Pengembangan Koperasi pada Masa BJ Habibie

3. Pengembangan Koperasi pada Masa BJ Habibie

a. Kabinet Reformasi Pembangunan

Pemerintahan BJ Habibie menanggung beban yang tidak ringan, selain ekspektasi APBN 1998 yang begitu tinggi namun terpaan krisis ekonomi tahun 1997, menunjukkan ekspektasi Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tersebut hanya menjadi catatan haluan saja. Sebagaimana diketahui bahwa GBHN tahun 1998 ditetapkan berdasarkan KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR: II/MPR/1998 TENTANG GARIS- GARIS BESAR HALUAN NEGARA.

Di dalam GBHN tersebut titik berat Pembangunan Jangka Panjang Kedua diletakkan pada bidang ekonomi, yang merupakan penggerak utama pembangunan. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat terwujudnya perekonomian yang mandiri dan andal sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan, berdasarkan demokrasi ekonomi yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan peningkatan kemakmuran rakyat yang makin merata, pertumbuhan yang cukup tinggi, dan stabilitas nasional yang mantap, bercirikan industri yang kuat dan maju, pertanian yang tangguh, koperasi yang sehat dan kuat, serta perdagangan yang maju dengan sistem distribusi yang mantap, didorong oleh kemitraan usaha yang kukuh antara badan usaha koperasi, negara, dan swasta serta pendayagunaan sumber daya alam yang optimal yang kesemuanya didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, maju produktif, dan profesional, iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dan terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pembangunan ekonomi diarahkan pada terwujudnya perekonomian nasional yang mandiri dan andal berdasarkan demokrasi ekonomi untuk meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat secara selaras, adil, dan merata. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi harus diarahkan untuk meningkatkan

184 Hukum Koperasi

Dalam Potret Sejarah di Indonesia Dalam Potret Sejarah di Indonesia

GBHN inipun memberikan titik tekan pada pembangunan dan pembinaan koperasi dalam rangka ini perlu lebih diberikan perhatian kepada usaha untuk membina dan melindungi usaha kecil dan tradisional serta golongan ekonomi lemah pada umumnya. Arah pembangunan dan pembinaaan koperasi perlu diarahkan untuk mewujudkan koperasi sebagai badan usaha dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang sehat, tangguh, kuat, dan mandiri serta sebagai sokoguru perekonomian nasional, yang merupakan wadah untuk menggalang kemampuan ekonomi rakyat di semua kegiatan perekonomian nasional, sehingga mampu berperan utama dalam meningkatkan kondisi ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Berkaitan dengan itu, perlu ditingkatkan dengan sungguh-sungguh penataan koperasi, usaha negara, dan usaha swasta agar masing-masing melaksanakan fungsi dan peranannya dalam perekonomian nasional yang didasarkan pada demokrasi ekonomi berlandaskan Pancasila. Pembangunan ekonomi secara bertahap harus ditata dalam peraturan perundang-undangan. Pertumbuhan ekonomi harus didukung oleh peningkatan produktivitas dan efisiensi serta

sumber daya manusia yang berkualitas. Pembangunan industri dan pertanian serta sektor produktif lainnya ditingkatkan dan diarahkan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. 6

Krisis ekonomi yang berujung pada berhentinya Soeharto membuat BJ Habibie harus memutar pikiran dan energi untuk mendapatkan orang-orang terbaik dalam menjalankan roda pemerintahan sekaligus memulihkan ekonomi. Habibie diambil sumpah sebagai Presiden RI yang ke-3 di Istana Merdeka. Tantangan yang paling dekat dihadapi oleh Habibie adalah memulihkan kondisi politik dan ekonomi. Untuk itu Habibie. Habibie bertindak cepat, kabinet segera dilantik pada tangal

23 Mei 1998 berdasarkan Keppres Nomor 122/M Tahun 1998 tentang Kabinet Reformasi Pembangunan. Kabinet ini disebut juga sebagai kabinet pada masa transisi, karena

6 Lihat KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONE-

SIA NOMOR : II/MPR/1998 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA Hukum Koperasi

Dalam Potret Sejarah di Indonesia 185 Dalam Potret Sejarah di Indonesia 185

Dalam bidang koperasi, Menteri yang berhubungan dengan koperasi ketika itu adalah Adi Sasono, yang menjadi Menteri Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah Untuk melaksanakan pekerjaan dalam membangun dan membina koperasi berdasarkan ekonomi kerakyatan. Adi Sasono adalah tokoh penggerak ekonomi rakyat, aktif di ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) dan tokoh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Selain itu Adi Sasono juga dikenal sebagai tokoh Dewan koperasi Indonesia (DEKOPIN). Pada masa kepemimpinan Adi Sasono, banyak program yang disalurkan oleh pemerintah melalui koperasi untuk menggerakkan ekonomi rakyat, khususnya yang padat karya berupa ekonomi kecil maupun menengah. Gagasan yang dikembangkan oleh Adi Sasono ketika itu adalah ekonomi kerakyatan.

