Administrasi Pertanahan di Kelurahan: Masalah dan Pemecahannya

b. Administrasi Pertanahan di Kelurahan: Masalah dan Pemecahannya

Dalam sistem pertanian ladang berpindah seperti jamak terjadi di luar Jawa, hak atas tanah diperoleh melalui pembukaan hutan dan pemanfaatannya untuk budidaya pertanian dalam suatu siklus rotasi penanaman. Tanah yang sudah ditanami cukup lama dan tidak subur lagi akan ditinggalkan untuk beralih ke lokasi yang berbeda, sampai kemudian kembali lagi ke tanah yang pertama kali dibuka yang karena sudah ditinggalkan cukup lama kesuburan tanahnya sudah pulih kembali. Dalam sistem semacam itu, tanah yang telah lama ditinggalkan bukanlah “tanah kosong” karena pemiliknya sewaktu-waktu dapat kembali lagi untuk menggarap tanah tersebut.

Ketika hutan masih cukup luas dan jumlah penduduk terbatas, sistem pertanian ekstensif ini dapat berjalan dengan baik meskipun tidak ada sistem administrasi pertanahan yang

Administrasi Pertanahan dan Larasita: Mengangankan Ruang Negosiasi-Partisipasi Rakyat di Level Desa

mengaturnya. Persoalan muncul ketika tanah menjadi sumberdaya yang semakin langka seiring dengan peningkatan populasi dan perubahan ekonomi politik yang lebih luas.

Di Cempaka banyak terjadi orang yang membuka hutan kemudian mengakui bahwa tanah bekas hutan yang dibuka itu berada dibawah penguasaanya, namun tidak merawat atau menjaga tanah tersebut. Bidang tanah yang sudah dibersihkan tersebut dibiarkan begitu saja tanpa diurus hingga tanah yang sudah bersih itu kembali menjadi semak belukar. Hal ini dapat terjadi selain karena sistem pertanian ekstensif tadi juga karena adanya peluang ekonomi baru yang tercipta, misalnya penambangan atau pekerjaan baru lain seiring dengan terbukanya daerah ini berkat berbagai program pembangunan pemerintah. Kemudian datang orang lain yang mengira tanah tersebut tidak ada yang menguasai. Orang yang datang belakangan ini kemudian membersihkan tanah tersebut dan menanaminya, artinya dialah yang secara faktual merawat atau menggarap tanah itu.

Selanjutnya, sesuai kelaziman di desa ini, orang yang datang belakangan ini juga meminta surat keterangan penguasaan tanah dari pembakal, yaitu kepala desa dalam istilah lokal. Pembakal dibantu kepala padang (sekarang RT) adalah orang yang diberi kewenangan untuk menerbitkan suarat pernyataan penguasaan tanah oleh pemerintah. Biasanya pembakal pun dengan mudah

membuatkan surat tersebut. 17 Kebiasaan yang demikian itu terjadi karena tanah belum memiliki nilai jual tinggi sehingga sebagian orang yang rajin membuka lahan dapat menguasai tanah sangat luas, dan sebagian orang yang tidak pernah membuka lahan atau

17. Wawancara dengan Rijani Selasa 7 Juni 2010, Syafrudin Na’im Senin 6 Juni 2010, Masjuaini 6 Juni 2010

Pengembangan Kebijakan Agraria untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlanjutan Ekologis

tidak rajin membuka lahan tidak memiliki tanah sama sekali. Aktivitas pendulangan melupakan masyarakat akan arti penting tanah di masa depan.

Melalui mekanisme seperti diuraikan di atas maka saat ini di Cempaka ditemukan tiga surat tanah yang menjadi

alas hak 18 penguasaan tanah, yaitu; (1) Surat Keterangan Kepala Padang;

(2) Surat Keterangan Tanah (SKT); dan (3) Surat Keterangan Penguasaan Fisik Bidang Tanah (Sporadik). Mengenai perbedaan ketiga jenis surat tersebut lihat tabel.1.

Tabel.1. Perbandingan Tiga Jenis Alas Hak

Surat keterangan Surat Keterangan Jenis surat

Kepala Padang?Izin

Sporadik Pembukaan Tanah

Tanah

(SKT)

Format Isian

1. dasar-dasar

1. identitas yang pemberian izin

1. letak tanah

2. ukuran tanah membuat 2. pihak yang diberi

3. ukuran dan halat- pernyataan izin

berhalat (batas- 2. letak tanah yang 3. peruntukan tanah,

dimaksud 4. letak tanah/ lokasi

batas) tanah,

4. pihak yang 3. ukuran (panjang, tanah

menguasai

lebar luas),

18. Alas hak adalah bukti dasar untuk pengurusan sertifikat ke BPN. SKT, Sporadik, ataupun Surat Keterangan Kepala Padang merupakan bentuk- bentuk alas hak. Pada dasarnya walaupun belum mendapatkan legalisasi hak atas tanah berupa sertifikat (hanya memegang surat yang disebut “alas hak” tersebut), para pemegangnya tetap memiliki penguasaan penuh atas bidang tanahnya. Dengan bukti hak tersebut ia bisa menjual, menggadaikan, mewariskan, mewakafkan, dan sebagainya kecuali sebagai bukti agunan ke Bank. Bank tidak menerima agunan tanah kecuali yang memiliki sertifikat. Sementara pihak yang paling berhak dan terpercaya oleh Bank dalam pembuatan sertifikat adalah BPN, tidak yang lain. Dapat dikatakan sertifikat adalah pengakuan kepemilikan oleh negara secara formal terhadap bidang tanah tertentu atas nama seseorang.

