Rencana Pembangunan dan Tenurial Insecurity: Memperluas Cakupan Administrasi Pertanahan

c. Rencana Pembangunan dan Tenurial Insecurity: Memperluas Cakupan Administrasi Pertanahan

Salah satu isu yang diangap penting dalam tulisan ini adalah bagaimana dan sejauh manakah program administrasi pertanahan, dalam hal ini legalisasi asset dan sertipikasi, dapat memberikan kepastian penguasaan tanah yang aman dan menguntungkan bagi masyarakat. Meskipun secara sepintas, legalisasi aset biasa dipandang sebagai cara untuk memberikan jaminan legal atas penguasaan tanah, tetapi pendekatan yang mengikuti aliran property rights semacam itu seringkali dikritik karena pada kenyataannya selain mengukuhkan ketimpangan penguasaan atas tanah juga dianggap tidak mampu menjawab konstelasi lebih luas di mana tenurial insecurity atau hilangnya penguasaan masyarakat atas tanah kerapkali terjadi (Afiff, et.al, 2005: 28). Aliran property rights itu juga dianggap terlalu mementingkan dimensi legal yang pada akhirnya mengabaikan aspek-aspek lain dalam diskursus tenurial security, yaitu dimensi economic security (Myrna, 2010: 132).

Dalam menyikapi masalah ini akan dikemukakan konteks tenurial security di desa Kembang dan kaitannya dengan proyek- proyek pembangunan. Ada dua proyek pembangunan besar yang sedang dijalankan dan direncanakan akan direalisasikan, yakni proyek pembangunan jalan lintas selatan (JLS) dan pelabuhan Pacitan. Langsung atau tidak langsung, proyek JLS ini akan memacu proses pengembangan ekonomi makro termasuk menggenjot konsumsi lokal untuk mencapai pertumbuhan ekonomi skala

Administrasi Pertanahan dan Larasita: Mengangankan Ruang Negosiasi-Partisipasi Rakyat di Level Desa

makro. Konsekwensinya adalah masyarakat akan menghadapi persoalan-persoalan baru yang datang dari luar termasuk juga proyek-proyek yang akan mengakibatkan terciptanya proses komodifikasi tanah dan peningkatan land market yang akan berujung pada konsentrasi tanah pada sekelompok orang yang mampu membeli tanah dan mengakumulasikannya menjadi properti yang bisa setiap saat menjadi komoditas, bukan lagi ruang hidup.

Sedangkan proyek pelabuhan, yang menurut peta Bappeda salah satu alternatifnya akan dibangun di desa Kembang, akan berdampak bagi penghasilan masyarakat desa Kembang, terutama bagi petani nelayan. Demikian gambaran dampak proyek pelabuhan ini bagi masyarakat desa Kembang:

“Kalau pembangunan pelabuhan jadi, kami mati mas… Soalnya, pelabuhan itu adalah pelabuhan perdagangan, jadi tidak berkaitan dengan usaha nelayan… Katanya untuk pendaratan barang-barang dari Cina… Letaknya tepat di teluk Pacitan itu, tempat kami mencari ikan… Biasanya, pemerintah akan melarang nelayan untuk mencari ikan di area pelabuhan itu, sebab itu tempat kapal-kapal besar berlabuh… Kami hanya bisa mencari ikan di teluk itu, [sebab] peralatannya tidak memadai… Tanpa [menjadi] nelayan kami pasti akan mati, [menjadi] petani saja tidak cukup”. 12

Proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang masuk ke desa Kembang tentu saja memiliki dampak dan mengakibatkan perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat. Beberapa dampak yang mungkin ditimbulkannya adalah: Pertama,

12. Wawancara Pak Sudarto, 10 Juni 2010.

Pengembangan Kebijakan Agraria untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlanjutan Ekologis

penyusutan jumlah lahan pertanian subur yang menjadi semakin sempit. Jumlah lahan pertanian sawah yang menjadi tumpuan hidup masyarakat Kembang adalah sekitar 133,009 hektar, termasuk di dalamnya sekitar 21 hektar yang merupakan tanah bengkok. Sementara, lahan yang dipakai JLS yang menabrak lahan-lahan persawahan di desa Kembang adalah sekitar 20 hektar. Celakanya, menjadi sulit bagi warga desa Kembang bahkan bagi aparat desa untuk mencari lahan pengganti bagi lahan-lahan persawahan yang tergusur itu. Kesulitan itu terjadi karena selain harga tanah sudah semakin tinggi, juga karena tidak ada lahan persawahan subur yang tersedia, sementara sebagian lahan yang lain merupakan dataran tinggi yang tidak cocok untuk persawahan.

Dari survei yang dilakukan terhadap mereka yang terkena JLS, pola penyusutan lahannya terjadi sebagai berikut 13 :