BAB IV ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN BANK SUMUT SYARIAH
G. Ketentuan Umum dan Syarat Memperoleh Pembiayaan
1. Pembiayaan Murabahah
Dalam pelaksanaan pemberian pembiayaan Murabahah dibagi ke dalam 3 tiga kelompok, yaitu: Perseorangan; Badan
Usaha Fa, Cv, PT ; dan Kelompok Musytari’ Instansi, Lembaga, BUMN, BUMD, Koperasi, Perusahaan Bonafide.
a. Perseorangan Prosedur memperoleh pembiayaan Murabahah adalah
sebagai berikut: 1
Mengisi dan Menandatangani Permohonan Pembiayaan 2
Memenuhi persyaratan a
FC, KTP suamiistri, KK dan atau Buku Nikah b
FC, KTP suamiistri dan KK Orang Tua selaku PBJ c
Karpeg asli PNS atau SK Pengangkatan BUMNBUMD Perusahaan Bonafide
d Pas foto suami dan istri uk 3x4 1 lembar
e Slip Gaji Surat Keterangan Penghasilan untuk bulan
terakhir f
NPWP untuk pembiayaan Rp. 100 juta
3 Untuk perseorangan yang mempunyai penghasilan tetap,
pembiayaan yang dapat diberikan maksimal 50 dari gaji dikalikan dengan jangka waktu.
4 Menunjukkan asli surat agunan dan FC, PBB terakhir dan
IMB. fotocopy sebagai arsip 5
Mengisi dan Menandatangani Permohonan Pembiayaan 6
Memenuhi persyaratan a
FC, KTP suamiistri, KK dan atau Buku Nikah b
FC, KTP suamiistri dan KK Orang Tua selaku PBJ c
Karpeg asli PNS atau SK Pengangkatan BUMNBUMD Perusahaan Bonafide
d Pas foto suami dan istri uk 3x4 1 lembar
e Slip Gaji Surat Keterangan Penghasilan untuk bulan terakhir
f NPWP untuk pembiayaan Rp. 100 juta
7 Untuk perseorangan yang mempunyai penghasilan tetap,
pembiayaan yang dapat diberikan maksimal 50 dari gaji dikalikan dengan jangka waktu.
8 Menunjukkan asli surat agunan dan FC, PBB terakhir dan IMB.
fotocopy sebagai arsip
b. Badan Usaha Fa, Cv, PT Prosedur memperoleh pembiayaan Murabahah adalah
sebagai berikut: 1.
Mengisi dan Menandatangani Permohonan Pembiayaan 2.
Memenuhi persyaratan : a
FC, KTP suamiistri, dan atau Buku Nikah b
FC Legelitas Usaha c
Laporan keuangan perusahaan 6 bulan terakhir d
Menunjukan asli surat agunan berikut PBB terakhir dan IMB
c. Kelompok Musytari’ Pembiayaan Mudharabah kepada kelompok pegawai
secara kolektif melalui Dinas, Instansi Pemerintah, Lembaga Pemerintah, Perusahaan BUMNBUMD, koperasi dan perusahaan
swasta yang bonafide, didasarkan pada kerjasama yang dituangkan dalam bentuk perjanjian kerjasamaPKS antara
pemimpin cabang dan kepala dinas instansi lembaga koperasi perusahaan swasta:
1. mengisi dan mendatangi pembiayaan
2. pejabat membuat surat permohonan di atas kop surat
3. memenuhi persyaratan
1 Daftar pegawai yang bermohon 2 FC KTP suamiistri masing-masing permohonan
3 FC Karpeg PNS 4 FC SK Pengangkatan dan taspen
BUMNBUMDPerusahaan Bonafide 5 FC daftar pembayaran gaji bulan terakhir yang telah dilegasi
pejabat 6 Surat pernyataan dan kuasa memotong gaji dari pemohon
kpd bendaharawan. Jumlah pembiayaan yang dapat diberikan:
a Untuk setiap peminjam pegawai negri sipil PNS maksimal
40 dari gaji dikali jangka waktu atau maksimal Rp. 100.000.000,-
b untuk setiap peminjaman non pegawai negri sipil PNS
maksimal 40 dari gaji dikali jangka waktu atau maksimal Rp. 75.000.000,-
2. Pembiayaan Mudharabah
Adapun persyaratan untuk pembiayaan mudharabah
adalah sebagai berikut: 3.
usaha perorangan maupun badan memenuhi aspek-aspek legalitas seperti: memiliki NPWP, legalitas usaha dan
ADART 4.
pemenang tender, yaitu perusahaan yang tertera pada SPKkontrakgunning dan telah melakukan perikatan tertulis
dengan kepala kantorsatuan kerjapemimpin proyekbagian proyek sebagai pengguna barangjasa dengan pemasok atau
kontraktor atau konsultan sebagai penyedia barangjasa dalam pelaksanaan pengadaan barangjasa.
