengku Salmah kawin dengan Tengku Ibrahim, Tengku Seri Maharaja Binjei. Dan yang terakhir adalah Tengku Darmansyah. Di masa kepemimpinan Tengku Alhaji Muhammadsyah lah ada berkembang cerita tentang sosok Tengku Raden. Putra yang tertua dari yang dipertuan, ialah Tengku Mansyursyah. Setelah Tengku Mansyursyah tamat di H.I.S Tanjung Balai, beliau pergi ke Betawi melanjutkan pelajaran. Dengan besluit Gubernement tgl 10 Mei 1916 No. 25 Tengku Mansyursyah diangkat menjadi Tengku Besar. Tengku Mansyursyah merupakan Raja terakhir di Kerajaan Kualuh dan Leidong.

2.1.2 Sistem Sosial Budaya

Sistem sosial budaya masyarakat Kualuh pada zaman dahulu masih sangat kental dengan mistis, dikarenakan pengetahuan masyarakat pada saat itu sangat sederhana terhadap keyakinan beragama. Masyarakat Kualuh masih percaya pada manusia yang luar biasa dengan kata lain disebut sakti. Masyarakat Kualuh pada umumnya patuh dan menghormati seseorang yang ganjil dan gaib.Penduduk terikat dan menghargai pesan, petuah, isyarat, tanda – tanda dan mimpi. Penghuni Kualuh belum banyak mengenal tentang tafsir Alquran, apalagi kitab peraturan dan undang – undang. Masyarakat lebih banyak pasrah dari pada berpikir, bilamana ada sesuatu malapetaka yang menimpa mereka. Kalau masyarakat ditimpa bencana atau kejadian yang luar biasa, mereka tidak ada tempat mengadukan halnya. Senantiasa mereka menyerah pada yang maha kuasa. Seraya menantikan apa sebagai jawaban untuk menanggulangi hal – hal yang terjadi. Mereka banyak mengenang dan mengingat – ingat pada masa yang silam selama hidupnya yang silih berganti didatangi berbagai kejadian. Kalau ingatan mereka kuat tentang peristiwa atau kejadian yang lalu maka mereka cepat mencari akal untuk mengatasi bahaya atau kejadian yang mengancam mereka. Hampir sebahagian besar dari penghuni daerah Kualuh ketika itu masih serba darurat. Pemerintah waktu itu adalah pemerintahan Belanda . yang menjalankan pemerintahan waktu itu ialah raja – raja yang takluk pada Belanda. Pengadilan hanya ada pada kekuasaan suku. Rumah Sakit pun tidak ada,dukun lah pengobat yang merangkap jadi bidan. Masyarakat mesti belajar dari keadaan, keadaan lah yang menjadi guru masyarakat ketika itu. Tapi seiring berkembangnya zaman, dan Indonesia telah merdeka dari penjajahan Belanda, maka pola pikir masyarakat mulai berubah, mereka telah melewati masa – masa sulit, dan mulai berpikir dengan realistis dan meniggalkan hal – hal yang dianggap mistis, berpedoman atas Pancasila dan UUD 1945. Meskipun demikian ritual – ritual adat yang ada masih banyak mengadopsi hal – hal mistis.

2.1.3 Sistem Kepercayaan dan agama