“…Pengetahuan masyarakat pada masa itu sangat sederhana terhadap keyakinan beragama. Masyarakat kualuh masih percaya pada manusia
yang luar biasa dengan kata lain sakti. Masyarakat kualuh pada umumnya patuh menghormati keadaan seseorang yang ganjil atau gaib. Penduduk
terikat dan menghargai pesan, petuah, mantera, isyarat, tanda – tanda dan mimpi.
Penghuni kualuh belum banyak mengenal tentang tafsir Alquran, apalagi kitab peraturan dan undang – undang. Masyarakat lebih banyak pasrah dari
pada berfikir, bilamana ada sesuatu malapetaka yang menimpa mereka. Kalau masyarakat ditimpa bencana atau kejadian yang luar biasa, mereka
tidak ada tempat mengadukan halnya. Senantiasa mereka menyerah pada yang maha kuasa. Seraya menantikan apa sebagai jawaban untuk
menanggulangi hal – hal yang terjadi. Mereka banyak mengenang dan mengingat – ingat pada masa yang silam selama hidupnya yang silih
berganti didatangi berbagai kejadian.
Kalau ingatan mereka kuat tentang peristiwa atau kejadian yang lalu maka mereka cepat mencari akal untuk mengatasi bahaya atau kejadian yang
mengancam mereka. Hampir sebahagian besar dari penghuni daerah kualuh ketika itu masih serba darurat. Pemerintah waktu itu adalah
pemerintah Belanda . yang menjalankan pemerintahan waktu itu ialah raja – raja yang takluk pada Belanda. Pengadilan hanya ada pada kekuasaan
suku. Rumah Sakit pun tidak ada, dukunlah pengobat yang merangkap jadi bidan. Masyarakat mesti belajar dari keadaan, keadaanlah yang menjadi
guru masyarakat ketika itu. Pada saat masyarakat mengalami seperti tersebut di atas muncullah seorang pemuda yang tampan gagah berani dan
mempunyai budi pekerti yang luhur. Laki – laki ini dikatakan seorang pemuda karena tidak seorang pun mengetahui dia telah mempunyai
keluarga pada waktu itu. Pemuda ini dikatakan orang terkenal bernama Tengku Raden”.
4.1.4 Perwatakan
Perwatakan dapat disebut juga sebagai penokohan. Pada karya sastra, alur dan perwatakan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, hal ini dikarenakan alur
meyakinkan kita tentang watak dan tokoh – tokoh yang beraksi dan bereaksi. Perwatakan dapat digambarkan baik secara langsung dan tidak langsung
dari tokoh – tokoh dalam cerita Tengku Raden. Perwatakan sangat penting karena merupakan puncak dan konflik dalam watak – watak tokoh cerita. Inilah yang
membuat alur dan perwatakan sangat penting karena sifat – sifat dari tokoh cerita digambarkan yang di dalamnya terdapat perasaan tokoh, cara berpikir tokoh,
keinginan tokoh. Perwatakan dalam legenda Tengku Raden ini dapat kita bagi berdasarkan
sifat – sifat tokoh dalam cerita : 1.
Tengku Raden 2.
Puteri Bedagai Tengku Zubaidah, setelah menjadi isteri Raja Kualuh permaisuri diberi gelar Tengku Puan
3. Raja Kualuh Alhaji Muhammadsyah
Skripsi ini akan membahas watak – watak tokoh legenda Tengku Raden yang sangat mendasar dalam cerita.
1. Tengku Raden Tengku Raden Raja Mangalambung Raja Paima merupakan pemeran
utama dalam legenda Tengku Raden, Tengku Raden adalah anak dari isteri kedua Raja Sisingamangaraja ke X yang mempunyai watak rendah hati, wibawa, sakti
mandraguna dan tegas. Disebabkan ayahnya telah meninggal dalam peperangan melawan penjajah Belanda, maka terjadilah perselisihan antara Tengku Raden dan
abangnya dalam hal pergantian tahta kerajaan. Dikarenakan Raja – Raja suku tanah Batak telah melakukan perundingan dan musyawarah untuk menetapkan
pengganti Raja Sisingamangaraja ke X, maka terpilihlah Tengku Raden. Untuk menghindari perselisihan dengan abangnya tersebut, dengan kerendahan hatinya
Tengku Raden lebih memlilih pergi dari tanah Batak.
Watak dari dari Tengku Raden ini dapat kita lihat dalam kutipan berikut : “…Abangnya merasa keberatan atas putusan Raja – raja suku tanah Batak,
akhirnya abangnya mengusir Raja Mangalambung Raja Paima dari tanah Batak. Raja Mangalambung Tengku Raden berfikir luas, dari
pada malu keturunan ayahnya dan Raja – raja adat yang telah bersusah payah berunding dan menjaga martabat kerajaan, anak muda ini
mengundurkan diri dari hunjukan Raja – raja adat, kemudian dia pergi dengan bersusah payah dari negeri yang satu ke negeri yang lain hingga
tidak diketahui oleh sebahagian besar dari Raja adat Batak dan keturunan ayahnya kemana dia pergi”.
