Semangat Memurnikan Ajaran Koperasi berdasarkan Konstitusi

2. Semangat Memurnikan Ajaran Koperasi berdasarkan Konstitusi

Peralihan kekuasaan dari Orde lama ke Orde baru, bukan saja menandai dimulainya era Soeharto, namun pergantian kekuasaan ini juga berarti menyebabkan beberapa hal, antara lain; Pertama dibubarkannya Partai Komunis Indonesia (PKI) serta dilarangnya penyebarluasan ajaran Marxisme-Leninisme. Kedua, menyebabkan terjadinya perubahan mendasar dalam tatanan sosial dan politik Indonesia, yakni peranan politisi sipil yang dalam era pemerintahan Soekarno cenderung sangat menonjol, selanjutnya pada masa Orde Baru dominasi tentara menjadi menonjol. Ketiga, sistem politik multi partai-multi ideologi, berubah menjadi sistem politik tiga organisasi politik dengan asas ideologi tunggal, yakni Pancasila

Kehadiran Orde Baru membawa semangat dan harapan baru bagi bangsa Indonesia ketika itu. Dalam struktur ekonomi negara, Orde Pemerintah Orde Baru diharapkan mampu melakukan penataan dan penertiban kembali struktur perekonomian di negara yang terlalu dicampuri urusan politik pada masa Orde Lama. Seiring dengan tindakan tersebut, upaya pemerintah dalam membenahi koperasi

98 Hukum Koperasi

Dalam Potret Sejarah di Indonesia Dalam Potret Sejarah di Indonesia

Ketika itu, Pemerintah Orde Baru bertekad untuk mengembalikan koperasi ke dalam marwah ekonomi bukan lagi politik, Koperasi harus kembali ditegaskan menjadi Soko Guru Perekonomian Nasional. Usaha pemerintah Orde Baru tersebut diawali dengan membangun kembali kerangka dasar bagi kehidupan koperasi baik dalam peranannya sebagai alat pendemokrasian dan perjuangan ekonomi rakyat sehingga menjadi urat nadi perekonomian bangsa, maupun sebagai alat dalam pembinaan insan masyarakat Indonesia ke arah terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

Sejarah banyak menuliskan bahwa Pemberontakan G30S/PKI merupakan malapetaka besar bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Pengaruh PKI dirasa sudah masuk ke semua lini kehidupan berbangsa, termasuk dalam berkoperasi. Oleh karena itu rentetan dari TRITURA adalah membersihkan sendi-sendi dan kehidupan koperasi dari anasir PKI, dengan kebulatan tekad rakyat dan bangsa Indonesia berkehendak untuk kembali dan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Gerakan koperasi harus kembali pada ruh Pancasila dan UUD 1945. Ruh tersebut terkandung di dalam Pasal 33 UUD 1945. Di dalam merespon kehendak rakyat inilah, setelah terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat sementara (MPRS), maka salah satu ketetapan yang penting bagi gerakan koperasi di Indonesia adalah ditetapkannya Tap. MPRS No.XXIII/ MPRS/1966 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan dalam Sidang Umum MPRS

IV pada tahun 1966. Tap. MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan adalah cerminan kehendak masyarakat yang ingin kembali menerapkan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Pertimbangan ditetapkannya Tap MPRS tersebut adalah :

a) Bahwa untuk menanggulangi penderitaan Rakyat yang makin meningkat akibat dari kemerosotan ekonomi Indonesia yang

Hukum Koperasi Dalam Potret Sejarah di Indonesia 99 Hukum Koperasi Dalam Potret Sejarah di Indonesia 99

b) Bahwa langkah pertama kearah perbaikan ekonomi rakyat ialah penilaian kembali daripada semua landasan-landasan kebijaksanaan ekonomi, keuangan dan pembangunan, dengan maksud untuk memperoleh keseimbangan yang tepat antara upaya yang diusahakan dan tujuan yang hendak dicapai, yakni masyarakat Sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila;

c) Bahwa sadar akan hakekat sumber pokok daripada kemerosotan ekonomi, maka untuk melaksanakan sub b tersebut diatas adalah kembali kepelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 pada dirinya mengandung jaminan-jaminan ketentuan atau garansi- garansi obyektif yang memungkinkan dan bahkan mewajibkan penganwasan yang efektif oleh Rakyat terhadap kebijaksanaan pemerintah melalui lembaga-lembaga perwakilan rakyat.

