57
2008 menyatakan menolak eksepsi tergugat Pemkot. Dalam pokok sengketa; 1 Mengabulkan gugatan para penggugat GKI Taman Yasmin. 2 Menyatakan batal
surat pembekuan IMB. 3 Memerintahkan kepada tergugat Pemkot untuk mencabut surat pembekuan IMB. 4 Menghukum penggugat membayar biaya
perkara.
6
Menanggapi kasus pembekuan IMB rumah ibadah tersebut, The Wahid Institute melakukan advokasi kepada GKI Taman Yasmin Bogor melalui berbagai
pendekatan. Pertama, pendekatan terhadap partai politik. Kedua, tokoh masyakarat yang mempunyai pengaruh sosial terhadap kasus GKI Yasmin.
Ketiga, pada jalur hukum The Wahid Institute bekejasama dengan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia YLBHI, Lembaga Bantuan Hukum LBH
Jakarta, dan pendekatan ke lembaga pendidikan pesantren yang ada di Bogor. Seperti, Pesantren Al-ghazali dan Pesantren Nurul Falaq. Selain itu, The Wahid
Institute juga melakukan pembelaan langsung kepada Sekertaris Walikota Bogor, Kapolres Bogor untuk menjamin keamanan terhadap jemaat GKI Yasmin, serta
anggota legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Bogor.
7
Dalam hal ini, peran The Wahid Institute adalah melakukan advokasi pendampingan terhadap PTUN dan Mahkamah Agung MA sebagai bentuk
dukungan terhadap GKI Taman Yasmin.
8
Ahmad Suaedy menambahkan, The Wahid Institute melakukan kritik terhadap pemerintah untuk menegakan
konstitusi dan melindungi korban GKI Taman Yasmin, mendampingi korban ke
6
Ihsan Ali-Fauzi, dkk., Kontroversi Gereja di Jakarta, 87.
7
Wawancara Pribadi dengan Subhi Azhari, pada 23 Desember 2013.
8
Tempo.com http:www.tempo.coreadnews20121224173450192Wahid-Institute
Minta-Wali-Kota-Jamin-GKI-Yasmin, diakses pada 1 Januari 2013.
58
pengadilan sebagai bentuk dukungan moril kepada korban, investigasi, dan press konference untuk menyikapi kasus yang sedang berlangsung.
9
Oleh karena itu, apa yang dilakukan oleh The Wahid Intitute terhadap GKI Taman Yasmin melalui pendekatan struktural yaitu; terhadap pemerintah,
Walikota, kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Bogor, partai politik dan pengambil kebijkan. Dengan tujuan, agar Walikota Bogor memberikan izin
terhadap pendirian rumah ibadah GKI Taman Yasmin tersebut. Karena pada dasarnya pendirian rumah ibadah merupakan hak setiap orang ataupun kelompok.
Seharusnya, lembaga negara harus bersikap adil menangani persoalan rumah ibadah GKI Taman Yasmin tersebut. Selain itu, pemerintah juga harus
menjalankan konstitusi negara untuk menjamin warga negara memeluk kepercayaan dan menghormati pemeluk agama lain.
Pada level masyarakat, The Wahid Institute melakukan pendekatan dan memberikan pemahaman kepada tokoh agama dan organisasi masyarakat ormas
setempat terkait pendirian rumah ibadah. Sehingga, ormas dan para pemuka agama mendukung pendirian rumah ibadah GKI Taman Yasmin tersebut.
Selama kasus tersebut berlangsung, The Wahid Institute diminta oleh sekelompok orang untuk melakukan pembelaan terhadap pihak GKI Taman
Yasmin, dan The Wahid Institute juga mempunyai konsen terhadap pembelaan korban kekerasan dan kebebasan dalam mendirikan rumah ibadah.
Sejauh ini, The Wahid Institute dalam memperjuangkan kebebasan mendirikan rumah ibadah GKI Taman Yasmin, Bogor, mengalami kendala yang
9
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Suaedy, pada 23 Desember 2013.