Semasa hidupnya Tengku Raden banyak mengabdikan dirinya untuk hal – hal yang bersifat kebaikan, dengan kewibawaan dan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya, dia banyak menyampaikan pesan – pesan moral kepada siapa saja, terlebih di saat dia berada dikerajaan Bedagai. Hal itu dapat kita lihat dalam
kutipan berikut : “…Tengku Raden banyak mengajarkan ilmu tentang mengenal diri selama
di Bedagai antara lain mengatakan, “ sebagai seorang hamba Allah yang hanya menerima rahmat dan nikmatnya, tetapi mahluk tiada mampu untuk
membalasnya, tahta kerajaan bukan untuk menindas kaum yang lemah, nyawa yang dianugerahkan Allah jangan disia – siakan penggunaannya,
tuhan tidak memberi lebih dari satu nyawa untuk setiap jasad “. Tengku Raden mengajarkan putera puteri raja setiap selesai maghrib diistana ilmu
kerohanian, agar adik angkatnya itu semua mengetahui bahwa kehidupan ini mesti dipertanggung jawabkan dihadapan yang Maha Esa supaya adik
angkatnya jangan diserang penyakit takabur pada Tuhan dan penyakit sombong pada siapapun”.
Tengku Raden banyak memiliki ilmu pengetahuan, ilmu kebatinan, ilmu obat – obatan dan ilmu bela diri, yang dia peroleh dari ayahnya dan yang
dipelajarinya dari negeri – negeri yang telah dikunjunginya. Oleh sebab itu Tengku Raden banyak pengikutnya dan menjadi pemimpin yang tegas dalam
perlawanan terhadap Belanda, baik dengan pernyataan sikap statement maupun dengan tindakan penyerangan yang mempunyai strategi dan taktik yang matang.
Sehingga Belanda begitu murka dan benci kepada Tengku Raden, dan
menginginkannya untuk ditangkap dan dibunuh. Hal ini dapat kita lihat dalam kutipan berikut :
“…Diutuslah 4 orang panglima dan beberapa orang serdadu. Sebelum berangkat keempat orang panglima raja ini telah berlatih dan dibekali
dengan ilmu bermacam – macam kekebalan. Panglima – panglima Raja Kualuh dan rombongan lebih dahulu melihat langkah. Sebab Tengku
Raden ini dikenal orang yang sakti, kebal dari segala mcam aniaya orang, binatang dan jin”.
2. Puteri Bedagai Tengku Zubaidah, setelah menjadi isteri Raja Kualuh permaisuri diberi gelar Tengku Puan
Permaisuri Kualuh merupakan tokoh kedua dari legenda Tengku Raden. Permaisuri Kualuh ini adalah anak dari Raja Bedagai yang dipersunting Oleh Raja
Kualuh menjadi isterinya. Sebelum menjadi isteri Raja Kualuh, tengku Zubaidah ini sempat menaruh hati terhadap Tengku Raden, tetapi Tengku Raden hanya
menganggapnya sebagai adik angkat. Dalam legenda ini Puteri Bedagai mempunyai watak yang patuh dan penyayang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan
cerita sebagai berikut : “…Kebetulan dalam pelaksanaan itu puterinya insyaf akan dirinya sebagai
seorang puteri dan wajar taat pada orang tua. Untuk menolak itu tidak berani, tetapi mengetengahkan masalah dirinya, kalau boleh jangan
dipisahkan dari abang angkatnya Tengku Raden. Sekarang barulah terfikir oleh raja Bedagai dan permaisuri bahwa puterinya telah jatuh cinta pada
Tengku Raden. Puterinya mengemukakan alasan yakni walaupun anak Raja kalau tidak diketahui baik buruk hatinya dan perangainya tidaklah
patut dijadikan teman hidupnya”.
Permisuri Kualuh sangat sayang kepada orang – orang yang ada di dalam kehidupannya, selain orang tua dan suaminya, dia juga sangat sayang terhadap
abang angkatnya Tengku Raden. Hal ini dapat kita lihat dalam kutipan sebgai berikut :
“… kalau anakanda, ayah persuamikan pada Raja Kualuh itu, abang angkatnya Tengku Raden harus ikut mengantarkan puterinya dari kerajaan
Bedagai ke Kerajaan Kualuh. Dalam kesempatan itu puterinya mengatakan pada Raja, nanti dikerajaan Kualuh ada sesuatu yang perlu saya berikan
kepada Tengku Raden. Puterinya mengharapkan agar calon suaminya kelak jangan menaruh cemburu terhadap siapa – siapa yang datang
menemui puterinya di istana Kerajaan Kualuh”.
3. Raja Kualuh Raja Kualuh adalah suami dari adik angkatnya Tengku Raden. Watak Raja
Kualuh dalam legenda ini egois, dikarenakan dia lebih mementingkan jabatannya sebagai Raja dari pada melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Hal ini
dapat dilihat dari kutipan cerita berikut : “…Karena Kerajaan Kualuh takluk di bawah pemerintahan kolonial
Belanda, dengan mudah Raja Kualuh diperintahkan untuk menangkap Tengku Raden hidup atau mati. Dengan ketentuan, bila Tengku Raden tak
dapat ditangkap hidup atau mati Raja Kualuh tidak diakui Belanda kedudukannya sebagai Raja. Kemudian Raja Kualuh suami isteri harus
ditangkap pihak militer Belanda, untuk mempertanggung jawabkan pihak militer bangsa Belanda yang mati terbunuh di tanah Batak itu. Mengingat
ketentuan itu Raja Kualuh memesankan beberapa kali pada upas Raja agar Tengku Raden segera menghadap ke istana di Tanjung Pasir”.
4.2 Analisis Nilai – Nilai Budaya Legenda Tengku Raden