Batalnya Perjanjian Pembiayaan TINJAUAN TEORITIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN

kerelaan kedua belah pihak. Akad yang memiliki akibat hukum luzum disebut akad lazim adalah akad yang tidak mengandung hak khiyar hak pilih untuk meneruskan atau tidak meneruskan akad akibat hukum luzum ini, menururt ulama mazhab Hanafi dan Maliki, timbul begitu akad ijab kabul selesai dilakukan; sedangkan menurut ulama mazhab Syafi’i dan Hambali, ia baru muncul setelah majlis akad selesai. Dari perbedaan pendapat ini nampaknya yang paling tepat adalah pendapat yang menyatakan bahwa akad memiliki akibat hukum begitu selesai dilakukan. Dalam konteks sekarang adalah setelah dilakukan penandatanganan kedua belah pihak. Karena saat itulah secara nyata kedua belah pihak yang terlibat dalam akad menunjukkan kesepakatannya.

D. Batalnya Perjanjian

Menurut Sayyid Sabiq, sebuah perjanjian dianggap batal apabila salah satu hal di bawah ini terjadi, di antaranya adalah 20 1. Apabila berakhirnya masa berlaku sebuah perjanjian, apabila perjanjian itu memiliki tenggang waktu. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah al-Taubah ayat 4. 20 Sayyid Sabiq, Op. cit., h. 101 Artinya: ”Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian dengan mereka dan mereka tidak mengurangi sesuatupun dari isi perjanjian mu dan tidak pula mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. Dan hadist Nabi SAW. yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Al- Tirmidzi, dari Amr bin Abasah, bahwa tidak dibenarkan berpaling dari sebuah perjanjian, sebelum masanya telah habis. 2. Apabila perjanjian itu dibatalkan oleh kedua belah pihak yang melakukan akad. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surah Al-Taubah ayat 12-13. Artinya: “Jika mereka merusak sumpah janji nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar supaya mereka berhenti. Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah janjinya, padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman. 3. Apabila muncul tanda-tanda penghianatan dari salah satu pihak yang melakukan perjanjian. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Anfal ayat 58. Artinya: “Dan jika kamu khawatir akan terjadinya pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat”.

E. Pembiayaan

a. Pengertian pembiayaan

Dalam kamus perbankan yang dimaksudkan dengan biaya adalah pengeluran atau pengorbanan yang tak terhindarkan untuk mendapatkan barang atau jasa dengan tujuan memperoleh maslahat, pengeluaran untuk kegiatan, tujuan, atau waktu tertentu , seperti ongkos pengiriman, pengepakan dan penjualan dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan dalam laporan laba rugi perusaan, komponen biaya merupakan pengurang dari pendapat pengertian biaya berbeda dengan beban, semua biaya adalah beban, tetapi tidak semua beban adalah biaya cost; expense. 21 Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang perbankan nomor 10 tahun 1998 pasal satu ayat 12 adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank pihak yang dibiayai untuk pengebalikan uang tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi 21 Bank Indonesia, Kamus Perbankan, 1999, cet. ke l, h. 30 hasil. 22 pada bank konvensional kegiatan pembiyaan dikenal dengan istilah Kredit yaitu penyidiaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman. Meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 23 Pada dasarnya konsep kredit pada bank konvesional dan pembiayaan pada bank syariah tidak terlalu berbeda, yang terjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. bagi bank komvensional keutungan yang diperoleh melalui bunga, sedangkan bagi bank syariah berupa imbalan atau bagi hasil. 24

b. Macam-Macam Pembiayaan

Salah satu tugas pokok bank adalah menyalurkan dana- dana yang terhimpun melalui kegiatan pembiyaan untuk memenuhi kebutuahan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Manurut sifat penggunaanya pembiayan dapat dibagi dalam; a. Transaksi investasi yang didasarkan antara lain atas Akad Mudharabah danatau Musyarakah; 22 Udang Udangan Perbaankan No 10 Th 1999, Jakarta: Sinar Garfika, 2001, cet. ke I, h. 10 23 Kasmir, bank dan lambaga keuangan lainya Jakarta ;pt raja grafindo persada 2000, h. 24 Kasmir, bank dan lambaga keuangan lainya Jakarta ;pt raja grafindo persada 2000, h. 73 b. Transaksi sewa yang didasarkan antara lain atas Akad Ijarah atau Akad Ijarah dengan opsi perpindahan hak milik Ijarah Muntahiyah bit Tamlik ; c. Transaksi jual beli yang didasarkan antara lain atas Akad Murabahah , Salam, dan Istishna; d. Transaksi pinjaman yang didasarkan antara lain atas Akad Qardh; dan e. Transaksi multijasa yang didasarkan atas Akad Ijarah atau Kafalah .

F. Prinsip Dasar Kegiatan Perbankan Syariah