59
cukup berat. Misalnya, dari segi hukum, aparat penegak hukum tidak tegas dalam menangani persoalan hukum di Indonesia. Kemudian, persoalan kepemimpinan
yang ikut terlibat dalam kasus tersebut.
10
Oleh karena itu, pembelaan yang dilakukan oleh The Wahid Institute dalam melakukan pembelaan terhadap GKI Taman Yasmin masih belum maksimal, tapi
setidaknya apa yang dilakukan oleh The Wahid Institute terhadap kasus tersebut dapat muncul ke publik dan dapat diketahui oleh banyak pihak. Sehingga banyak
Lemabaga Swaday Masyarakat LSM dan masyarakat sipil yang peduli membela jemaat GKI Taman Yasmin, Bogor.
Bagi The Wahid Institute itu sendiri, GKI Taman Yasmin seharusnya mendapatkan haknya untuk mendirikan rumah ibadah seperti pendirian rumah
ibadah yang lainnya. Walaupun perjuangan The Wahid Institute sudah maksimal, tapi masih saja mengalami kendalan di lapangan. Seperti, kelompok tertentu yang
mengatasnmakan Islam tidak setuju dengan pembanguan rumah ibadah tersebut dikarenakan adanya Kristenisasi. Lalu, sikap Walikota Bogor yang melakukan
pembekuan IMB GKI Taman Yasmin, Bogor. Padahal, secara administratif GKI Taman Yasmin telah mendapatkan payung hukum dari PTUN Bandung dan
PTUN Jakarta.
B. Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP Filadelfia Bekasi
Peristiwa Gereja HKBP Filadelfia Bekasi tidak jauh berbeda dengan GKI Taman Yasmin, Bogor. Secara lega-formal gereja HKBP Filadelfia telah
memenuhi persyaratan administratif, yaitu mengantongi 300 kartu tanda
10
Wawancara Pribadi dengan Alamsyah M Dja’far, pada 10 Januari 2014.
60
penduduk KTP dan 259 tanda tangan persetujuan warga sekitar. Karena itu, Sukardi, Kepala Desa Jejalen Jaya, tidak keberatan atas pendirian rumah ibadah
tersebut, mengeluarkan dan memberi izin pendirian gereja HKBP Filadelfia Bekasi dengan No. 451.209X2007, tertanggal 11 Oktober 2007.
11
Begitu juga persetujuan dan dukungan dari tokoh agama H. Heri. Ia adalah tokoh NU dan mantan ketua MUI kecamatan Tambun Utara. Ia tidak keberatan
pendirian rumah ibadah Gereja HKBP Filadelfia Bekasi. Bahkan H. Heri sering berhadap dengan kelompok yang tidak setuju dengan pembangunan geraja
tersebut.
12
Namun begitu ternyata masyarakat melakukan „gugatan’ yang berasal dari
warga yang menolak pendirian gereja. Mereka menuduh adanya rekayasa dan penipuan dalam memperoleh dukungan persetujuan warga, sehingga dukungan
tersebut bermasalah, termasuk oleh Forum Kerukunan Umat Islam FKUI yang dimotori oleh Ustadz Naimun, Ustadz Amil Mariadi, dan Ustadz Acep.
Kemudian, jemaat Gereja HKBP melakukan permohonan pembangunan gereja kepada Bupati Bekasi, Kepala kantor Departemen Agama DEPAG Kabupaten
Bekasi, Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB Kabupaten Bekasi dan Camat Tambun Utara pada 02 April 2008.
Namun, Pihak Camat Tambun Utara keberatan soal pembangunan gereja melalui surat No.452.276II-Ekmasy2008. Kemudian, kantor Departemen
Agama setempat mengeluarkan surat No. Kd. 10.16.1114732009 tertanggal 18 Agustus 2009. Depag mengatakan tidak bisa memberikan rekomondasi pendirian
11
Ihsan Ali-Fauzi, dkk., Kontroversi Gereja di Jakarta, 98.
12
Ihsan Ali-Fauzi, dkk., Kontroversi Gereja di Jakarta, 101.
61
gereja, sebab masih ada penolakan warga setempat sebagaimana surat yang dikeluarkan oleh Camat Tambun Utara, Kabupten Bekasi.
