Prosedur dan Persyaratan IPPKH untuk Pertambangan
11.3 Prosedur dan Persyaratan IPPKH untuk Pertambangan
11.3.1 Perkembangan Proses IPPKH Saat ini Kemenhut telah memproyeksikan PNBP penggunaan kawasan hutan
selama 2011-2014 sekitar Rp 1 triliun atau sekitar Rp 250 milian/tahun dengan target luasan sekitar 1 juta hektar. Target ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai PNBP Rp 200 milyar. PNBP penggunaan kawasan hutan sudah ditetapkan melalui PP No. 2 Tahun 2008 tentang PNBP yang berasal dari penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembanguan di luar kegiatan kehutanan (Kemenhut, 2011).
Jumlah IPPKH yang dikeluarkan dari tahun 2009-2010 adalah sekitar 123 unit (2009) dan 54 unit (2010), sedangkan jumlah izin ekplorasi mencapai 66 unit (2009) dan 25 unit (2010). Perkembangan IPPKH tahun 2009-2010 disajikan pada Tabel 2.
Tata Kelola Ijin Pinjam-Pakai Kawasan Hutan
Tabel 2. Perkembangan IPPKH tahun 2009-2010
Eksploitasi (2005- No.
Persetujuan izin
1. IPPKH - Unit
54 390 - Luasan (ha)
327.316,21 2. Izin eksplorasi
- Unit 66 25 187 - Luasan (ha)
1.214.895,74 Total - Unit
79 577 - Luasan (ha)
Sumber: Kemenhut (2011)
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah IPPKH yang telah dikeluarkan selama kurun waktu 2005-2010 sebanyak 567 unit dengan luasan mencapai 471.723,15 ha dan iizn eksplorasi sebanyak 845 unit dengan areal seluas 1.594.182,40 ha. Ada laju penurunan yang signifikan yaitu sekitar 58% terkait dengan jumlah IPPKH dan izin eksplorasi yang dikeluarkan oleh Kemenhut, dari 189 unit (2009) menjadi 79 unit (2010). Penurunan jumlah IPPKH resmi ini disebabkan karena banyak pengusaha tambang yang melakukan bisnisnya secara ilegal karena dianggap lebih sedikit biaya “backing” kegiatan ilegalnya daripada harus mengurusnya secara resmi.
11.3.2 Prosedur dan persyaratan IPPKH Prosedur dan persyaratan IPPKH telah dijelaskan secara rinci dalam PP No.
24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan yang terkait dengan: 1) jenis kegiatan pembangunan di luar bidang kehutanan yang diperbolehkan untuk IPPKH,
2) jenis dan fungsi kawasan hutan yang dialokasikan untuk IPPKH, 3) persyaratan dalam permohonaan IPPKH, dan 4) proses dan pemohonan IPPKH.
Jenis kegiatan pembangunan di luar sektor kehutanan yang diperbolehkan untuk IPPKH adalah penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan, hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan. Ada 12 jenis kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan untuk IPPKH, yaitu kegiatan: 1) religi; 2) pertambangan;
3) instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi energi baru
Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Reforma Agraria untuk Mendukung Tata Kelola Kehutanan yang Baik
Jenis dan fungsi kawasan hutan yang dialokasikan untuk IPPKH adalah kawasan hutan produksi dan/atau kawasan hutan lindung. Pengertian hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Definisi hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
Persyaratan dalam permohonan IPPKH meliputi persyaratan dasar, utama dan penunjang. Persyaratan dasar seringkali disebut sebagai persyaratan fisik, meliputi: 1) tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan dan 2) mengenai batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan akan diatur dengan peraturan Menteri Kehutanan. Persyaratan utama dalam permohonan IPPKH khusus pertambangan adalah memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1) dalam kawasan hutan produksi dapat dilakukan: a) penambangan dengan pola pertambangan terbuka dan b) penambangan dengan pola pertambangan bawah tanah; 2) dalam kawasan hutan lindung hanya dapat dilakukan penambangan dengan pola pertambangan bawah tanah dengan ketentuan dilarang mengakibatkan: a) turunnya permukaan tanah; b) berubahnya fungsi pokok kawasan hutan secara permanen; dan c) terjadinya kerusakan akuiver air tanah. Persyaratan penunjang dalam permohonan IPPKH dapat dilakukan dengan 1) kompensasi lahan, 2) pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan 3) tanpa kompensasi lahan dan PNBP.
IPPKH diberikan oleh Menteri Kehutanan melalui permohonan. Permohonan IPPKH diajukan oleh: 1) menteri atau pejabat setingkat menteri; 2) gubernur; 3) bupati/walikota; 4) pimpinan badan usaha; atau 5) ketua yayasan. Permohonan yang diajukan harus memenuhi persyaratan: 1) administrasi dan 2) teknis. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan administrasi dan teknis akan diatur dengan peraturan Menteri Kehutanan.
Tata Kelola Ijin Pinjam-Pakai Kawasan Hutan