Pendapatan Permanen dan Tabungan Rumah Tangga

5.2. Pembahasan

Untuk menguji hipotesis pertama sampai sepuluh, akan dibahas untuk masing- masing variabel. Dasar pembahasan adalah : 1. Tabel 5.1 – 5.9. 2. Hasil analisis regresi terhadap model LC-PIH III. Rekap model dan besarnya koefisien untuk masing-masing variabel independen seperti pada Tabel 5.11.

5.2.1. Model Tabungan Rumah Tangga Kota Semarang

Model tabungan rumah tangga Kota Semarang merupakan model tabungan dengan sampel secara keseluruhan 270 responden. Dalam model ini jenis pekerjaan diukur dengan variabel dummy.

5.2.1.1. Pendapatan Permanen dan Tabungan Rumah Tangga

Hubungan antara pendapatan permanen dan tabungan adalah positif dan signifikan dengan derajat signifikansi 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan pendapatan permanen akan meningkatkan besarnya tabungan. Elastisitas tabungan terhadap pendapatan permanen sebesar 1,031, berarti apabila pendapatan permanen naik sebesar satu persen, maka tabungan akan meningkat sebesar 1,031 persen. Hasil empiris ini sesuai dengan banyak studi sebelumnya, seperti Moradaglu dan Taskin 1996 dengan nilai 1,818; Mansoer dan Suyanto 1998 untuk Indonesia dengan nilai 0,001, Palar 2000 di Sulawesi Utara dengan nilai 0,218, Nugroho dan Widiastuti 2003 di 1 Tabel 5.11 Perbandingan Persamaan Regresi Log-linier Model LC-PIH III Pada Berbagai Jenis Pekerjaan Variabel Buruh Angkutan Pengusaha Pedagang PNS, TNI POLRI Pensiunan Lainnya Total Konstanta -2,102 -1,100 -6,881 -1,482 -8,721 -1,995 -9,598 -0,957 -3,001 -1,918 lnY P 1,155 8,240 0,664 4,181 1,064 4,102 2,224 3,363 1,031 10,644 lnY T 0,133 1,492 0,425 2,147 0,260 1,827 0,391 1,689 0,249 3,410 lnAGE -0,424 -1,233 0,528 0,643 -0,119 -0,163 -0,699 -0,407 -0,567 -1,843 lnED 0,375 1,779 0,680 1,417 0,495 2,065 0,355 0,558 0,422 2,038 JOB1 0,447 1,995 JOB2 0,484 1,936 JOB3 0,433 1,330 JOB4 0,540 1,875 lnHDP -0,341 1,368 0,374 0,558 0,362 0,868 -0,410 -1,834 0,078 0,744 lnDR -0,074 -0,871 -0,046 -0,383 -0,184 -1,101 0,032 0,060 -0,123 -1,645 Kredit -0,218 -1,774 -0,015 -0,073 -0,723 -3,055 -0,966 -2,312 -0,315 -2,858 Asuransi -0,602 -1,808 -0,239 -0,456 -0,087 -0,185 -0,095 -0,439 lnRateks 0,092 1,461 0,042 0,277 -0,338 -2,569 -0,371 -2,049 -0,102 -1,741 Keterangan: angka dalam kurung menunjukkan t statistik. signifikan pada α = 10; signifikan pada α= 5; signifikan pada α= 1 Sumber : data primer diolah Yogyakarta dengan nilai 0,196 dan Kwack 2003 di Korea dengan nilai 0,51. Berdasarkan pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama diterima. Hubungan positif antara pendapatan permanen rumah tangga dan tabungan rumah tangga tersebut didukung oleh Tabel 4.9.1 dan 4.9.2 yang menunjukkan 2 bahwa : 1. Semakin besar pendapatan permanen maka kisaran tabungan juga semakin besar. Hal ini sejalan dengan teori Keynes 1936 dan Friedman 1957 yang menyatakan bahwa tabungan ditentukan oleh besarnya pendapatan. 2. Korelasi antara tabungan dan pendapatan permanen positif dan signifikan, berarti apabila pendapatan permanen meningkat maka tabungan akan mengalami peningkatan. Hubungan antara kemampuan dan kemauan menabung berdasarkan pendapatan permanen dapat dilihat pada Tabel 5.2.1. Apabila kemauan menabung MPSY P total dijadikan persen, maka nilainya hampir sama dengan kemampuan rumah tangga dalam menabung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan dan kemauan menabung rumah tangga secara keseluruhan adalah seimbang. Tabel 5.2.1 Kemampuan dan Kemauan Menabung Berdasarkan Pendapatan Permanen Buruh Angkutan Pengusaha Pedagang PNS, TNI POLRI Pensiunan Lainnya Total MPSY P Elastisitas tab.terhdap pendapatan permanen Proporsi tab-pendapatan permanen 0,150 1,155 13 0,066 0,664 10 0,181 1,064 17 0,334 2,224 15 0,123 1,031 11,9 Sumber : data primer diolah Nilai MPSY P untuk rumah tangga pengusaha dan pedagang adalah terkecil, karena rumah tangga ini mengalokasikan sebagian besar pendapatan permanennya 90 untuk keperluan pengeluaran konsumsi, termasuk untuk kelangsungan usaha. Nilai MPSY P untuk rumah tangga pensiunan dan lainnya adalah terbesar, karena rumah 3 tangga ini berpedoman bahwa perlu memberikan warisan kepada keturunannya. Dengan demikian teori LCH yang menyatakan bahwa pada saat pensiun melakukan dissaving tidak terjadi. Untuk kasus Indonesia, khususnya Kota Semarang teori tersebut tidak berlaku karena adanya perbedaan budaya. Di Indonesia, pensiunan masih melakukan kegiatan produktif, sehingga pendapatan malah bertambah. Di samping itu, anak-anak yang sudah bekerja pada umumnya mengirim sebagian pendapatannya secara rutin sebagai penghormatan kepada orang tua yang telah membesarkan. Hubungan dan proporsi antara tabungan dan pendapatan permanen tersebut memberikan implikasi bahwa apabila pemerintah menghendaki kenaikan jumlah tabungan, maka pendapatan permanen perlu ditingkatkan. Untuk rumah tangga buruh dan angkutan dapat dilakukan dengan peningkatkan UMR secara periodik. Untuk rumah tangga PNS, TNI dan POLRI serta pensiunan dan lainnya dapat dilakukan dengan peningkatan gaji pokok secara periodik. Untuk rumah tangga pengusaha dan pedagang dapat dilakukan dengan menciptakan iklim usaha yang sehat. Apabila hal tersebut dilakukan, perlu juga dijaga kestabilan harga di pasar. Sebab jika harga kebutuhan pokok meningkat, maka kebijakan diatas menjadi kurang efektif.

5.2.1.2. Pendapatan Sementara dan Tabungan Rumah Tangga