Penegasan tentang urgensi bahwa Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan harus didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 tersebut juga dinyatakan di dalam diktum-diktum awal batang tubuh Tap MPRS tersebut. Diantaranya.

Pasal 1 Sadar akan kenyataan bahwa hakekat dari proses kemerosotan yang cepat dari Ekonomi Indonesia selama beberapa tahun ini adalah penyelewengan dari pelaksanaan secara murni daripada Undang-Undang Dasar 1945, yang tercermin dalam tidak adanya pengawasan yang efektif dari lembaga-lembaga perwakilan rakyat terhadap kebijaksanaan ekonomi pemerintah dan senantiasa kurang diserasikannya kepentingan politik dengan kepentingan ekonomi serta dikesampingkannya prinsip-prinsip ekonomi yang rasional dalam menghadapi masalah-masalah ekonomi, maka jalan keluarnya adalah kembali kepelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.

Pasal 2 Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 maka pengawasan yang efektif dari Rakyat terhadap kebijaksanaan ekonomi pemerintah harus berlangsung melalui

100 Hukum Koperasi

Dalam Potret Sejarah di Indonesia Dalam Potret Sejarah di Indonesia

Pasal 3 Dengan ditegakkannya pengawasan Rakyat yang efektif terhadap kebijaksanaan ekonomi, maka sesuai dengan hakekat Tri Tuntutan Rakyat dengan memperhatikan juga pentingnya pembangunan dalam bidang spiritual dan keagamaan, kepada masalah perbaikan ekonomi Rakyat harus diberikan prioritas utama diantara soal-soal nasional, sedang cara menghadapinya perlu didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi yang rasional dan realistis.

Pasal 4 Adapun landasan ideal dalam membina sistem ekonomi Indonesia dan yang senantiasa harus tercermin dalam setiap kebijaksanaan ekonomi ialah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, terutama Pasal-Pasal 23, 27, 33 dan 34 berikut penjelasan-penjelasannya.

Pasal 5 Hakekat daripada landasan ideal ini adalah pembinaan sistem ekonomi terpimpin berdasarkan Pancasila yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi dan yang bertujuan menciptakan masyarakat adil dan makmur yang diridoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Pasal 6 Demokrasi Ekonomi memiliki ciri-ciri positif, yakni :

a) perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas azas kekeluargaan, dan karenanya tidak mengenal struktur pertentangan kelas;

b) sumber-sumber kekayaan negara dan keuangan negara digunakan dengan permufakatan lembaga-lembaga perwakilan rakyat, sedang pengawasan dari penggunaan ada pada lembaga-lembaga perwakilan rakyat pula;

c) cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup rakyat banyak dikuasai oleh Negara;

Hukum Koperasi Dalam Potret Sejarah di Indonesia 101 Hukum Koperasi Dalam Potret Sejarah di Indonesia 101

e) hak milik perorangan diakui dan dimanfaatkan guna kesejahteraan masyarakat, dan karenanya tidak boleh dijadikan alat unruk mengeksploitasi sesama manusia.

f) potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara dapat diperkembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum;

g) fakir miskin dan anak-anak terlantar berhak memperoleh jaminan sosial.

