Kriteria dan Indikator Konsep Desa Hutan
8.5 Kriteria dan Indikator Konsep Desa Hutan
Konsep Desa Hutan merupakan desa yang terbentuk karena tekanan penduduk dan inisiatif Pemda yang didasarkan pada Perda. Hanya saja konsepnya harus
Reforma Agraria Sektor Kehutanan Melalui Pengembangan Konsep Desa Hutan
Tabel 1. Perbedaan perencanaan sepihak dalam pengelolaan hutan di Jawa oleh Perhutani dengan perencanaan partisipatif (Perhutani, 2007).
Komponen Perencanaan sepihak Perencanaan partisipatif Pelaku
Pemegang hak kelola, misalnya Para pihak terlibat, misalnya Perhutani, Perhutani
Masyarakat Desa Hutan, Pemerintah Desa, Dinas/ instansi terkait, koperasi pedagang hasil pertanian dan hasil hutan
Proses Instruksi (top down) Partisipatif (semua pihak terkait) Tujuan
Kelestarian pengusahaan Kelestarian sumber daya hutan dan kesejahteraan pengelolaan
hutan
masyarakat
Ruang lingkup Aspek ekologi dan ekonomi Aspek ekologi, ekonomi, kelembagaan dan sosial perusahaan
masyarakat desa hutan Sasaran
Sumber daya hutan Sumber daya alam, masyarakat desa hutan Tanggung jawab
Perhutani/Pemegang ijin KPH Semua pihak yang terlibat
Risiko
Perhutani/Pemegang ijin KPH Semua pihak yang terlibat
dipertegas, di mana pembentukannya harus dalam kerangka kelestarian dan menjaga hutan, dan spesifik masyarakatnyapun harus lebih berorientasi pada budaya hutan (agroforestry). Oleh sebab itu perlu adanya integrasi, koordinasi dan kerjasama antara Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kehutanan. Konsep Desa Hutan harus dijabarkan dalam bentuk fungsi dan peran hutan dan kawasan hutan dilihat dari aspek ekologis (konservasi dan lindung), fungsi ekonomi (produksi) dan fungsi sosial budaya dalam pelaksanaan program dan kebijakan pembangunan desa. Sementara ini, desa di dalam kawasan tersebut mengelola kawasan tersebut secara serabutan (sporadis) menurut pengetahuan dan kemauan masyarakat mengikuti kondisi budaya, sosial dan ekonomi setempat.
Program pembangunan kehutanan yang dilaksanakan saat ini oleh berbagai instansi dengan kewenangan masing-masing, baik yang bersumber dari pusat maupun dari daerah. Kurangnya koordinasi antar instansi mengakibatkan adanya kegiatan yang tumpang-tindih di lapangan. Dalam kaitan ini, sudah saatnya dilakukan konsolidasi semua program dan kegiatan pembangunan pertanian dan Kementerian Pertanian perlu mengambil inisiatif pelaksanaannya. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dapat mengambil inisiatif dan segera merancang kegiatan.
Semakin derasnya okupasi lahan dan berdirinya desa definitif di dalam kawasan hutan disadari karena adanya ketiadaan pengelola yang bertanggung jawab terhadap keberadaan kawasan hutan. Kenyataan ini harus menyadarkan kepada para pihak bahwa tanggungjawab pengamanan dan penguasaan hutan (land tenure) bukan saja menjadi tanggung jawab Kementerian Kehutanan, tetapi juga kementerian terkait lainnya. Dari
Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Reforma Agraria untuk Mendukung Tata Kelola Kehutanan yang Baik
Gambar 2 menunjukkan gejala perpindahan penduduk dari wialah-wilayah yang lebih maju ke wilayah-wilayah kawasan hutan yang didorong oleh tekanan pasar komoditas primer perkebunan (sawit dan karet) dan program transmigrasi dan tekanan penduduk. Arus pergerakan migrasi penduduk tersebut secara nyata telah ikut berkontribusi semakin menyempitnya lebensraum komunitas rimba dan terhadap perubahan sosial masyarakat desa hutan (rimba).