5. pemegang surat perintah kerja SPKkontrakgunning yang
berdasarkan akte notaris menerima kuasa dari pemenang tender.
6. mudharib yang mendapatkan pembiayaan modal kerja
kelayakan berdasarkan kuasa atas hunjuk dari pemenang tender harus melampirkan:
7. menyerahkan bukti-bukti identitas bagi yang mewakili
perusahaan seperti KTP, SIM, atau paspor dan kartu keluarga.
8. menyediakan agunan tambahan
9. melampirkan proyeksi cashcash flow yang telah
ditandatangani dan distempel untuk CV dan PT 10.
usaha yang dijalankan bukan usaha yang dilarang syariah.
H.
Bentuk Perjanjian Pembiayaan pada Bank Sumut Syariah
5. Perjanjian Pembiayaan Murabahah
Negosiasi Kontrak
Akad Jual Beli Terima Barang
Bayar Beli Barang
Kirim Barang Dokumen
Merupakan salah satu pembiayaan dengan prinsip jual beli barang pada harga perolehan dengan tambahan keuntungan
marjin yang disepakati, antara pihak bank selaku penjual dan nasabah selaku pembeli, yang pembayarannya dilakukan secara
angsuran sesuai dengan kesepakatan bersama. Pembiayaan murabahah
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang membutuhkan tambahan asset namun kekurangan dana untuk
melunasinya secara sekaligus. Transaksi murabahah ini lazim dilakukan oleh Rasulullah
Saw dan para sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut di tambah
keuntungan yang telah disepakati. Misalnya, seseoarang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu.
BANK
SUPPLIER PENJUAL
NASABAH
Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karana dalam murabahah ditentukan beberapa required rate of profit-
nya keuntungan yang ingin diperoleh. Karakteristik murabahah adalah penjual harus memberi
tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. Misalnya,
si fulan membeli unta 30 dinar, biaya yang dikeluarkan 5 dinar, maka ketika menawarkan untanya, ia mengatakan: “saya jual unta ini 50
dinar, saya mengambil keuntungan 15 dinar.” Berdasarkan sumber dana yang digunakan, pembiayaan
murabahah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok: 1 Pembiayaan Murabahah yang di danai dengan URIA Unre stricted Investment Account = investasi tidak terikat; 2
Pembiayaan Murabahah yang di danai dengan RIA Restricted Investment Account
= investasi terikat; dan 3 Pembiayaan Murabahah
yang di danai dengan Modal Bank. Dalam setiap pendisainan sebuah pembiayaan, faktor-
faktor yang perlu diperhatikan adalah: 1 Kebutuhan nasabah; dan 2 Kemampuan finansial nasabah. Faktor-faktor ini juga akan
mempengaruhi sumberdana yang akan digunakan untuk pebiayaan tersebut.
Definisi dalam akad pembiayaan murabahah Bank Sumut
Syariah ini, yang dimaksud dengan: a Jual-beli murabahah adalah jual beli antara pihak kedua sebagai
pemesanan untuk membeli, dan pihak pertama sebagai penyedia barang yang berasal dari milik pihak ketiga, yang dalam
perjanjian Akad ini dinyatakan dengan jelas dan rinci mengenai barang, harga beli Pihak Pertama kepada Pihak Kedua sehingga
termasuk didalamnya keuntungan yang diperoleh Pihak Pertama, serta persetujuan Pihak Kedua untuk membayar harga jual
tersebut secara tangguh, baik secara sekaligus lumpsum atau secara angsuran.
b Barang adalah barang yang menjadi objek dalam akad ini, yang meliputi segala jenis dan macam barang yang dihalalkan oleh
syariah, baik zat maupun cara perolehannya. c SupplierDeveloper adalah pihak ketiga yang ditunjuk atau
disetujui oleh Pihak Pertama untuk menyediakan barang yang akan dibeli oleh Pihak Pertama dan selanjutnya akan dijual
kepada Pihak Kedua. d Urbun adalah uang muka pembelian dan disetor Pihak Kedua
kepada Pihak Pertama dan merupakan faktor pengurang pembiayaan murabahah bukan sebagai pembayar angsuran jika
murabahah dilaksanakan. Akan tetapi jika murabahah batal maka Pihak Pertama mengambil urbun kepada Pihak Kedua setelah
dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh Pihak Pertama untuk mengadakan atau memperoleh barang pesanan.