Pada masa Habibie pula, tepatnya pada tanggal 24 Maret 1999 ditetapkan Kepres No. 24 tahun 1999 tentang Pengesahan Perubahan Anggaran Dasar Dewan Koperasi Indonesia. Keppres ini merupakan penyempurnaan terhadap Anggaran Dasar yang telah disahkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor

21 Tahun 1997 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Dewan Koperasi Indonesia. Penetapan Keppres ini didasarkan pada usaha meningkatkan peranan Dewan Koperasi Indonesia untuk mengembangkan Koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional, dimana pembahasan penyempurnaan ini dilakukan melalui Rapat Anggota Dekopin pada tanggal 24 September 1998, yang dibahas lebih lanjut dalam Temu Nasional Gerakan Koperasi (TUNASKOP) pada tanggal 23 dan 24 Nopember 1998. Sebenarnya Keppres ini lebih pada membatalkan Keppres

21 tahun 1997 yang merupakan produk Bamuskopin pimpinan

186 Hukum Koperasi

Dalam Potret Sejarah di Indonesia

Sri Mulyono Herlambang. Sehingga dengan Keppres 1998 ini mengembalikan fungsi Dekopin seperti pada eranya Sri Edi Swasono sebelum berkonflik dengan Bamuskopin. Pada

Munaskop tahun 1999, terpilih H.M. Nurdin Halid terpilih sebagai Ketua Dekopin untuk periode 1999 – 2004.

b. Ekonomi Kerakyatan ala Adi Sasono

Dalam konsep ekonomi kerakyatan, Adi Sasono selaku Menteri Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah berusaha membagi aset ekonomi kepada rakyat miskin melalui koperasi. Tujuannya adalah menggerakkan roda ekonomi rakyat melelui koperasi sebagai elan vital gerakannya, pendanaannya diambilkan dari pemasukan negara. Ide mengenai konsep ekonomi kerakyatan sebenarnya bukanlah barang baru, Adi Sasono telah memulainya sejak tahun 1970-an, namun ketika itu belum banyak didengarkan.

Ekonomi rakyat adalah kegiatan atau mereka yang berkecimpung dalam kegiatan produksi untuk memperoleh pendapatan bagi kehidupannya. Mereka itu adalah petani kecil, nelayan, peternak, pekebun, pengrajin, pedagang kecil dan lain-lain, yang modal usahanya merupakan modal keluarga (yang kecil), dan pada umumnya tidak menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Kendati potensinya luar biasa besarnya namun akses untuk mengembangkan dirinya terbentur pada persoalan fundamental baik yang bersifat internal maupun eksternal. Menurut Adi Sasono, ekonomi kerakyatan merupakan ekonomi partisipatif yang memberikan akses yang fair dan adil bagi seluruh lapisan masyarakat di dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi nasional tanpa harus mengorbankan fungsi sumberdaya manusia dan lingkungan sebagai pendukung kehidupan masyarakat. Sebab falsafah ekonomi rakyat itu sendiri menurutnya adalah kegiatan yang dilaksanakan dari rakyat,oleh rakyat, dan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. 7

Tantangan dalam mengembangkan koperasi melalui ekonomi kerakyatan ketika itu tidaklah ringan. Sistem ekonomi kerakyatan

7 Adi Sasono dalam Fahrur Rozy, Konsep Ekonomi Kerakyatan Moh Hatta. Tesis Dipublikasikan. IAIN Walisongo. 2005. Hlm. 7

Hukum Koperasi Dalam Potret Sejarah di Indonesia 187 Hukum Koperasi Dalam Potret Sejarah di Indonesia 187

Namun demikian, tantangan yang dihadapi oleh koperasi dalam menopang ekonomi kerakyatan sangat berat. Sederhananya, koperasi melawan arus utama yang sudah sangat mainstream. Sehingga apabila akan melawan sistem ekonomi pasar, koperasi harus bergerilya atau bekerja dalam senyap. Apabila berhadap-hadapan, mengharapkan dukungan dari satu departemen dalam pemerintahan saja (Departemen Koperasi) tentu sangat tidak memadai. Sebagai contoh ketika Adi Sasono mendobrak dominasi distribusi minyak goreng dari Bulog yang kemudian dialihkan kepada Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas). Lisensi distribusi minyak goreng beralih menjadi milik koperasi, tetapi yang terjadi kemudian justru minyak goreng menghilang dari pasar, kalaupun ada harganya sudah naik berkali lipat. Para pengusaha yang sebelumnya bermain di jalur distribusi minyak tidak rela apabila lahan mereka diambil alih oleh koperasi, sebagai akibatnya mereka menciptakan kegaduhan

dengan memanfaatkan konflik elit ketika itu., khususnya antara Bulog dan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Sehingga masa bulan madu koperasi dengan minyak goreng

tidak bertahan lama. Presiden habibie pun kemudian mencabut monopoli distribusi oleh Inkopas tersebut. Persoalan lain yang dihadapi Adi Sasono dalam mengembangkan dan membina koperasi adalah eksistensi koperasi dibajak oleh para pejabat dan konglomerat. Sebagai contoh ketika akan ada dana stimulan buat pengelolaan koperasi, tiba-tiba saja ribuan koperasi berdiri. Bisa ditebak siapa yang dapat mendirikan koperasi dalam waktu singkat, tentu adalah para pemilik modal.

188 Hukum Koperasi

Dalam Potret Sejarah di Indonesia

Ketiadaan kesatupaduan pemerintah dalam mendukung eksistensi ekonomi kerakyatan menjadikan sitem ekonomi ker- akyatan hanya menjadi slogan tanpa aksi. Slogan ini akan populer ketika momentum politik (pemilu) berlangsung dan kembali redup setelahnya.