Hasil penelitian Wibowo et al. (2012) menunjukkan bahwa berdasarkan wawancara dengan key informan para kapitalis dengan kapitalnya bisa membuka lahan ilegal seluas 100-200 hektar sementara komunitas lokal dan rimba sampai maksimum
5 hektar. Para kapitalis dengan mudah membeli lahan-lahan para spekulan tanah dari komunitas lokal, termasuk orang rimba, atau kebun yang dikuasai secara ilegal dari pemilik yang terpaksa menjual karena tekanan hidup. Yang sungguh ironis adalah seringkali orang rimba dituding sebagai pencuri
ketika mencari makan di Desa transisional village
lahan-lahan hutan mereka Kawasan hutan
Desa/dusun
baru
yang diklaim sebagai lahan para migran maupun Komunitas
orang
perusahaan. Pengaruh
rimba/adat
(pasar, populasi,
Rahman (2008) resettlement programs) mengungkapkan bahwa
arus migrasi dan tekanan Transmigrasi
pasar semakin menajamkan Pertambangan Perkebunan
kesenjangan ekonomi antara Transmigrasi para migran, pemodal, Gambar 2. Arus kecenderungan gerakan penduduk dari berbagai
Hutan Tanaman Industri/
Hak Pengusahaan Hutan
Transmigrasi
perusahaan perkebunan wilayah dan pulau ke wilayah-wilayah hutan dan HTI dalam penguasaan sumber-sumber ekonomi dan politik terhadap orang-orang rimba. Masyarakat Suku Anak Dalam (baca: orang rimba) memiliki posisi yang lemah, baik secara ekonomi maupun politik. Peta kekuatan antara masyarakat lokal dengan para pengusaha dan pemerintah tentunya saling tarik-menarik kepentingan. Hal ini seringkali membuat
Reforma Agraria Sektor Kehutanan Melalui Pengembangan Konsep Desa Hutan Reforma Agraria Sektor Kehutanan Melalui Pengembangan Konsep Desa Hutan
Ada empat langkah yang dilakukan dalam merumuskan kriteria dan indikator:
1. Mengumpulkan bahan tentang sumber daya hutan, SDM, kelembagaan dan sumber daya ekonomi.
2. Membangun prinsip, kreteria dan indikator, mengukur berdasarkan visi dan misi serta berdasarkan aspek pengelolaan hutan.
3. Melakukan pembobotan.
4. Penetapan nilai. Langkah pertama dengan melakukan identifikasi semua data dan informasi berdasarkan
pendekatan pengelolaan hutan, baik dari aspek teknis dan ekologi sumberdaya hutan, sosial ekonomi dan penguasaan lahan oleh masyarakat serta kelembagaan yang ada dimasyarakat. Berdasarkan hasil tabulasi pembobotan aspek pada Tabel 2 yang sangat berpengaruh dalam konsep desa hutan adalah aspek ekologi/konservasi. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi kawasan sangat penting bagi masyarakat karena status lahan garapan yang dikelola berada di dalam kawasan hutan yang merupakan bagian dari unit manajemen KPH.
Tabel 2. Hasil tabulasi kriteria yang dibangun berdasarkan masing-masing aspek
Rata- Aspek
Bobot rata
Kriteria
1. Ekologi/ 3,6 Pengelolaan hutan dilakukan oleh multipihak (Kementerian 3 Konservasi
Kehutanan, Dinas Kehutanan Propinsi dan Dinas Kehutanan Kabupaten)
3,6 Budidaya tanaman campuran jenis tanaman (agroforestry)
Perencanaan kawasan berdasarkan fungsi
3,2 2. Kelembagaan
2,7 Kerjasama antar lembaga terkait dalam pengembangan desa 3,2
hutan Adanya jaminan status hak garap/kepemilikan lahan
Aturan legal Pemerintah Daerah (Perda)
2,6 Pendekatan pengelolalan hutan dari atas ke bawah
2,5 Hukum dan peraturan yang menjamin dalam pe-manfaatan
hutan dan sistem tata guna hutan lestari Terdapat integrasi Pemerintah Pusat-Daerah dalam
pengelolaan hutan (kawasan hutan)
Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Reforma Agraria untuk Mendukung Tata Kelola Kehutanan yang Baik
Rata- Aspek rata
Kriteria
Bobot
Pemerintah Daerah (Propinsi dan Kabupaten) mem-punyai 3,3 hak dan kewajiban terhadap kelestarian hutan
Pembangunan kehutanan akan berhasil tanpa dukungan 1,8
pemerintah daerah
3. Ekonomi 2,4 Menjamin akses sumber daya hutan 2,9 Menjamin keberlanjutan ekonomi bagi masyarakat
3,1 Menjamin peluang berusaha dan lapangan pekerjaan
2,9 Terdapat bimbingan dan pendampingan dari instansi terkait
(pertanian, perkebunan, peternakan) Terdapat kerjasama dengan pihak pengusaha (swasta)
2,5 4. Sosial dan budaya