e Harga Beli adalah sejumlah uang yang dikeluarkan Pihak Pertama untuk membeli barang dari supplier developer yang
diminta oleh pihak kedua dan disetujui oleh pihak pertama bedasarkan surat persetujuan prinsip dari pihak pertama kepada
pihak kedua, termasuk didalamnya biaya-biaya langsung yang terkait dengan pmbelian barang tersebut.
f Keuntungan adalah
keuntungan pihak pertama atas terjadinya
jual-beli Murabahah ini yang disetujui oleh kedua belah pihak yang ditetapkan dalam akad ini.
g Harga jual adalah harga beli ditambah dengan sejumlah keuntungan pihak pertama yang disepakati oleh kedua balah
pihak yang ditetapkan dalam akad ini. h Agunan adalah barang bergerak maupun tidak bergerak yang
didukung oleh segala macam dan bentuk surat bukti tentang kepemilikan atau hak-hak lainnya atas barang yang diserahkan
nasabah kepada bank dan dijadikan jaminan guna menjamin terlaksananya kewajiban pihak kedua terhadap pihak pertama
berdasarkan akad ini. i Denda adalah sanksi yang dikenakan kepada Nasabah oleh Bank
yang disebabkan karena kelalaian Nasabah dalam melakukan
kewajibannya sesuai dengan jadwal angsuran yang ditentukan dan
disepakati dalam Akad.
i Hari Kerja Bank adalah hari kerja yang berlaku pada Pihak Pertama
6. Perjanjian Pembiayaan Mudharabah
Pengertian mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak zaman nabi, bahkan telah dipraktikkan oleh
bangsa arab sebelum turunya Islam. Ketika Nabi Muhammad Saw berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad mudharabah
dengan khadijah. Dengan demikian, ditinjau dari segi hukum Islam, maka praktik mudharabah ini dibolehkan, baik menurut Al-Qur’an,
Sunnah , maupun ijma’.
KeahlianKeterampilan Modal
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang populer dalam produk perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah
adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal kepada pengelola shahib al-maal mempercayakan sejumlah
modal kepada pengelola mudharib dengan suatu perjanjian suatu keuntungan.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib a-maal
dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan bertanggung
jawab untuk semua kerugian yang terjadi akibat kelalaiaan.
ProyekUsaha dan Perjanjian Bagi Hasil
Mudharib Bank
Pembagian Keuntungan
Modal
Sedangkan sebagai wakil shahib al-maal dia diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba
optimal. Musyarakah
dan mudharabah dalam literatur fiqih berbentuk perjanjian kepercayaan uqud al-amanah yang menuntut
tingkat kejujuran yang tinggi dan menjunjung keadilan. Pada prinsinya, mudharabah sifatnya mutlak dimana shahib al-maal tidak
menetapkan restriksi atau syarat-syarat tertentu kepada si mudharib. Namun demikian, apabila dipandang perlu, shahib al-maal boleh
menetapkan batasan-batasan atau syarat-syarat tertentu guna menyalamatkan modalnya dari resiko kerugian. Jenis mudharabah
seperti ini disebut mudharabah muqayyadah mudharabah terbatas, atau dalam bahasa inggrisnya, Restricted Investment account. Jadi
pada dasarnya, terdapat dua bentuk mudharabah, yakni: mutlaqah dan muqayyadah. Praktek Bank Sumut syariah kini, dikenal dua
bentuk mudharabah muqayyadah, yakni yang on balance-sheet dan yang of balance-sheet.
Definisi dalam akad pembiayaan mudharabah pada Bank Sumut Syariah ini adalah sebagai berikut:
1. Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
berupa bagi hasil 2.
Mudharabah adalah penanaman dana dari pemilik dana
shahibul maal kepada pengelola dana mudharib untuk melakukan kegiatan usaha tertentu dengan pembagian
mengunakan metode bagi untung dan rugi profit loss sharing atau metode bagi pendapatan revenue sharing
antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
3. Nisbah
adalah rasio atau perbandingan pembagian keuntungan bagi hasil antara bank sebagai shahibul maal
dan nasabah sebagai mudharib. 4.
Bagi hasil adalah bagian hasil usaha yang dihitung dari
pendapatan usaha yang dibiayai dengan pembiayaan musyarakah yang menjadi hak bank dan nasabah yang
ditetapkan berdasarkan nisbah. 5.
