Krisis Moneter dan Berhentinya Soeharto

1. Krisis Moneter dan Berhentinya Soeharto

Krisis moneter yang melanda Negara-negara di Asia Tenggara sejak bulan Juli 1996, juga mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Krisis berawal dari devaluasi mata uang Bath Thailand. Krisis moneter ini menyebabkan beberapa negara Asia, seperti Filipina, Korea dan Malaysia mengalami krisis keuangan. Termasuk Indonesia dengan berimbas pada nilai tukar rupiah terhadap dollar. Berawal pada bulan Juli 1997, di Indonesia terjadi depresiasi nilai tukar rupiah, nilai rupiah terus merosot. 1 Dollar Amerika yang tadinya senilai dengan Rp. 2.400,- terus merangkak naik hingga mencapai Rp. 7000,- Rp. 12.000,- . Pada bulan Januari 1998, nilai tukar rupiah menyentuh hingga level Rp. 17.000/US Dollar, atau kehilangan 85% nilainya. Nilai rupiah terdepresiasi lebih dari 80 persen sejak mata uang tersebut diambangkan 14 Agustus 1997. Krisispun menyebar bukan hanya pada nilai tukar, tapi juga menjadi krisis ekonomi. Ada beberapa penyebab krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997- 1998. Sistem ekonomi Indonesia yang pada awal tahun 1990-an sempat diperkirakan sebagai rising star sejajar dengan Singapura dan Korea Selatan, justru mengalami kemunduran. Kemunduran tersebut bukan hanya pada nilai tukar saja tetapi juga terjadi pada inti sistem perekonomian, yakni sistem perbankan.

174 Hukum Koperasi

Dalam Potret Sejarah di Indonesia

Semenjak Paket Oktober 1988, sektor swasta diberi kebebasan untuk mendirikan bank dengan berbagai kemudahan. Akibatnya perbankan tumbuh subur namun lemah pondasinya. Kondisi tersebut diperparah dengan kemudahan sektor swasta untuk mendapatkan pinjaman dari luar negeri. Hutang swasta yang jatuh tempo ini seakan mempertegas bahwa kuatnya sistem ekonomi di Indonesia ketika itu hanya sebatas permukaan, pondasinya masih jauh dari kuat, bahkan tepatnya lemah. Kondisi ekonomi Indonesia ketika itu disebut bubble economy atau ekonomi gelembung, artinya tidak harus menunggu hantaman angin besar untuk meletus, cukup terpaan angin sepoi saja gelembung dapat meletus.

Usaha pemerintah dengan didukung Bank Indonesia berupa berbagai bantuan ketika itu justru memperparah kondisi ekonomi dan politik. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) kepada perbankan berujung pada tidak dikembalikannya bantuan tersebut dengan dalih kredit macet. Bahkan 16 bank terpaksa harus dilikuidasi karena termasuk dalam kategori bank gagal. Situasi ini menimbulkan kepanikan di masyarakat, akibatnya masyarakat beramai-ramai mengambil dananya yang disimpan pada bank, terjadilah bank runs. Para pemilik uang melarikan uangnya, bahkan uang hasil kejahatan BLBI dibawa kabur ke luar negeri. Kepanikan tersebut diperparah dengan kebijakan pemerintah Soeharto pada tanggal 15 Januari 1998 menandatangani letter of Intent (LoI) dengan International Monetary Fund (IMF). Penandatanganan ini menunjukkan seakan Presiden Soeharto mengingkari sendiri Catur Kridha Kabinet Pembangunan

VII, khususnya Kemandirian, yakni lepas dari ketergantungan pada pihak lain dan percaya atas kemampuan sendiri. 1

Inflasi pada tahun 1998 hampir menyentuh angka 78 %, akibatnya harga kebutuhan pokok melambung dan kemampuan

1 Soeharto ketika itu seakan tidak punya pilihan lain untuk tidak mengambil IMF sebagai mitra dalam mengatasi krisis. Fakta mengejutkan dituliskan oleh Ahmad Khusaini dalam http://www.antaranews.com/berita/102370/imf-di-balik-kejatuhan-soeharto diakses 2 Februari jam 06.00 wib

IMF di Balik Kejatuhan Soeharto?

