Hukum Islam Pengertian Perjanjian

BAB II TINJAUAN TEORITIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN

A. Pengertian Perjanjian

1. Hukum Islam

Kata perikatanperjanjian identik dengan kata akad al-aqdu, karena menurut bahasa, kata akad al-aqdu berarti perikatan, perjanjian dan pemufakatan. Hal ini diperkuat dengan alasan bahwa seringnya Al quran memakai kata ini dalam arti perikatan dan perjanjian. Seperti dalam firman Allah Swt bahwa memerintahkan kepada umat menusia agar senantiasa menepati janjinya, di dalam surat al-Maidah ayat 1 . Artinya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu;.. . Dr. Abdul razak Ahmad al-Sanhuri mengatakan dalam bukunya Nazhariyat al-Aqdi bahwa pengertian perjanjian lebih sempit dari sebuah kesepakatan. menurut beliau. perjanjian adalah kesepakatan yang dilakukan oleh dua pihak di dalam sehih obyek kegiatan . 7 Dalam ensiklopedi Islam dikatakan, sebagaimana yang dikutip oleh M. Ali hasan, bahwa akad adalah pertalian ijab dan Kabul 7 Abdul Razak Ahmad al-Sanhuri. Nadzariyat al-Aqdi. Beirut: Dar al- Fikr, t.th. h. 80 sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh pada obyek perikatan 8 Dalam Islam sebuah perjanjian sangat dihormati dan menepatinya, adalah merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Karena sikap tersebut menunjukkan sikap sosok pribadi muslim yang baik. Ada pepatah arab, yang dinukil oleh Sayyid Sabiq, yang mengatakan bahwa Barang siapa yang bergaul dengan masyarakat, maka janganlah menzaliminya, dan apabila berbicara janganlah membohonginya, dan apabila berjanji janganlah mengkhianatinya, apabila itu semua telah dikerjakan maka sempurnalah wibawanya. dan nampaklah kredibilitamu dan dia layak dianggap sebagai saudara. 9 Dan siapa pun yang melanggar sebuah perjanjian maka sesungguhnya dia telah melakukan perbuatan dosa besar, dan diancam dengan balasan yang pedih, Allah Swt berfirman dalam surat al-Shaff ayat 2-3: Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. Bahkan Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Sesunggnhnya perjanjian yang baik merupakan sebagian daripada iman 10 8 M. Ali Hasan, Berhagai Transuksi Dtilum sltim. Jakarta: FT. Raja Grafindo Persada, 2003, h. 101 9 Sayyid Sabiq, Fiqh at-Sunnah. Beirut: Dar al-fikr. 1983 Cet ke-4. h. 99 10 Al-Bukhori, Shohih al-Bitkhori, Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1987. h.22 Dan yang harus senantiasa diperhatikan adalah bahwa setiap perjanjian yang kita lakukan. akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah Swt. Sebagaimana Firman Allah dalam surat al-Isra ayat 34: Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik bermanfaat sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”.

2. Hukum Positif