Modal Maal adalah dalam uang tunai atau hutang yang
diperdagangkan atau yang bersifat investasi yang ditanamkan dalam suatu usaha berdasarkan prisip syariah.
6. Barang adalah barang yang dihalalkan berdasarkan Syariah
baik zatnya maupun cara perolehannya yang dibeli nasabah
dan pemasok dengan pendanaan yang berasal dari pembiayaan yang disediakan oleh bank dan diketahui jelas
kuantitas, kualitas dan serta spesifikasinya. 7.
Agunan adalah barang bergerak maupun tidak bergerak yang
didukung oleh segala macam dan bentuk surat bukti tentang kepemilikan atau hak-hak lainnya atas barang yang
diserahkan Nasabah kepada Bank dan dijadikan jaminan guna menjamin terlaksananya kewajiban pihak Kedua terhadap
Pihak Pertama berdasarkan akad ini 8.
Cidera Janji wanprestasi adalah keadaan tidak
dilaksanakannya sebagian atau seluruh kewajiban oleh nasabah sesuai dengan jadwal pengembalian pembiayaan
yang disepakati 9.
Denda adalah sanksi yang dikenakan kepada nasabah oleh
Bank, yang disebabkan karena nasabah lalai dalam melakukan kewajibanya sesuai dengan jadwal angsuran yang
ditentukan dan disepakti dalam akad 10.
Keuntungan usaha adalah pertambahan harta yang diperoleh
dalam menjalankan usaha yang dihitung berdasarkan periode tertentu yaitu dengan mengurangkan jumlah harta akhir
periode dengan harta awal. 11.
Kerugian Usaha adalah berkurangnya harta di dalam
menjalankan proyekusaha yang dihitung berdasarkan periode tertentu yaitu jumlah harta akhir periode lebih kecil
dari jumlah harta pada awal periode. 12.
Pendapatan adalah seluruh penerimaan yang diperoleh dari
hasil usaha yang dijalankan Pihak Kedua dengan menggunakan modal secara patungan dari yang disediakan
oleh Kedua belah pihak sesuai dengan Akad ini. 13.
Keuntungan Operasional adalah pendapatan operasional yang
diperoleh dari hasil proyek usaha yang dijalankan Pihak Kedua dengan menggunakan modal secara patungan dari
yang disediakan oleh Kedua belah pihak setelah dikurangi biaya-biaya langsung yang dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan tersebut, belum termasuk biaya-biaya tidak langsung yang dikeluarkan dalam mendukung kegiatan
operasional proyekusaha overhead. 14.
Keuntungan Bersih adalah keuntungan operasional setelah
dikurangi biaya-biaya tidak langsung yang dikeluarkan dalam mendukung kegiatan operasional proyekusaha overhead
sebelum Pembagian Keuntungan dan pajak-pajak. 15.
Pembukuan Modal adalah pembukuan atas nama Syirkah
pada Pihak Pertama yang mencatat seluruh transaksi sehubungan dengan Modal, yang merupakan bukti sah atas
penyertaan modal, hak dan beban kewajiban para musyarik. 16.
Hari Kerja Bank adalah hari kerja Pihak Pertama
I. Analisis Perjanjian Pembiayaan pada Bank SUMUT Syariah
1. Perjanjian Murabahah
a. Shighat pernyataan ijab dan qabul Dalam pelaksanaan perjanjian murabahah pada Bank
Sumut Syari’ah, yaitu antara pihak bank dengan nasabah adalah dilakukan secara langsung. Setelah dipenuhi syarat dan prosedur
perjanjian, maka pihak bank menyerahkan langsung kepada nasabah, dan nasabah langsung menerimanya. Dalam
pelaksanaan penyerahan tersebut, pernyataan sighat umumnya dilakukan dengan perbuatan dan bukan dengan ucapan sighat.