Kamis, 15 Mei 2008 14:26 WIB ... “Yang dipahami orang waktu itu adalah Soeharto jatuh karena krisis ekonomi. Tapi be- lakangan, pemahaman itu berubah seiring dengan berjalannya waktu dan bersuaranya para

Hukum Koperasi Dalam Potret Sejarah di Indonesia 175 Hukum Koperasi Dalam Potret Sejarah di Indonesia 175

Tekanan masyarakat yang tadinya hanya kekecewaan terhadap pemerintahan berubah dengan menghendaki Soeharto lengser dari kursi kepresidenan RI. Aruspun berbalik. Pendukung-pendukung setia Soeharto, satu persatu mulai mengikuti arus ikut mengkritisi, bahkan sosok Harmoko yang dikenal paling loyal sekalipun terhadap Soeharto. Peristiwa itu terjadi ketika Harmoko sebagai Ketua DPR/MPR pada sore hari 18 Mei 1998, Harmoko memberikan keterangan pers yang meminta Presiden Soeharto secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri dari jabatan Presiden demi persatuan dan kesatuan bangsa. Pernyataan ini disambut gegap

tokoh yang terlibat memberikan analisa dan kesaksian. Analisa di balik jatuhnya Soeharto pun memiliki nuansa pemahaman baru. Ada pihak yang berpendapat lebih spesifik dari sekedar "Soeharto jatuh karena krisis ekonomi". Mereka berpendapat "Soeharto jatuh karena IMF?" Pendapat ini antara lain dikemukakan Prof. Steve Hanke, penasehat eko- nomi Soeharto dan ahli masalah Dewan Mata Uang atau Currency Board System (CBS)

dari Amerika Serikat. Menurut ahli ekonomi dari John Hopkins University itu, Amerika Serikat dan IMF-lah yang menciptakan krisis untuk mendorong kejatuhan Soeharto. Ini dibuktikan dari pengakuan Direktur Pelaksana IMF Michael Camdessus sendiri. Dalam wawancara "perpisahan" sebelum pensiun dengan The New York Times, Camdessus yang bekas tentara Prancis ini mengakui IMF berada di balik krisis ekonomi yang melanda Indonesia. "Kami menciptakan kondisi krisis yang memaksa Presiden Soeharto turun," ujarnya. Pengakuan ini tentu saja menyambar kesadaran banyak orang. Tak dinyana, krisis di Indonesia ternyata bukan semata kegagalan kebijakan ekonomi Soeharto, tapi juga berkat "bantuan" IMF. Jatuhnya Soeharto, ternyata bukan hanya karena sikut-sikutan di kalangan militer atau tekanan politik dalam negeri dan gerakan mahasiswa, melainkan lebih karena tekanan pasar keuangan internasional dan IMF.”

Hukum Koperasi Dalam Potret Sejarah di Indonesia Hukum Koperasi Dalam Potret Sejarah di Indonesia

pengunduran diri. 2

Gelombang tekanan krisis ekonomi, tekanan keamanan negara berupa demonstrasi dan kerusuhan, serta tekanan politik dengan “berkhianatnya” orang-orang dekat Soeharto pada akhirnya memaksa

2 Berikut isi surat pengunduran diri, sebagaimana dikutip oleh laman http://id.wikipedia. org/wiki/Kabinet_Pembangunan_VII diakses 1 Februari jam 13.00 wib:

