35 cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
3. Kurang memiliki akses dengan perbankanlembaga perkreditan. Kalaupun ada, pada umumnya responden enggan dengan persyaratan yang terlalu rumit.
Tabel 4.6 PinjamanKredit Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Pinjaman Kredit
Petani Nelayan
Buruh Angkutan
Pengusa- ha pe-
dagang PNS,
TNI POLRI
Pensiunan Lainnya
Total Ada
Tidak ada 5 33,3
10 66,7 40 31
89 69 19 46,3
22 53,7 29 67,4
14 32,6 11 26,2
31 73,8 104 38,5
166 61,5
Jumlah 15 100
129 100 41 100
43 100 42 100
270 100
Sumber : data primer diolah Keterangan : angka dalam kurung merupakan persentase
4.7. Asuransi
Asuransi dalam penelitian ini dinyatakan sebagai variabel dummy, yaitu 1 apabila mempunyai asuransi dan 0 apabila tidak. Ada tidaknya asuransi dalam rumah tangga
pada berbagai jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7
Kepemilikan Asuransi Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Pinjaman Kredit
Petani Nelayan
Buruh Angkut-an
Pengusa- ha pe-
dagang PNS,
TNI POLRI
Pensiunan Lainnya
Total Ada
Tidak ada 1 6,7
14 93,3 3 2,3
126 97,7 2 4,9
39 95,1 43 100
0 0 29 69,1
13 30,9 78 28,9
192 71,1
Jumlah 15 100
129 100 41 100
43 100 42 100
270 100
Sumber : data primer diolah Keterangan : angka dalam kurung merupakan persentase
Asuransi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua kepemilikan asuransi, seperti askes, jamsostek, asuransi pendidikan dan lain-lain. Dari Tabel 4.7
diketahui bahwa sebagian besar responden 71,1 tidak mempunyai asuransi. Apabila
36 dilihat dari jenis pekerjaan kepala rumah tangga, maka semua rumah tangga PNS,TNI
dan POLRI 100 mempunyai asuransi. Hal ini terjadi karena untuk rumah tangga ini ada fasilitas asuransi kesehatan askes dari pemerintah.
Banyaknya responden yang tidak memiliki asuransi menunjukkan bahwa kesadaran responden untuk mendapatkan jaminan terhadap berbagai macam resiko
masih rendah. Rendahnya kesadaran tersebut disebabkan oleh rendahnya pendapatan, sehingga tidak memungkinkan untuk menyisihkan sebagain pendapatannya untuk
keperluan pembayaran premi asuransi.
4.8. Ekspektasi Rasional Rumah Tangga Terhadap Inflasi
Ekspektasi rasional rumah tangga terhadap inflasi pada berbagai jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.8. Ekspektasi rasional rumah tangga terhadap inflasi rata-rata
hasil penelitian sebesar 9,4. Apabila dilihat dari kisarannya, maka kisaran inflasi 5,1 – 15 mempunyai persentase responden sebesar 51,8 . Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa sebagian besar responden 51,8 mempunyai ekspektasi rasional terhadap inflasi dengan kisaran 5,1 – 15. Besarnya inflasi yang terjadi di Kota
Semarang sebesar 16,46 IPM Kota Semarang, 2005. Dengan demikian ekspektasi rasional rumah tangga terhadap inflasi tidak berbeda jauh dengan inflasi yang terjadi
sesungguhnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden bersikap rasional dan selalu mengikuti perkembangan harga yang terjadi di pasar.
Secara umum dan berdasarkan pada jenis pekerjaan, kisaran inflasi 5,1 -10 merupakan kisaran dengan jumlah responden tertinggi. Hal ini terjadi karena rumah
37 tangga mempunyai harapan bahwa inflasi yang terjadi berkisar antara 5-10 . Angka
tersebut dianggap logis didasarkan pada kondisi perekonomian yang normal. Tabel 4.8
Ekspektasi Rasional Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Ekspekt. Rasional
Petani Nelayan
Buruh Angkutan
Pengusa- ha pe-
dagang PNS, TNI
POLRI Pensiunan
Lainnya Total
5 5,1 – 10
10,1 – 15,0 15,1 – 20
20,1 3 20
6 40 3 20
1 6,7 2 13,3
51 39,5 45 34,9
17 13,2 6 4,7
10 7,7 10 24,4
21 51,2 6 14,6
2 4,9 2 4,9
13 30,2 22 51,2
4 9,3 0 0
4 9,3 20 47,7
10 23,8 6 14,3
3 7,1 3 7,1
97 36 104 38,5
36 13,3 12 4,4
21 7,8
Jumlah 15 100
129 100 41 100
43 100 42 100
270 100 Rerata
Median Modus
St.Deviasi 12,5
10 10
8,5 9,3
7,0 5,0
8,0 9,1
8,0 10,0
5,4 9,6
7,5 10,0
8,6 8,8
6,0 1,0
9,0 9,4
7,5 10,0
7,9
Sumber : data primer diolah Keterangan : angka dalam kurung merupakan prosentase
4.9. Tabungan dan Variabel Penelitian