Menurut analisis penulis, pelaksanaan sighat yang dilakukan pihak bank SUMUT Syari’ah dengan nasabah telah
memenuhi kriteria syari’ah, walaupun pelaksanaan sighatnya tidak diucapkan. Penyerahan dan penerimaan tersebut
merupakan suatu perbuatan yang dapat dipandang sebagai sighat
, karena hal tersebut menunjukkkan kerelaan kedua belah pihak dalam melaksanakan perjanjian.
b. ‘Aqidan dua pihak yang melakukan akad Pihak yang melakukan aqad adalah pihak bank dan
nasabah. Pegawai bank SUMUT Syari’ah adalah individu yang sudah dewasa. Sedangkan pihak nasabah juga disyaratkan yang
sudah dewasa, yaitu yang mempunyai identitas diri berupa Kartu tanda Penduduk. Dengan demikian pelaksanaan perjanjian
murabahah yang dilaksanakan di Bank Sumut Syari’ah telah
memenuhi kriteria syari’ah, yaitu pelaksana aqad tersebut haruslah yang sudah mukallaf.
c. Ma’qud ‘alaih
obyek akad Obyek akad yang dilaksanakan oleh Bank SUMUT
Syariah dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan murabahah adalah masalah uang atau dana. Dengan demikian obyek akad
adalah suatu hal yang jelas. Bila pada saat perjanjian, obyek tersebut belum ada, tetap sudah jelas, maka perjanjian tersebut
tetap sah. Berdasarkan keadaan pelaksanaan yang demikian, maka ma’qud ‘alaih obyek akad pada perjanjian pembiayaan
murabahah yang dilaksanakan oleh Bank SUMUT Syariah
adalah sah secara syari’ah. d. Maudhu’ al-‘aqd tujuan akad
Tujuan akad yang dilaksanakan dalam perjanjian pembiayaan murabahah adalah pemindahan pemilikan dana dari
pihak bank ke pihak nasabah, sehingga nasabah dapat menggunakannya serta menikmati manfaatnya. Dengan
demikian jelaslah bahwa maudhu’ al-‘aqd tujuan akad dalam perjanjian pembiayaan murabahah adalah sah secara syari’ah,
karena tujuannya yang jelas dan bermanfaat. 2.
Perjanjian Mudharabah a. Shighat pernyataan ijab dan qabul
Dalam pelaksanaan perjanjian mudharabah pada Bank Sumut Syari’ah, yaitu antara pihak bank dengan nasabah
adalah dilakukan secara langsung. Setelah dipenuhi syarat dan prosedur perjanjian, maka pihak bank menyerahkan langsung
kepada nasabah, dan nasabah langsung menerimanya. Dalam pelaksanaan penyerahan tersebut, pernyataan sighat umumnya
dilakukan dengan perbuatan dan bukan dengan ucapan sighat. Menurut analisis penulis, pelaksanaan sighat yang
dilakukan pihak bank SUMUT Syari’ah dengan nasabah telah memenuhi kriteria syari’ah, walaupun pelaksanaan sighatnya
tidak diucapkan. Penyerahan dan penerimaan tersebut merupakan suatu perbuatan yang dapat dipandang sebagai
sighat , karena hal tersebut menunjukkkan kerelaan kedua belah
pihak dalam melaksanakan perjanjian. b. ‘Aqidan dua pihak yang melakukan akad
Pihak yang melakukan aqad adalah pihak bank dan nasabah. Pegawai bank SUMUT Syari’ah adalah individu yang
sudah dewasa. Sedangkan pihak nasabah juga disyaratkan yang sudah dewasa, yaitu yang mempunyai identitas diri berupa Kartu
tanda Penduduk. Dengan demikian pelaksanaan perjanjian mudharabah
yang dilaksanakan di Bank Sumut Syari’ah telah memenuhi kriteria syari’ah, yaitu pelaksana aqad tersebut
haruslah yang sudah mukallaf. c. Ma’qud
‘alaih obyek akad
Obyek akad yang dilaksanakan oleh Bank SUMUT Syariah dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan mudharabah
adalah masalah uang atau dana. Dengan demikian obyek akad adalah suatu hal yang jelas. Bila pada saat perjanjian, obyek
tersebut belum ada, tetap sudah jelas, maka perjanjian tersebut tetap sah. Berdasarkan keadaan pelaksanaan yang demikian,
maka ma’qud ‘alaih obyek akad pada perjanjian pembiayaan mudharabah
yang dilaksanakan oleh Bank SUMUT Syariah adalah sah secara syari’ah.
d. Maudhu’ al-‘aqd tujuan akad Tujuan akad yang dilaksanakan dalam perjanjian
pembiayaan mudharabah adalah pemindahan pemilikan dana dari pihak bank ke pihak nasabah, sehingga nasabah dapat
menggunakannya serta menikmati manfaatnya. Dengan demikian jelaslah bahwa maudhu’ al-‘aqd tujuan akad dalam
perjanjian pembiayaan mudharabah adalah sah secara syari’ah, karena tujuannya yang jelas dan bermanfaat.
BAB V PENUTUP