Pasal 7 Dalam demokrasi ekonomi tidak ada tempat bagi ciri-ciri negatif sebagai berikut :

a) Sistim "free-fight liberalism" yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain dan yang dalam sejarahnya

di Indonesia telah menimbulkan dan mempertahankan kelemahan struktural dalam posisi Indonesia di ekonomi dunia;

b) Sistim "estatisme" dalam mana negara beserta aparatur ekonomi negara berdominasi penuh dan yang mendesak serta mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi diluar sektor negara;

c) monopoli yang merugikan masyarakat. Koperasi juga tidak luput dari bahasan yang dikendaki rakyat

untuk kembali kepada jati diri sebenarnya, yakni kembali kepada Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Di dalam Tap MPRS tersebut peranan Koperasi diatur di dalam Pasal 42 dan 43.

BAB V PERANAN KOPERASI Pasal 42 Unsur Koperasi merupakan aparatur yang penting dan wajar dalam struktur organisasi ekonomi Indonesia berlandaskan azas kekeluargaan, dan adalah wadah untuk memperjuangkan serta melindungi terutama kepentingan rakyat kecil.

Pasal 43 Tugas Koperasi adalah memberikan jasa, bergerak dibidang produksi dan bidang ekonomi lain serta harus dimampukan

102 Hukum Koperasi

Dalam Potret Sejarah di Indonesia Dalam Potret Sejarah di Indonesia

Seakan mendapat peluang dari kekuasaan, tuntutan untuk mengembalikan Koperasi kepada ruh Pancasila dan UUD 1945 terus bergelora dengan ditetapkannya Tap. MPRS No.XXIII/ MPRS/1966 tersebut. Dengan dibantu dan difasilitasi pemerintahan ketika itu, Gerakan Koperasi Indonesia (GERKOPIN) mengadakan Musyawarah Nasional (MUNAS) pada tanggal 17 Juli 1966 di Jakarta. Beberapa keputusan penting telah dihasilkan dalam Munas tersebut, yang antara lain :

a. Menetapkan doktrin koperasi, yaitu Swakerta Bina Raharja (bekerja sendiri membina kesejahteraan).

b. Menetapkan pola pembangunan koperasi yang meliputi aspek produksi, distribusi, dan pembiayaannya.

c. Kepada badan-badan perkoperasian diwajibkan untuk meluaskan dan mengintensifkan pendidikan perkoperasian, kursus- kursus, dan bekerjasama dengan lembaga pemerintah yang bertanggungjawab atas itu.

d. Meletakkan dasar pembinaan kerjasama internasional, yang di bidang organisasi hanya dilakukan oleh GERKOPIN sebagai organisasi tunggal koperasi-koperasi di seluruh Indonesia tanpa mengurangi hak untuk mengadakan hubungan langsung di bidang lainnya yang di lakukan oleh jenis-jenis koperasi itu sendiri.

Resolusi lain yang diputuskan dalam Musyawarah Nasional GERKOPIN ke-1 juga menyangkut hal-hal sebagai berikut:

a. Menolak dan membatalkan semua keputusan dan hasil Munas gerakan koperasi lainnya, yang diselenggarakan pada tahun 1961

Hukum Koperasi Dalam Potret Sejarah di Indonesia 103

(Munaskop I) dan tahun 1965 (Munaskop II). 4

b. Berterima kasih kepada pemerintah yang telah membekukan Kesatuan Organisasi Koperasi (KOKSI) dan mengakui Gerakan Koperasi Indonesia (GERKOPIN) sebagai satu-satunya organisasi kesatuan Gerakan Koperasi Indonesia yang sah. Dan menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) yang telah menetapkan Tap. MPRS No.XXIII/ MPRS/1966 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan

Di samping keputusan mengenai organisasi, terdapat 10 buah resolusi yang berkaitan dengan perkembangan perkoperasian, salah satunya adalah Mendesak kepada pemerintah agar segera mengganti UU No. 14 Tahun 1965 dengan undang-undang koperasi yang baru yang sejiwa dengan prinsip-prinsip koperasi. Sementara itu, dalam organisasi gerakan koperasi internasional, sejak 1966, GERKOPIN

menyatakan aktif kembali menjadi anggot ICA. 5 Dengan adanya GERKOPIN, maka secara secara ideologi

gerakan koperasi sudah bergeser. Namun hal tersebut belum dapat merubah persepsi umum yang ada di keseluruhan masyarakat. Pada saat itu, koperasi dinilai telah kehilangan sendi-sendi dasar koperasi mengakibatkan timbulnya berbagai pandangan masyarakat bagaimana sebaiknya mengembangkan koperasi di Indonesia. Di satu pihak menghendaki tetap adanya campur tangan pemerintah untuk membangkitkan ruh dan kehidupan koperasi, namun di sisi lain traumatik pada masa Orde Lama menyebabkan ada beberapa

4 Pada tanggal 21-27 April tahun 1961 diselenggarakan Musyawarah Nasional Koperasi I (Munaskop I) di gedung Utama Pekan Raya Surabaya untuk melaksanakan prinsip Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin. Munaskop ke-2 diadakan di Jakarta, dipimpin oleh Menteri Transkop (Drs. Achadi), Menteri Dalam Negeri (Dr. Soemarno Sastroatmodjo) dan Menteri/Sekjen Front Nasional (Soedibjo). Dengan beberapa keteta- pannya adalah :

a) Penetapan Bung Karno sebagai Bapak Koperasi, Pimpinan Tertinggi Gerakan Koperasi Indonesia dan Revolusi. Selain itu juga mengesahkan keputusan mengenai masalah nasional dan internasional.

b) Gerakan koperasi adalah bagian dari gerakan rakyat revolusioner yang berporoskan Nasakom c) KOKSI (Kesatuan Organisasi Koperasi Seluruh Indonesia) menyatakan keluar dari keanggotaan ICA (International Cooperative Alliance).

5 Djabarudin Djohan. op cit. hlm. 51 104

Hukum Koperasi Dalam Potret Sejarah di Indonesia Hukum Koperasi Dalam Potret Sejarah di Indonesia

Memurnikan ajaran dan sendi-sendi koperasi berarti mengembalikan landasan idiil koperasi kepada Pancasila, bukan lagi kepada kepemimpinan tunggal (atas nama apapun, pada masa Orde Lama atas nama Revolusi). Secara ideal, koperasi Indonesia merupakan satu-satunya wadah untuk menyusun perekonomian rakyat berasaskan kekeluargaan dan kegotong-royongan. Hal inilah merupakan ciri gerakan ekonomi yang harus dikembalikan untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap koperasi. Kekeluargaan dan kegotong-royongan berarti tidak memandang golongan, aliran, ideologi maupun kepercayaan yang dianut seseorang. Untuk itulah secara organisasi, koperasi Indonesia harus mampu menjamin adanya hak-hak individu serta memegang teguh asas-asas demokrasi. Mengembalikan fungsi Rapat Anggota sebagai kekuasaan tertinggi di dalam tata kehidupan koperasi tanpa ada intervensi kekuasaan adalah jaminan tata organisasi tersebut.

Masalah yang dihadapi pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap koperasi ternyata tidak mudah, selain melakukan berbagai upaya sebagaimana dimaksud di atas, berbagai tantangan lain juga harus segera diselesaikan oleh pemerintah guna mengembalikan kepercayaan masyarakat dan mengembalikan koperasi pada ajaran Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Tantangan tersebut yang utama adalah masalah permodalan yang menjadi hambatan utama. Masalah permodalan tidak bisa diselesaikan dengan hanya solusi internal

Hukum Koperasi Dalam Potret Sejarah di Indonesia 105 Hukum Koperasi Dalam Potret Sejarah di Indonesia 105

akibat krisis ekonomi yang dihadapi 6 . Oleh karena itu pemerintah ketika itu mendorong dunia perbankan untuk meningkatkan kepercayaannya kepada koperasi dengan memberikan berbagai dana stimulan. Selain itu pemerintah juga mendirikan Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (JLKK) yaitu lembaga yang menjamin kredit yang diberikan oleh bank pemerintah kepada koperasi.