Pendirian Bank Sumut Syariah Modal Awal Bank Sumut Syariah

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BANK SUMUT SYARIAH

C. Tinjauan tentang Bank Sumut Syariah

Mengenai pembahasan terhadap pokok-pokok yang sebelumnya telah dirumuskan dan ditetapkan pada bab I terdahulu berikut penulis menguraikan terlebih dahulu keberadaan akitivitas kegiatan dari Bank Sumut Syariah tersebut.

6. Pendirian Bank Sumut Syariah

Bank sumut syariah didirikan pada tanggal 4 November 2005 dengan akte notaris Roesli nomor 22 dalam bentuk Perseroan Terbatas PT. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan Pokok Bank Milik Pemerintahan Daerah dengan Peraturan Daerah Perda Tingkat I Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 1965. Perda tersebut menetapkan modal dasar sebesar Rp 3 Triliun dan sahamnya hanya dimiliki oleh Pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan Pemerintahan Daerah Tingkat II di seluruh Sumatera Utara.

7. Modal Awal Bank Sumut Syariah

Bank Indonesia akan menurunkan batas minimal modal awal bank umum syariah Rp 3 triliun, langkah itu bertujuan agar lebih banyak investor yang berminat mendirikan bank syariah. Bank Indonesia BI mensyaratkan investor yang ingin mendirikan bank umum syariah khususnya pada bank sumut syariah menyetor modal minimal Rp 3 triliun. Besaran modal awal tersebut bisa membatasi pendirian ketentuan bank umum konvensional yang baru. Modal awal tersebut akan dinaikan kembali jika jumlah Bank Sumut Syariah dianggap sudah optimal. Selain ketentuan modal awal, Bank Indonesia juga berencana menertibkan aturan baru untuk unit usaha syariah yang ingin menjadi bank umum syariah yang berdiri sendiri. Penambahan Kantor Bank Syariah meningkat dari 40 outlet pada januari 2000 menjadi 328 outlet pada mei 2005. Itu berarti rata-rata pertumbuhan mencapai lima outlet per bulan. Adapun pertumbuhan kantor bank konvensional hanya satu outlet per bulan. Dana Pihak Ketiga DPK Syariah Bank Sumut tumbuh 161 pada triwulan I 2007 yang mencapai Rp 37,97 miliar atau tumbuh sebesar 161 dibandingkan periode yang sama tahun 2006 sebesar Rp 14,5 miliar. Kepala Bidang Pembiayaan Devisi Syariah Bank Sumut Kaswinata mengatakan, sumber penghimpunan DPK terbesar masih berasal dari produk tabungan sebesar Rp 17,9 miliar, deposito sebesar Rp 16,6 miliar, dan giro Rp 3,4 miliar. Pada periode yang selama tahun 2006, sumber DPK yang terbesar juga berasal dari tabungan sebesar Rp 6,8 miliar, disusul oleh deposito sebesar Rp 6,5 miliar, dan giro sebesar Rp 1,2 miliar. 28 Penyaluran pembiayaan Devisi Syariah Bank Sumut pada triwulan I 2007 juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 81,5 atau sebesar Rp 58,005 miliar di bandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 31,95 miliar. Sumber pembiayaan berasal dari jual beli murabahah sebesar Rp 51,545 miliar dan mudharabah modal kerja sebesar Rp 6,51 miliar. “Pembiayaan terbesar disalurkan ke usaha kecil sebesar Rp 30,69 miliar, disusul oleh usaha mikro sebesar Rp 22,14 miliar, dan usaha menengah sebesar Rp 5,23 miliar. Jumlah nasabah saat ini mencapai 1.750 nasabah. Divisi Syariah Bank Sumut masih tetap fokus pada pangsa pasar sektor riil dan ritel untuk mengangkat perekonomian masyarakat menengah kebawah. 29 Sampai saat ini Bank Sumut Syariah masih tetap menjalankan program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kecil, yang lebih dikenal dengan pembiayaan peduli usaha mikro tanpa agunan. Besarnya Rp 1 juta untuk membantu percepatan penghimpunan dana, Devisi Bank Sumut Syariah juga melaksanakan office chanelling pada bulan juli 2007, dengan mendirikan pusat layanan syariah di 66 kantor Bank Sumut Konvensional, yakni 15 28 Hasil wawancara dari PT. Bank Sumut Syariah 29 Hasil wawancara dari PT. Bank Sumut Syariah kantor cabang dan 51 kantor cabang pembantu.

8. Struktur Kepengurusan Bank Sumut Syariah