Hal: Pembentukan Kabinet Baru Jakarta 20 Mei 1998 Kepada Yth. Bapak Presiden RI Dengan hormat Bersama surat ini dengan hormat kami laporkan bahwa setelah melakukan evaluasi terhadap situasi akhir-akhir ini terutama di bidang ekonomi, kami berkesimpulan bahwa situasi ekonomi kita tidak akan mampu bertahan lebih dari 1 (satu) minggu apabila tidak diambil langkah-langkah politik yang cepat dan tepat sesuai dengan aspirasi yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat khususnya mengenai reformasi di segala bidang, seperti antara lain yang direkomendasi oleh DPR-RI dengan pimpinan fraksi-fraksi pada hari selasa, 19 Mei 1998. Dalam hubungan itu kami bersepakat bahwa langkah pembentukan kabinet baru seb- agaimana yang bapak rencanakan tidak akan menyelesaikan masalah. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami secara pribadi-pribadi menyatakan tidak bersedia diikutsertakan dalam kabinet baru tersebut. Sebagai anggota Kabinet Pembangunan VII kami akan tetap membantu sepenuhnya pelak- sanaan tugas yang Bapak emban dalam menyukseskan Catur krida Kabinet Pembangunan

VII. Atas perhatian dan perkenan Bapak kami ucapkan terima kasih. Hormat kami, 1. Ir. Akbar Tanjung 2. Ir. Drs. AM. Hendropriyono, SH, SE, MBA 3. Prof. Dr. Ir. Ginanjar Kartasasmita 4. Ir. Giri Suseno Hadihardjono, MSME 5. Dr. Haryanto Dhanutirto 6. Prof. Dr. Ir. Justika S. Baharsjah, M.Sc 7. Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, M.Sc 8. Ir. Rachmadi Bambang Sumadhijo 9. Prof. Dr. Ir. Rahadi Ramelan, M.Sc 10. Subiakto Tjakrawedaya, SE 11. Sanyoto Sastrowardoyo, M.Sc 12. Ir. Sumahadi, MBA 13. Drs. Theo L. Sambuaga 14. Tanri Abeng, MBA.

Hukum Koperasi Dalam Potret Sejarah di Indonesia 177

Presiden Soeharto untuk mengundurkan diri. Tepatnya pada tanggal

21 Mei 1998. Soeharto melalui pernyataan resmi menyatakan berhenti sebagai Presiden RI. Berakhirlah masa 32 tahun Soeharto berkuasa. Poses selanjutnya adalah masa transisi pemerintahan di

bawah Presiden BJ Habibie. 3

3 Berikut kronologi lengsernya Soeharto sebagaimana dilaporkan oleh liputan khusus Kompas. http://lipsus.kompas.com/grammyawards/read/2008/01/27/16234932/Kro- nologi.Kelengseran.Soeharto.Mei.1998 diakses 1 Februari jam 13.00 wib

Bulan Mei 1998 merupakan momen penting dalam sejarah Indonesia, juga momen pen- ting bagi Soeharto. Saat itu, dia menyatakan diri mundur dari kursi kepresidenan. Berikut kronologis lengsernya Soeharto pada Mei 1998.

5 Maret 1998

Dua puluh mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi Gedung DPR/MPR untuk me- nyatakan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban presiden yang disampaikan pada Sidang Umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional. Mereka diterima Fraksi ABRI

11 Maret 1998 Soeharto dan BJ Habibie disumpah menjadi Presiden dan Wakil Presiden

14 Maret 1998

Soeharto mengumumkan kabinet baru yang dinamai Kabinet Pembangunan VII.

15 April 1998

Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri protes dan kembali ke kampus karena sepanjang bulan ini mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri melakukan berun- jukrasa menuntut dilakukannya reformasi politik.

18 April 1998

Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jendral Purn. Wiranto dan 14 menteri Kabinet Pembangunan VII mengadakan dialog dengan mahasiswa di Pekan Raya Jakarta namun cukup banyak perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang menolak dialog tersebut.

1 Mei 1998

Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi Dachlan mengatakan bahwa reformasi baru bisa dimulai tahun 2003.

2 Mei 1998

Pernyataan itu diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi bisa dilakukan sejak sekarang (tahun 1998-red).

