Implementasi Kebijakan Forest Tenurial Dalam Konteks Pengelolaan Hutan Oleh Masyarakat
7.5 Implementasi Kebijakan Forest Tenurial Dalam Konteks Pengelolaan Hutan Oleh Masyarakat
Selama belum ada perubahan dalam kultur dan struktur di birokrasi Pemerintahan, dalam hal ini Kementerian Kehutanan, di mana orientasi hutan untuk tujuan ekonomi dan berbasis pengusaha, maka perubahan paradigm pengelolaan hutan tidak akan pernah terjadi. Satu-satunya jalan untuk melakukan perubahan paradigm adalah dengan mengubah orientasi yang tadinya hanya untuk ekonomi dan pengusaha, maenjadi keberpihakan kepada aspek kelestarian ekologis/lingkungan dan sosial budaya. Memberikan kesempatan hak kelola kepada masyarakat lokal sudah mengandung unsur keberpihakan kepada lingkungan karena terdapat kearifan lokal masyarakat terhadap hutan, dan hal ini adalah sesuatu yang pasti. Cara hidup masyarakat dengan karakter kesederhanaan, kerja keras, gotong royong merupakan modal sosial yang harus dibangun dan dilembagakan oleh Negara (Pemerintah) karena pembangunan kehutanan pada dasarnya adalah untuk kesejahteraan rakyat.
Atas dasar pemikiran ini, sudah merupakan konsekuensi logis dari penggabungan Kementerian Kehutanan di bawah payung Lingkungan Hidup disebabkan karena: 1) yang menonjol selama ini adalah kerusakan dan kebakaran hutan serta pembalakan liar, yang perlu mendapatkan perhatian dari Negara; 2) kecenderungan semakin menguatnya resentralisasi dalam pengelolalan hutan juga membuat semakin kuatnya birokrasi di sektor kehutanan yang selalu menunggu kebijakan Pusat; 3) rendahnya tanggung jawab Pemerintah Daerah terhadap wewenang dalam mengurus peran dan fungsi hutan, yang bersifat menunggu dari Pusat; 4) makin menguatnya ego-sektoral kementerian dan ego pusat-daerah dalam praktek penyelenggaraan Negara, sehingga tidak ada sinergitas antara otoritas kehutanan, lingkungan hidup dan masyarakat. Satu-satunya jalan yang dapat menjamin keberhasilan dalam pengelolaan hutan adalah dengan mendorong pengelolaan hutan berbasis masyarakat dan dimulai dengan proses perencanaan hutan berbasis tenurial.
Dalam proses perencanaan hutan, tenurial merupakan aspek yang krusial. Tanpa mempertimbangkan aspek kejelasan tenurial maka pelaksanaan kegiatan sulit berjalan
86 Membumikan Reforma Agraria di Sektor Kehutanan: Menuju Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat 86 Membumikan Reforma Agraria di Sektor Kehutanan: Menuju Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat
Fondasi dasar dalam perencanaan hutan berbasis tenurial yang clear dan clean hanya terwujud manakala perencanaan tersebut berbasis paradigma baru yang dikenal sebagai evidence-based planning, bukan hanya pada legal-based planning. Dalam arti ortodoksi model perencanaan yang hanya mengandalkan kewenangan yurisdiksional absolut dan dukungan data yang tidak akurat harus mulai ditinggalkan. Walaupun dalam perencanaan tersebut telah didukung oleh teknologi yang sahih, misalnya teknologi pemetaan terbaru, namun itu belum cukup. Perencanaan berbasis tenurial yang kuat harus dibaca dalam perspektif sebagai ruang negosiasi dengan berbagai kelompok kepentingan terlebih bila existing condition atau kondisi faktual di lapangan banyak tumpang-tindih yang melibatkan berbagai aktor atau kelompok kepentingan. Filosofi dasar perencanaan hutan harus dimaknai sebagai bagian dari solusi konflik, bukan menjadi pemicu atau sumber konflik.
Paradigma baru perencanaan hutan berbasis tenurial harus menempatkan manusia dan hutan, terutama masyarakat desa hutan bukan dalam opisisi biner, hitam putih dan dalam relasi asimetris yang cenderung meminggirkan manusia tetapi justru dalam kontek relasi yang terintegratif. Perencanaan harus menempatkan masyarakat sebagai mitra atau salah satu subyek dalam perencanaan tersebut. Dan yang lebih penting perencanaan hutan harus mampu membangun kerangka pengaman atau safeguard bagi masyarakat, bukan sebaliknya.
Berbagai peraturan pemerintah yang diturunkan dari UU No. 41/1999 yang disusun pada awal reformasi di mana semangatnya sangat kuat berpihak kepada masyarakat, ternyata tidak mengubah semangat dan ruh kebijakan birokrasi dalam kultur dan strukturnya yang berpihak kepada lingkungan hidup dan masyarakat karena yang diberikan perhatian utama dalam memberikan ijin-ijin pengelolaan dan pemanfaatan hutan dan kawasan hutan masih pihak-pihak pengusaha. Adanya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 35 tahun 2012 tentang Hutan Adat
Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Reforma Agraria untuk Mendukung Tata Kelola Kehutanan yang Baik Reforma Agraria untuk Mendukung Tata Kelola Kehutanan yang Baik