Penanganan Sengketa Pertanahan: Peran Aparat dan Warga

c. Penanganan Sengketa Pertanahan: Peran Aparat dan Warga

Konflik pertanahan di Kelurahan Cempaka merupakan masalah yang paling banyak ditangani Kelurahan,khususnya masalah over lapping pemilikan tanah. Masalah ini tidak bisa ditangani hanya sekedar proses-proses yang administratif tetapi diperlukan upaya-upaya lain yang lebih responsif guna menangani problem berlapisnya surat atas tanah ini, seperti melakukan mediasi bagi pihak yang bertikai.

Masalah bertumbukannya surat tanah dapat terjadi antara berbagai dokumen alas hak, misalnya antara SPORADIK vs SKT, SPORADIK vs SPORADIK, SKT vs SKT, SKT vs Sertifikat, Sporadik vs Sertifkat, atau sertifikat vs Sertifikat. Jika sengketa yang terjadi antara SKT dan Sporadik, maka yang dilihat adalah; (a) Waktu (yang mana yang lebih dahulu dibuat); (b) Berdasarkan hasil mediasi. Jika kesepakatan dibagi dua, maka SKT diganti dan dibagi dua lalu dibuatkan Sporadik yang baru.Tetapi hal ini jarang terjadi dan bagi masyarakat, SKT lebih kuat sebab usianya lebih lama dari Sporadik. Jika yang terjadi adalah sertifikat ganda, maka akan dilihat sertifikat yang memiliki usia yang paling tua dan jika proses mediasi di tingkat kelurahan tidak berhasil, maka proses akan diserahkan ke BPN untuk menindaklanjuti masalah tersebut. Apabila BPN tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut maka dibawa ke pengadilan.

Mediasi dilakukan dengan mempertemukan kedua belah pihak dan masing-masing membawa saksi-saksi dari masyarakat, ditambah dengan Ketua RT, Ketua RW, Aparat dari Babinkamtibmas, dan LPM. Untuk LPM, tidak selau hadir, karena tergantung masalahnya, dan dihadirkan apabila diperlukan. Pada dasarnya,

Pengembangan Kebijakan Agraria untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlanjutan Ekologis

proses mediasi ini memerlukan partisipasi dari masyarakat sebab Pihak Keluarahan baru akan melakukan mediasi ketika ada surat permohonan mediasi yang diajukan oleh pihak yang bersengketa. Hasil kesepakatan dari mediasi tersebut dibuatkan Berita Acara. Cara ini sangat efektif di Kelurahan Cempaka, bahkan persentase keberhasilannya sangat tinggi, dan rata-rata bisa selesai di Kelurahan tanpa harus berurusan dengan Pengadilan.

Ada beberapa bentuk hasil kesepakatan dari proses mediasi ini, antara lain; (1) Tanah tersebut dibagi; (2) Pihak yang surat tanah dan saksinya lemah akan mengalah; (3) Menggunakan jalur kekeluargaan, yakni pemberian tali asih. Artinya, pihak yang menang mendapatkan tanah tapi memberikan sejumlah uang pada pihak yang kalah; (4) Salah satu surat keterangan tanah dicabut sebab tidak bisa membuktikan riwayat tanahnya. Dalam hal ini, yang mencabut adalah saksi-saksinya sedangkan pihak kelurahan hanya membuatkan surat pernyataan pencabutan surat keterangan atas tanah.

Selama 4 tahun terakhir ini, ada sekitar 40 kasus pertanahan yang ditangani kelurahan dan diselesaikan di tingkat desa. Dari kasus tersebut, ada tanah yang tidak tercatat sehingga diselesaikan dengan kekeluargaan. Sedangkan pada kasus tanah telah tercatat atau memiliki surat tanah, maka masalah inilah yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Dengan demikian, proses mediasi ini selain sebagai media resolusi konflik, juga berfungsi untuk melihat dan mengukur kembali batas-batas tanah yang dahulu hanya berdasarkan batas-batas alam. Salah satu kasus sengketa tanah akibat tumpang tindih alas hak yang diselesaikan di kelurahan dijelaskan dalam kotak di bawah ini.

Administrasi Pertanahan dan Larasita: Mengangankan Ruang Negosiasi-Partisipasi Rakyat di Level Desa

Box.1.

Proses mediasi terkadang berhasil mendapatkan solusi terkadang pula tidak dan harus dimediasi lagi ditingkat kecamatan, atau di bawa hingga BPN. Pada kasus kali ini, seorang bernama Muwafaq dan Suhaimi menggugat sertifikat atas nama Rudy Resnawan (Walikota Banjarbaru/Calon Wagub Kalsel), sebab tanah yang ditunjukkan di sertifikat tersebut sama dengan tanah yang dimilikinya berdasarkan SKT tahun 1991 sedangkan sertifikat itu baru terbit tahun 2006. Penggugat menanyakan kebenaran alas hak dari sertifikat tersebut. Jam 12.00, orang-orang mulai berdatangan dan tak berapa lama proses mediasi pun di mulai. Pak Lurah membuka acara ini dan menyampaikan maksud dari mediasi, yang rupanya merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya.

Proses mediasi ini terus berlanjut dengan perdebatan dari kedua belah pihak. Pertemuan ini juga dihadiri oleh developer, sebab tanah tersebut telah dibeli developer dari Rudy Resnawana melalui H. Gozali. Rudy Resnawan sendiri tidak hadir dalam proses mediasi ini, dan hanya diwakili H. Gozali. Ada pula seorang wartawan dari Banjarmasin Post yang hadir.

Pada awalnya, perdebatan mulus-mulus saja, setiap orang dipersilahkan bicara. Perdebatan menjadi sengit tatkala H.Gozali dan wartawan datang. Dia langsung ‘menekan’ penggugat dan keberatan karena berita ini sudah masuk di Koran. Dia menekan penggugat untuk menunjukkan tanah yang dimaksud dan agar langsung dicek ke lokasi. Penggugat bertahan untuk tidak terburu-buru ke lokasi tanpa pembicaraan yang matang di tingkat kelurahan, hingga dibuatkan surat pernyataan oleh Pak Naim, tapi Surat itu pun dibantah oleh tergugat dan akhirnya tidak terpakai. Hal yang aneh adalah semua saksi yang menandatangani SKT tersebut dihadirkan membuat surat pernyataan bahwa mereka tidak pernah menandatangani SKT pada tahun 1991.

Selain itu, saya merasakan bahwa adanya desakan dari H.Gozali dan kawan-kawan untuk meninjau lokasi saat itu juga adalah sebagai bagian dari strategi. Ibarat semut melawan gajah. Dengan terpaksa, penggugat pun akhirnya menuruti desakan tersebut untuk meninjau di lokasi. Saat berada di Lokasi, “aksi mendesak’ pun dilancarkan lagi oleh pihak tergugat dengan menekan penggugat untuk menunjuk secara pasti tanah yang dimaksud. Rupanya penggugat juga tidak yakin dengan pasti lokasi yang ditunjukkan oleh SKT tersebut. Inilah celah yang dimanfaatkan oleh pihak tergugat. Pada akhirnya, penggugat menunjuk tanah yang berdekatan dengan tambang intan, sebab di sana ada sungai yang juga tertera dalam SKT tersebut. Ini berbeda dari lokasi tanah yang ditunjukkan sebelumnya dan diperkarakan hingga hari ini. Dari peninajauan lokasi ini, didapatkan hasil bahwa ternyata penggugat salah sasaran (salah lokasi) dalam mengklaim sertifikat Rudy Resnawan tersebut.

Pengembangan Kebijakan Agraria untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlanjutan Ekologis