Administrasi Pertanahan dan Larasita: Mengangankan Ruang Negosiasi-Partisipasi Rakyat di Level Desa

5. luas tanah 5. peruntukan tanah, 4. batas-batas (utara- 6. ditandatangani

6. riwayat tanah, selatan-timur- oleh kepala

7. tanda tangan barat), kampung, kepala

pemilik, tanda 5. riwayat tanah, padang dan camat

tangan saksi-saksi, 6. tanda tangan 7. di bagian

kepala kelurahan, oleh: pihak belakang surat

yang membuat tersebut tertera

dan camat

8. materai Rp. 1000 pernyataan, saksi- “syarat-syarat

saksi, ketua RT, pemegang hak

lurah 8. gambar situasi

7. materai Rp. 6000. (tanah) 9. Tembusan

Tahun

Tidak diingat karena Sejak 2001 sudah 2006-sekarang hanya

Dikeluarkan

sudah lama sekali

menerbitkan Sporadik Tidak diterbitkan lagi penerbitanya Masih diterbitkan untuk fasilitas umum

mulai dikurangi

Kewenangan

Jual beli, hibah, waris, Jual beli, hibah, waris, Jual beli, hibah, waris,

Pemilik

wakaf, gadai sebagainya.

wakaf, gadai, dan

wakaf, gadai

Posisi Aparat

Pemberi hak & dapat Pemberi & dapat Penyetuju & tidak

Desa

terlibat perkara pidana terlibat perkara pidana dapat terlibat perkara atau perdata

atau perdata

pidana atau perdata

Pihak Yang

Pemohon, Kepala Pemohon, saksi- Pemohon, saksi-saksi, Terlibat dalam padang, Pembakal,

saksi,RT/RW,

RT/RW, Lurah

Pembuatan

Camat Pembakal/Lurah, Camat

Status Hukum Kurang kuat karena Kuat karena saksi Kurang kuat karena tidak ada saksi

harus pemilik batas saksi bisa hanya orang tanah bersebelahan &

yang kenal dengan prosesnya sampai ke

pemilik batas tanah

kecamatan

bersebelahan, dan prosesnya hanya sampai kelurahan.

Dasar hukum Adat Kedesaan yang

PP. No 24 Tahun 1997 menjadi kewenangan

Adat kedesaan

kewenangan desa desa tanpa dasar

tanpa dasar hukum hukum

Pengembangan Kebijakan Agraria untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlanjutan Ekologis

Surat Penyataan tersebut dibukukan dalam Buku Tanah di kelurahan. Sedangkan buku tanah yang terdapat di Kelurahan Cempaka ada 2 (dua) model. Buku tanah pertama formatnya dibuat oleh kelurahan untuk pembukuan Sporadik sedangkan buku tanah yang kedua formatnya dari pemerintah kota. Dua tabel di bawah ini menjelaskan format dan contoh isian kedua buku tanah tersebut.

Tabel. 2. Format dan Contoh Isian Sporadik

Nomor dan Nama Letak/Lokasi/Riwayat Tanah Ukuran/Luas Tanah/ Batas-batasnya RT/RW Tanggal Registrasi

Malasari Sawahan/Rt.29/02

29/02 No. 001, Tgl Penggantian Sporadik Nomor (Utara) : 232 m : Ir.

L: 18.108 m² U

04/01-2010 57/170/KC/2004 dan No.

Agus Mulyahusin, S 58/170/KC/2004 yang

(Selatan) 271 m: Ir. hilang. Dasar laporan polisi

Agus Mulyahusin, T nomor: Pol:STPLKB/175/

(Timur) 62 m: Jalan, XII/2009/SPK Tgl 29 Des

B (Barat) 82: Ahmad 2009

Yani

Tabel. 3. Format dan Contoh Isian SKT

Batas-batas Keterangan Pemilik

Nama Letak Asal Usul

Ukuran

Tanah Kepemilikan

(Panjang,

Sejak Tahun

Lebar, Luas)

Royani, Cempaka Hj. Tasmiah, Hj. Panjang Utara 54 m Asrama diberikan/ Cempaka

Polsek Cempaka, dikeluarkan 14 Oktober

Hulu Rt. Samsiyah, Hj.

24,5 m,

03 A Rahimah diganti Lebar 21,5 Selatan 2583 m tgl. 28 1976, Swasta,

Tanah pemko Januari Cempaka

rugi oleh Dian

m, Luas 1.

Sawitri SKT No. 171,75 m Banjarbaru & 27 2004 Hulu No 79

95/I-15/KC/ m dg Jalan, Timur Rt.03 Rw. 01

III/2000 tgl 24 23,5 m dengan Hj. Kel. Cempaka

Agustus 2000 Rahimah, Barat 20 m dengan Jl. Mistar Cokrokusumo

Administrasi Pertanahan dan Larasita: Mengangankan Ruang Negosiasi-Partisipasi Rakyat di Level Desa