13
Akhirya, jemaat Gereja HKBP Filadelfia Bekasi untuk sementara waktu beribadah di Balai Desa Jejalen Raya, meskipun masih sering diserang massa.
Tanggal 13 Januari 2010, pihak HKBP Filadelfia menerima SK Bupati Kabupaten Bekasi No.300675Kesbangpolinmas09 tertanggal 31 Desember 2009 mengenai
Penghentian Kegiatan Pembangunan dan Kegiatan Ibadah HKBP Filadelfia. Menyoal SK Bupati Bekasi tersebut, Pihak Gereja HKBP Filadelfia
mengajukan gugatan kepada Putusan PTUN Bandung Nomor 42G2010PTUN- BDG
tanggal 2
September 2010,
serta PTUN
Jakarta Nomor
255B2010P.TUN.JKT tanggal 30 Maret 2011 yang menyatakan SK tersebut batal. Dua putusan PTUN Bandung dan PTUN Jakarta sudah final dan
berkekuatan hukum. Namun, keputusan PTUN Bandung dan PTUN Jakarta tidak berdampak
signifikan terhadap kasus Gereja HKBP Filadelfia. Selama tahun 2012, jemaat HKBP Filadelfia sering mendapatkan penentangan sebagian umat muslim
setempat dan perlakuan intimidasi, kekerasan, serta ancaman pembunuhan terhadap Pendeta Palti Panjaitan, pemimpin jemaat HKBP Filadelfia. Mereka
beralasan, bahwa tujuan pendirian gereja adalah upaya kristenisasi.
14
Menanggapi persoalan tersebut, The Wahid Institute melakukan advokasi dalam memperjuangkan hak beribadah, serta menuntut pemerintah agar secara
13
The Wahid Institute, MRORI Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXIX Desember 2011- Januari 2012 Jakarta; The Wahid Instutue, 2012, 11.
14
Zainal Abidin Bagir dkk., Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia 2012 Yogyakarta: Center for Religious and Cross-cultural Studies CSRC Universitas Gadjah Mada,
2011, 35-36.
62
serius memberikan jaminan perlindungan bagi pihak HKBP Filadelfia dari segala bentuk diskriminasi dan intoleransi yang dilakukan oleh siapapun, baik itu oleh
oknum pemerintah ataupun kelompok masyarakat.
15
Selain itu, menurut M Subhi Azahari devisi Monitoring dan Advokasi The Wahid Institute menambahkan. Pertama, melakukan press confrence untuk
menyikapi perkembangan kasus HKBP Filadelfia Bekasi sebagai bentuk peryataan sikap atas kasus tersebut. Kedua, melakukan journalist briefing
memberikann pemahaman terkait kasus HKBP Filadelfia Bekasi kepada semua media massa sehingga media massa dapat menyajikan berita secara objektif.
Ketiga, pendekatan kepada Forum Kerukuanan Umat Beragama FKUB untuk bersikap netral dan mendorong suatu resolusi konflik bukan ikut terlibat dalam
konflik. Selanjutnya, The Wahid Institute juga membuat analisa kasus yang hasilnya
diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Kabupaten, Golongan Karya Golkar, Ombudsman RI, Komisi Nasional Hak Asasi manusia
Komnasham dan Komnas Perempuan. Maka, dari hasil analisa The Wahid Institute, semua elemen lembaga tersebut sebenarnya sepakat dengan pemahaman
dan perjuangan yang dilakukan oleh The Wahid Institute.
16
Kemudian, beberapa elemen masyarakat sipil melakukan advokasi seperti, The Wahid Institute, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia YLBHI,
Lembaga Bantuan Hukum LBH Jakarta, Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman SEJUK, dan Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat ELSAM. Mereka
15
http:wahidinstitute.orgDokumenDetail?id=193hl=idMemperjuangkan_Hak_Beribada h_HKBP_Filadelfia,
“Memperjuangkan Hak Beribadah Filadelfia”, diunduh pada 6 Maret 2013.
16
Wawancara Pribadi dengan Subhi Azhari, pada 23 Desember 2013.