11 tabungan rumah tangga buruh dan angkutan 0,447 lebih tinggi daripada tabungan rumah
tangga petani dan nelayan. Variabel
dummy pekerjaan pengusaha dan pedagang memberikan nilai yang positif dan signifikan dengan derajat signifikansi 5. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tabungan rumah tangga pengusaha dan pedagang 0,484 lebih tinggi daripada tabungan rumah tangga petani dan nelayan.
Variabel dummy pekerjaan PNS, TNI dan POLRI memberikan nilai yang positif
tetapi tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa tabungan rumah tangga PNS, TNI dan POLRI 0,433 lebih tinggi daripada tabungan rumah tangga petani dan nelayan.
Variabel dummy pekerjaan pensiunan dan lainnya memberikan nilai yang positif
dan signifikan dengan derajat signifikansi 10. Hal tersebut menunjukkan bahwa tabungan rumah tangga pensiunan dan lainnya 0,540 lebih tinggi daripada tabungan
rumah tangga petani dan nelayan. Berdasarkan pada jenis pekerjaan utama kepala rumah tangga, urutan tabungan
dari yang terbesar adalah pensiunan dan lainnya; pengusaha dan pedagang; buruh dan angkutan; PNS, TNI dan POLRI serta petani dan nelayan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa tabungan petani dan nelayan adalah paling rendah. Oleh karena itu subsidi untuk keperluan produksi bagi petani dan nelayan yang selama ini telah
dilakukan perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
5.2.1.6. Harapan Hidup dan Tabungan Rumah Tangga
Harapan hidup rumah tangga dalam studi ini diukur dengan selisih antara harapan hidup Kota Semarang 71,8 tahun dengan rata-rata umur rumah tangga.
Hubungan antara harapan hidup rumah tangga dengan tabungan rumah tangga adalah
12 positif tetapi tidak signifikan. Dari nilai elastisitas tabungan terhadap harapan hidup
rumah tangga diketahui apabila harapan hidup rumah tangga meningkat 1, maka jumlah tabungan rumah tangga akan meningkat sebesar 0,078. Hubungan yang positif
antara tabungan dan harapan hidup dalam studi ini sesuai dengan hasil empiris yang dilakukan oleh Kwack 2003 pada rumah tangga di Korea, dengan nilai koefisien
regresi sebesar 0,45. Oleh karena hasil studi ini tidak signifikan, maka hipotesis enam ditolak.
5.2.1.7. Dependency Ratio dan Tabungan Rumah Tangga
Dalam studi ini dependency ratio merupakan rasio antara anggota rumah tangga yang tidak bekerja dan yang bekerja. Hubungan antara tabungan rumah tangga dan
dependency ratio adalah negatif dan signifikan pada derajat signifikansi 10. Hal tersebut menujukkan bahwa semakin tinggi beban ketergantungan dalam rumah tangga
maka akan mengakibatkan tabungan rumah tangga menurun. Dari nilai elastisitas tabungan terhadap dependency ratio diketahui apabila dependency ratio rumah tangga
meningkat 1, maka jumlah tabungan rumah tangga akan menurun sebesar 0,123. Hasil studi yang dilakukan oleh Moradaglu dan Taskin 1996 di negara berkembang
dan industri, dengan hasil yang berbeda. Untuk negara industri mempunyai nilai koefisien 0,038 sedangkan untuk negara berkembang -0,006. Loayza dan Shankar
2000 di India dengan nilai koefisien -1,26 sedangkan Sarantis dan Stewart 2001 di USA dengan nilai 0,089. Dengan demikian hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
empiris sebelumnya, karena Indonesia termasuk negara berkembang, sehingga hipotesis tujuh diterima.
13 Secara umum hasil studi ini menunjukkan bahwa hubungan antara tabungan dan
dependency ratio adalah negatif. Hal tersebut memberikan implikasi bahwa jika dikehendaki ada kenaikan jumlah tabungan rumah tangga, maka pemerintah perlu
meningkatkan kesempatan kerja. Semakin banyak anggota rumah tangga yang bekerja maka akan menurunkan besarnya dependency ratio. Di samping itu perlu diintensifkan
program keluarga berencana KB, sehingga beban ketergantungan rumah tangga dapat direncanakan dan diprediksi sebelumnya.
5.2.1.8. Kredit dan Tabungan Rumah Tangga