4 Mei 1998

Mahasiswa di Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak ( 2 Mei 1998 ) dengan demonstrasi besar- besaran. Demonstrasi itu berubah menjadi kerusuhan saat para demonstran terlibat bentrok dengan petugas keamanan. Di Universitas Pasundan Bandung, misalnya, 16 mahasiswa luka akibat bentrokan tersebut.

5 Mei 1998

178 Hukum Koperasi

Dalam Potret Sejarah di Indonesia

Demonstrasi mahasiswa besar - besaran terjadi di Medan yang berujung pada kerusuhan.

9 Mei 1998

Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G -15. Ini meru- pakan lawatan terakhirnya keluar negeri sebagai Presiden RI.

12 Mei 1998

Aparat keamanan menembak empat mahasiswa Trisakti yang berdemonstrasi secara damai. Keempat mahasiswa tersebut ditembak saat berada di halaman kampus.

13 Mei 1998

Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi datang ke Kampus Trisakti untuk menyatakan duka cita. Kegiatan itu diwarnai kerusuhan.

14 Mei 1998

Soeharto seperti dikutip koran, mengatakan bersedia mengundurkan diri jika rakyat menginginkan. Ia mengatakan itu di depan masyarakat Indonesia di Kairo. Sementara itu kerusuhan dan penjarahan terjadi di beberapa pusat perbelanjaan di Jabotabek seperti Supermarket Hero, Super Indo, Makro, Goro, Ramayana dan Borobudur. Beberapa dari bagunan pusat perbelanjaan itu dirusak dan dibakar. Sekitar 500 orang meninggaldunia akibat kebakaran yang terjadi selama kerusuhan terjadi.

15 Mei 1998

Soeharto tiba di Indonesia setelah memperpendek kunjungannya di Kairo. Ia membantah telah mengatakan bersedia mengundurkan diri. Suasana Jakarta masih mencekam. Toko - toko banyak di tutup. Sebagian warga pun masih takut keluar rumah.

16 Mei 1998

Warga asing berbondong - bondong kembali ke negeri mereka. Suasana di Jabotabek masih mencekam.

19 Mei 1998

Soeharto memanggil sembilan tokoh Islam seperti Nurcholis Madjid, Abdurachman Wa- hid, Malik Fajar, dan KH Ali Yafie. Dalam pertemuan yang berlangsung selama hampir 2,5 jam (molor dari rencana semula yang hanya 30 menit) itu para tokoh membeberkan situasi terakhir, dimana eleman masyarakat dan mahasiswa tetap menginginkan Soeharto mundur. Permintaan tersebut ditolak Soeharto. Ia lalu mengajukan pembentukan Komite Reformasi. Pada saat itu Soeharto menegaskan bahwa ia tak mau dipilih lagi menjadi presiden. Namun hal itu tidak mampu meredam aksi massa, mahasiswa yang datang ke Gedung MPR untuk berunjukrasa semakin banyak.Sementara itu Amien Rais mengajak massa mendatangi Lapangan Monumen Nasional untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional.

Hukum Koperasi Dalam Potret Sejarah di Indonesia 179

Pidato Presiden Soeharto menyatakan berhenti

dari jabatan Presiden RI 4

20 Mei 1998

Jalur jalan menuju Lapangan Monumen Nasional diblokade petugas dengan pagar kawat berduri untuk mencegah massa masuk ke komplek Monumen Nasional namun pengerahan massa tak jadi dilakukan. Pada dinihari Amien Rais meminta massa tak datang ke Lapangan Monumen Nasional karena ia khawatir kegiatan itu akan menelan korban jiwa. Sementara ribuan mahasiswa tetap bertahan dan semakin banyak berdatangan ke gedung MPR / DPR. Mereka terus mendesak agar Soeharto mundur.

21 Mei 1998

Di Istana Merdeka, Kamis, pukul 09.05 Soeharto mengumumkan mundur dari kursi Presiden dan BJ. Habibie disumpah menjadi Presiden RI ketiga. (ANTARA)